Ilustrasi satwa liar (foto: Ahmed Galal/Unsplash)

Hypereport: Satwa Liar dalam Jerat Konten Medsos & Dilema Konservasi

13 March 2023   |   20:00 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Setiap 3 Maret, diperingati Hari Satwa Liar Sedunia. Peringatan yang digulirkan sejak 2014 itu berusaha menyadarkan publik tentang pentingnya konservasi hewan-hewan liar. Salah satu isu yang perlu disorot saat ini adalah tren memelihara hewan langka untuk hobi sekaligus dijadikan objek konten media sosial. 

Beberapa influencer secara terang-terangan mengunggah aktivitas mereka memelihara satwa liar sebagai sebuah keasyikan tersendiri. Kesan menarik, lucu, unik, hingga menantang adrenalin berusaha ditampilkan dalam berbagai konten para pesohor media sosial tersebut.

Tujuannya mungkin bisa berbagai macam, baik sekadar untuk menunjukkan hobi dan sisi lainnya yang tidak biasa, menghadirkan konten hiburan dari aktivitas bermain dengan satwa liar peliharaannya, hingga beberapa memberikan 'edukasi' tentang cara merawat hewan yang sebenarnya bukan untuk peliharaan rumah.

Baca juga: Pemaknaan Luas Generasi Muda tentang Janji Suci Pernikahan

Pasalnya, satwa liar sebagaimana namanya, seharusnya hidup di habitat aslinya di alam liar agar dapat berkembang secara alamiah di lingkungannya. Keberadaan satwa liar juga menjadi penyeimbang bagi ekosistem lingkungan, serta daya tarik wisata yang menjadi bagian dari ciri khas di kawasan tertentu.

Dalam beberapa tahun terakhir, konten tentang satwa liar ini makin banyak bertebaran di media sosial, terutama di kanal YouTube. Walau telah mendapatkan izin resmi, aksi mereka dikhawatirkan memicu masyarakat lain untuk memburu satwa liar sebagai peliharaan hanya sekadar untuk dijadikan objek konten media sosial.

Padahal dalam konteks konservasi, perburuan satwa liar tersebut dipastikan melanggar hukum lantaran tidak memenuhi aspek-aspek legalitas yang harus dipenuhi sebelum mengadopsi hewan yang dilindungi itu menjadi peliharaan.

Untuk itu, Hypeabis.id mencoba mengangkat fenomena satwa liar dalam bingkai konten dan dilema konservasi sebagai laporan khusus kali ini yang dibagi ke dalam beberapa tema artikel berikut:


1. Egoisme Manusia di Balik Konten Medsos Satwa Liar

Dahulu, orang-orang memelihara satwa liar hanya untuk dijadikan peliharaan. Sekarang, tidak cukup hanya peliharaan. Hewan-hewan tersebut juga dijadikan konten media sosial. Tingkah mereka di dalam kurungan, yang tidak lepas dari riuhnya hutan beton, dianggap menjadi tontonan menarik bagi sebagian orang. 

Padahal, hewan-hewan liar itu seharusnya tinggal di rumah mereka. Bukan rumah manusia. Di habitatnya, hewan-hewan ini memiliki fungsi penting dalam menjaga ekosistem, yang pada hilirnya memberi manfaat pada keberlangsungan hidup manusia. Mirisnya, eksistensi mereka di alam bebas terancam, bahkan tidak sedikit yang kini berada di balik kandang menjadi hewan peliharaan. 

Davina Veronica, model yang juga aktivis Koalisi Perlindungan Hewan Indonesia (KPHI) ini tidak tenang melihat konten-konten satwa liar bertebaran di medsos. Bagi wanita yang juga berprofesi sebagai model ini, mengekspos atau menjadikan hewan liar sebagai konten, bisa menjadi efek domino. 

Untuk itu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Spesies Genetik (KKHGS) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia memperingatkan bahwa sudah semestinya satwa liar dibiarkan hidup di habitatnya, dan menjalankan fungsinya sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem di alam.  


2. Sinergitas Pengendalian Satwa Invasif di Indonesia

Penemuan ikan Arapaima Gigas di Garut, Jawa Barat usai banjir bandang akibat meluapnya Sungai Cipeujeuh pada 2022 membuat masyarakat geger. Sebab, ikan raksasa itu bukanlah hewan endemik sungai Cipeujeuh, melainkan dari sungai-sungai di kawasan Amerika Selatan.

Tiga tahun sebelumnya, warga Jawa Timur juga dihebohkan dengan temuan serupa. Sepanjang 2018, bahkan telah ditangkap 8 ekor ikan predator di aliran Sungai Brantas yang mengancam ekosistem satwa endemik di sungai tersebut karena menjadi mangsa dari Arapaima.

Tak hanya Arapaima, beberapa spesies asing sebelumnya pun telah menginvasi alam Indonesia. Seperti red devil, ikan nila, dan keong mas. Keberadaan satwa tersebut  sangat membahayakan hewan endemik, karena tingkat agresivitas mereka lebih berbahaya dibandingkan dengan satwa pribumi.

Pokok persoalan dari maraknya satwa invasif ini adalah kehadiran hewan-hewan itu tidak dengan sendirinya. Melainkan berawal dari hobi, yang karena kewalahan saat memeliharanya, hewan tersebut lalu dilepas ke alam liar begitu saja oleh pemilik.

Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi menyoroti bahwa maraknya satwa invasif di alam Indonesia  disebabkan lemahnya pengawasan dari pemerintah. Rendahnya sosialisasi dan literasi juga membuat hewan tersebut kian marak dijumpai di masyarakat.

Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Pamuji Lestari mengatakan penanganan spesies invasif merupakan isu lintas sektoral. Jadi, diperlukan peraturan di setiap sektor yang mempunyai kewenangan terkait pengelolaan spesies asing tersebut.


3. Ujung Tombak dan Potensi Domestikasi Hewan di Indonesia

Terlepas dari dorongan pengetahuan dan teknologi, sebetulnya domestikasi sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Domestikasi dianggap penting untuk menjaga keseimbangan populasi dan memberi manfaat ekonomi.
 
Berbicara spesifik mengenai domestikasi hewan, proses penjinakannya lebih panjang dan rumit daripada tumbuhan. Memang, domestikasi turut dirancang untuk pemenuhan kebutuhan manusia di samping menyoal keseimbangan. Bagaimana kebutuhan telur dan ayam yang didapat saat ini misalnya, merupakan hasil domestikasi yang sengaja dibuat untuk tujuan mengisi kebutuhan hidup manusia. 

Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak spesies asli dengan beragamnya hewan liar memiliki peluang besar dalam domestikasi. 

Amir Hamidy, Direktur Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, Indonesia menjadi salah satu ladang subur apabila melihat sisi potensi domestikasi berkat bio-diversity atau keanekaragaman hayati.
 
“Potensi kekayaan kita besar, tetapi tentu tidak semua hewan bisa didomestikasi dengan mudah. Kemudian titik tantangan kita juga ada di persoalan teknologi untuk mendomestikasi hewan,” ujarnya.


4. Memaksimalkan Potensi Pariwisata Alam Liar di Indonesia 

Terletak di garis khatulistiwa dengan dua musim, Indonesia memiliki flora dan fauna yang sangat kaya. Beberapa di antaranya bahkan hanya ada di negara ini. Kekayaan itu merupakan potensi besar bagi perkembangan wildlife tourism atau pariwisata kehidupan/alam liar.
 
Salah satu contoh wildlife tourism yang paling terkenal di dalam negeri adalah komodo yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Banyak pelancong, baik dari dalam maupun luar negeri yang ingin merasakan sensasi mengamati reptil raksasa purba tersebut.
 
Komodo hanyalah contoh kecil dari pariwisata kehidupan liar yang ada di Indonesia. Di negara dengan sekitar 17.000 pulau ini terdapat potensi wildlife tourism yang sangat besar, yang dapat mendatangkan banyak manfaat bagi negara. 

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan pariwisata alam liar di Indonesia sangat lah potensial baik untuk wilayah darat, air, maupun udara. Hal ini tak terlepas dari keragaman binatang yang tumbuhan yang ada di tanah Ibu Pertiwi. 

Direktur Cetacean Sirenian Indonesia, Putu Liza Kusuma Mustika, menilai potensi wildlife tourism di dalam negeri sangat besar. Alasannya, karena negara ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. 

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang berbagai problematika seputar pemeliharaan satwa liar dan maraknya konten hewan dilindungi, hingga tantangan dalam mengembangkan potensi wisata wildlife, simak laporan selengkapnya pada masing-masing link judul artikel tersebut. 

Baca juga: Masa Depan Esports yang Kian Kompetitif

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah

SEBELUMNYA

Daftar Lengkap Pemenang Asian Film Awards 2023, Drive My Car Boyong Trofi Best Film

BERIKUTNYA

Kisah Paling Personal Rayhan Noor dalam Single Terbaru 'Dari Balik Jendela'

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: