Pasar Seni Rupa Mulai Bergairah, Kolektor Baru Serbu Pameran
13 March 2023 |
13:54 WIB
Gencarnya perhelatan pameran seni rupa di berbagai negara, termasuk Indonesia pada tahun lalu, telah melahirkan para kolektor baru. Mereka adalah orang-orang anyar dalam dunia koleksi benda seni. Alhasil, kedatangan mereka di berbagai pameran tersebut telah memberikan warna berbeda bagi pasar seni rupa.
Laporan bertajuk A Survey of Global Collecting in 2022 dari Art Basel dan UBS menemukan, jumlah gelaran pameran seni tatap muka secara global pada 2022 mencapai 338 acara. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2021 sebanyak 253 pameran seni rupa.
Baca juga: Pameran Tunggal Di Antara Tapal Jadi Ajang Pembuktian Seniman Muda Suvi Wahyudianto
Dari segi penjualan, total pendapatan impor karya seni dan barang antik secara global pada 2022 juga mengalami kenaikan sebesar 19 persen dari 2021, yang mencatatkan pendapatan sebesar US$32 miliar. Begitupun dengan pendapatan ekspor yang meningkat sebesar 47 persen dengan total pendapatan sebesar US$40 miliar.
Terlepas dari ketidakpastian pandemi, resesi, hingga konflik dunia, sebagian besar kolektor global masih menaruh minat yang besar untuk mengoleksi karya seni. Sebanyak 55 persen responden dalam survei yang sama mengaku berencana untuk membeli karya seni pada tahun ini.
Kondisi pasar seni yang semarak juga tampak di Indonesia. Meski tidak ada laporan statistik yang spesifik, pasar seni di Tanah Air terus bergerak yang disulut dengan sejumlah pameran seni baik tingkat nasional maupun internasional. Gelaran Art Jakarta Gardens setidaknya menjadi pembuka sekaligus penanda bahwa hasrat para kolektor untuk mengoleksi karya masih besar.
Dalam gelaran yang berlangsung selama 6 hari itu, sejumlah galeri mengaku mendapatkan perolehan yang maksimal dengan banyaknya karya seni yang terjual. Bahkan, beberapa diantaranya mengalami peningkatan pendapatan dari gelaran Art Jakarta Gardens sebelumnya pada 2022.
Direktur Kiniko Art, Jefri Caniago, mengatakan antusiasme minat kolektor di Art Jakarta Gardens tahun ini sangat besar sama seperti gelarannya pada tahun lalu. Menurutnya, hal ini salah satunya dikarenakan telah meredanya pandemi, sehingga banyak orang yang mulai datang ke pameran-pameran seni.
"Karena sudah lepas pandemi, kolektor yang sebelumnya enggak datang sekarang sudah mulai hadir di pameran seni," katanya kepada Hypeabis.id.
Gelaran Art Jakarta Gardens juga menjadi momentum bagi para pemilik galeri untuk bertemu dengan banyak kolektor baru. Diakui oleh Jefri bahwa karya-karya yang terjual dari Kiniko Art sebanyak 80 persen merupakan kolektor baru, dan sisanya merupakan kolektor tetap.
Adapun, koleksi yang dijual masih relatif terjangkau dengan harga di bawah Rp50 juta. Menurutnya, kolektor saat ini sangat terbuka akan beragam corak dan gaya dari koleksi karya yang ditawarkan oleh para seniman baik itu abstrak, figuratif, maupun karya pop art. "Kami lebih fokus kepada seniman muda. Alasannya karena lebih memahami zaman mereka juga untuk kemudahan komunikasi," katanya.
Jefri menjelaskan pada Art Jakarta Gardens tahun lalu, dia hanya membawa koleksi dari satu seniman, di mana sembilan karya yang diboyong semuanya laku terjual. Tahun ini, dia membawa koleksi dari sembilan seniman dengan total 22 karya, di mana sebanyak 20 karya telah terjual sampai hari terakhir pameran.
Secara jumlah, diakui olehnya bahwa terjadi peningkatan penjualan pada pameran tahun ini dibandingkan tahun lalu. Hal ini salah satunya didorong oleh kemunculan banyaknya anak muda yang mulai menjadi kolektor seni baru.
Hal yang sama juga diakui oleh Co-Founder Gudang Gambar, Ramdhan Djuhara. Dia mengatakan antusiasme minat kolektor di Art Jakarta Gardens tahun ini cukup baik. Hal itu ditandai dengan sejumlah karya yang telah terjual pada hari pertama pameran, termasuk tak sedikit kolektor yang telah membeli koleksi karya terlebih dahulu bahkan sebelum pameran digelar.
Tak hanya kolektor tetap yang 'menjemput bola' untuk membeli karya, koleksi yang diboyong oleh Gudang Gambar juga turut menarik perhatian para kolektor baru. Hal itu, sambungnya, lantaran karya yang dijual oleh galeri masih relatif terjangkau mulai dari Rp20 juta hingga Rp110 juta, sehingga membuka peluang untuk menjangkau kolektor dari berbagai kalangan.
Baca juga: Seniman Gogor Purwoko Gelar Pameran di Galeri Nasional, Tampilkan Karya Abstrak Geometris
Tahun ini, Gudang Gambar berhasil menjual sebanyak 39 karya. Jumlah ini meningkat sekitar 10?ri tahun lalu, yang mampu menjual sebanyak 32 karya. "Di Gudang Gambar ada 10 seniman tetap dan mereka sudah punya pengikut atau kolektornya masing-masing. Karena [karya] mereka punya gayanya sendiri-sendiri," ujarnya.
Dari segi usia, Ramdhan mengatakan kolektor yang membeli karya di Gudang Gambar didominasi oleh mereka yang berusia di atas 40 tahun. Namun, ada juga kolektor muda yang berusia 20-30 tahun yang mulai membeli karya. Adapun, kebanyakan kolektor membeli karya untuk kebutuhan hasrat mereka akan keindahan dan estetika.
"Seni untuk investasi itu kan paradigma lama. Kami selalu bilang ke kolektor belilah karya sesuai dengan yang mereka suka. Kalau suatu hari nanti ternyata harga lukisannya naik, itu bonus," ujarnya.
Pada gelaran Art Jakarta Gardens tahun lalu, Gudang Gambar meraup pendapatan sebesar Rp1,5 miliar. Adapun, meski tidak menyebutkan angka secara spesifik, untuk tahun ini, Ramdhan mengaku mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat dari target penjualan.
Konsep pameran seni di ruang terbuka yang diusung oleh Art Jakarta Gardens juga menjadi daya tarik sendiri di kalangan kolektor untuk datang hingga membeli karya. Cosmas Damianus Gozali, arsitek sekaligus kolektor seni menuturkan gelaran Art Jakarta Gardens menjadi pameran seni yang unik ketika banyak acara biasanya digelar di ruang-ruang tertutup (indoor).
Kendati begitu, diakui olehnya koleksi karya yang dipamerkan dalam gelaran tersebut tidak begitu menunjukkan kebaruan yang signifikan. Namun, hal itu juga tidak menjadi persoalan sebab menurutnya minat kolektor tahun ini untuk membeli karya masih besar, termasuk banyaknya kolektor baru yang muncul. "Kebutuhan akan seni itu masih tinggi," ujarnya.
Di Art Jakarta Gardens, Cosmas membeli salah satu karya seni instalasi karya seniman muda yang dibawa oleh RUCI Art Space. Sebagai kolektor, dia menaruh minat yang besar pada karya-karya seniman muda yang dinilainya kerap memberikan tawaran konsep artistik yang baru dan lebih eksploratif. Selain itu, dia juga merasa perlu untuk mendukung para generasi baru perupa di Tanah Air.
Pada kesempatan terpisah, Kurator Kuss Indarto mengatakan tahun ini, Asia akan menjadi lumbung yang bagus bagi para kolektor untuk mengoleksi karya seni. Gejolak ekonomi yang terjadi secara global memang telah mempengaruhi sebagian besar pasar seni Eropa saat ini, tetapi menurutnya tidak dengan pasar seni di Asia.
"Saya duga itu akan masif lagi, perpindahan dari Eropa ke Asia karena krisis. Asia akan menjadi lumbung yang bagus untuk proses pengoleksian dan kreatif seniman, termasuk di dalamnya Indonesia," kata Kuss.
Senada, Fair Director Art Jakarta Tom Tandio, menilai Indonesia merupakan pasar seni rupa terbesar di Asia Tenggara. Menurutnya, dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, Indonesia memiliki jumlah galeri dan kolektor yang banyak.
Tom menuturkan saat ini banyak galeri seni yang buka di Jakarta dan beberapa diantaranya dimiliki oleh anak muda. Hadirnya galeri-galeri baru kemudian ditopang dengan tren masuknya anak-anak muda menjadi kolektor, dia meyakini bahwa bisnis seni akan maju. "Hal itu sudah menjadi sinyal bahwa pasar seni akan tumbuh masif. Saya melihat pasar seni ini memang lagi mau besar," ucapnya.
Baca juga: Wujud Harapan & Optimisme Seni Rupa dalam Pameran New Hope
Editor: Dika Irawan
Laporan bertajuk A Survey of Global Collecting in 2022 dari Art Basel dan UBS menemukan, jumlah gelaran pameran seni tatap muka secara global pada 2022 mencapai 338 acara. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2021 sebanyak 253 pameran seni rupa.
Baca juga: Pameran Tunggal Di Antara Tapal Jadi Ajang Pembuktian Seniman Muda Suvi Wahyudianto
Dari segi penjualan, total pendapatan impor karya seni dan barang antik secara global pada 2022 juga mengalami kenaikan sebesar 19 persen dari 2021, yang mencatatkan pendapatan sebesar US$32 miliar. Begitupun dengan pendapatan ekspor yang meningkat sebesar 47 persen dengan total pendapatan sebesar US$40 miliar.
Terlepas dari ketidakpastian pandemi, resesi, hingga konflik dunia, sebagian besar kolektor global masih menaruh minat yang besar untuk mengoleksi karya seni. Sebanyak 55 persen responden dalam survei yang sama mengaku berencana untuk membeli karya seni pada tahun ini.
Kondisi pasar seni yang semarak juga tampak di Indonesia. Meski tidak ada laporan statistik yang spesifik, pasar seni di Tanah Air terus bergerak yang disulut dengan sejumlah pameran seni baik tingkat nasional maupun internasional. Gelaran Art Jakarta Gardens setidaknya menjadi pembuka sekaligus penanda bahwa hasrat para kolektor untuk mengoleksi karya masih besar.
Dalam gelaran yang berlangsung selama 6 hari itu, sejumlah galeri mengaku mendapatkan perolehan yang maksimal dengan banyaknya karya seni yang terjual. Bahkan, beberapa diantaranya mengalami peningkatan pendapatan dari gelaran Art Jakarta Gardens sebelumnya pada 2022.
Direktur Kiniko Art, Jefri Caniago, mengatakan antusiasme minat kolektor di Art Jakarta Gardens tahun ini sangat besar sama seperti gelarannya pada tahun lalu. Menurutnya, hal ini salah satunya dikarenakan telah meredanya pandemi, sehingga banyak orang yang mulai datang ke pameran-pameran seni.
"Karena sudah lepas pandemi, kolektor yang sebelumnya enggak datang sekarang sudah mulai hadir di pameran seni," katanya kepada Hypeabis.id.
Gelaran Art Jakarta Gardens juga menjadi momentum bagi para pemilik galeri untuk bertemu dengan banyak kolektor baru. Diakui oleh Jefri bahwa karya-karya yang terjual dari Kiniko Art sebanyak 80 persen merupakan kolektor baru, dan sisanya merupakan kolektor tetap.
Adapun, koleksi yang dijual masih relatif terjangkau dengan harga di bawah Rp50 juta. Menurutnya, kolektor saat ini sangat terbuka akan beragam corak dan gaya dari koleksi karya yang ditawarkan oleh para seniman baik itu abstrak, figuratif, maupun karya pop art. "Kami lebih fokus kepada seniman muda. Alasannya karena lebih memahami zaman mereka juga untuk kemudahan komunikasi," katanya.
Jefri menjelaskan pada Art Jakarta Gardens tahun lalu, dia hanya membawa koleksi dari satu seniman, di mana sembilan karya yang diboyong semuanya laku terjual. Tahun ini, dia membawa koleksi dari sembilan seniman dengan total 22 karya, di mana sebanyak 20 karya telah terjual sampai hari terakhir pameran.
Secara jumlah, diakui olehnya bahwa terjadi peningkatan penjualan pada pameran tahun ini dibandingkan tahun lalu. Hal ini salah satunya didorong oleh kemunculan banyaknya anak muda yang mulai menjadi kolektor seni baru.
Ilustrasi pameran seni (Sumber gambar: Geri Mis/Unsplash)
Tak hanya kolektor tetap yang 'menjemput bola' untuk membeli karya, koleksi yang diboyong oleh Gudang Gambar juga turut menarik perhatian para kolektor baru. Hal itu, sambungnya, lantaran karya yang dijual oleh galeri masih relatif terjangkau mulai dari Rp20 juta hingga Rp110 juta, sehingga membuka peluang untuk menjangkau kolektor dari berbagai kalangan.
Baca juga: Seniman Gogor Purwoko Gelar Pameran di Galeri Nasional, Tampilkan Karya Abstrak Geometris
Tahun ini, Gudang Gambar berhasil menjual sebanyak 39 karya. Jumlah ini meningkat sekitar 10?ri tahun lalu, yang mampu menjual sebanyak 32 karya. "Di Gudang Gambar ada 10 seniman tetap dan mereka sudah punya pengikut atau kolektornya masing-masing. Karena [karya] mereka punya gayanya sendiri-sendiri," ujarnya.
Dari segi usia, Ramdhan mengatakan kolektor yang membeli karya di Gudang Gambar didominasi oleh mereka yang berusia di atas 40 tahun. Namun, ada juga kolektor muda yang berusia 20-30 tahun yang mulai membeli karya. Adapun, kebanyakan kolektor membeli karya untuk kebutuhan hasrat mereka akan keindahan dan estetika.
"Seni untuk investasi itu kan paradigma lama. Kami selalu bilang ke kolektor belilah karya sesuai dengan yang mereka suka. Kalau suatu hari nanti ternyata harga lukisannya naik, itu bonus," ujarnya.
Pada gelaran Art Jakarta Gardens tahun lalu, Gudang Gambar meraup pendapatan sebesar Rp1,5 miliar. Adapun, meski tidak menyebutkan angka secara spesifik, untuk tahun ini, Ramdhan mengaku mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat dari target penjualan.
Konsep pameran seni di ruang terbuka yang diusung oleh Art Jakarta Gardens juga menjadi daya tarik sendiri di kalangan kolektor untuk datang hingga membeli karya. Cosmas Damianus Gozali, arsitek sekaligus kolektor seni menuturkan gelaran Art Jakarta Gardens menjadi pameran seni yang unik ketika banyak acara biasanya digelar di ruang-ruang tertutup (indoor).
Kendati begitu, diakui olehnya koleksi karya yang dipamerkan dalam gelaran tersebut tidak begitu menunjukkan kebaruan yang signifikan. Namun, hal itu juga tidak menjadi persoalan sebab menurutnya minat kolektor tahun ini untuk membeli karya masih besar, termasuk banyaknya kolektor baru yang muncul. "Kebutuhan akan seni itu masih tinggi," ujarnya.
Di Art Jakarta Gardens, Cosmas membeli salah satu karya seni instalasi karya seniman muda yang dibawa oleh RUCI Art Space. Sebagai kolektor, dia menaruh minat yang besar pada karya-karya seniman muda yang dinilainya kerap memberikan tawaran konsep artistik yang baru dan lebih eksploratif. Selain itu, dia juga merasa perlu untuk mendukung para generasi baru perupa di Tanah Air.
Pada kesempatan terpisah, Kurator Kuss Indarto mengatakan tahun ini, Asia akan menjadi lumbung yang bagus bagi para kolektor untuk mengoleksi karya seni. Gejolak ekonomi yang terjadi secara global memang telah mempengaruhi sebagian besar pasar seni Eropa saat ini, tetapi menurutnya tidak dengan pasar seni di Asia.
"Saya duga itu akan masif lagi, perpindahan dari Eropa ke Asia karena krisis. Asia akan menjadi lumbung yang bagus untuk proses pengoleksian dan kreatif seniman, termasuk di dalamnya Indonesia," kata Kuss.
Senada, Fair Director Art Jakarta Tom Tandio, menilai Indonesia merupakan pasar seni rupa terbesar di Asia Tenggara. Menurutnya, dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, Indonesia memiliki jumlah galeri dan kolektor yang banyak.
Tom menuturkan saat ini banyak galeri seni yang buka di Jakarta dan beberapa diantaranya dimiliki oleh anak muda. Hadirnya galeri-galeri baru kemudian ditopang dengan tren masuknya anak-anak muda menjadi kolektor, dia meyakini bahwa bisnis seni akan maju. "Hal itu sudah menjadi sinyal bahwa pasar seni akan tumbuh masif. Saya melihat pasar seni ini memang lagi mau besar," ucapnya.
Baca juga: Wujud Harapan & Optimisme Seni Rupa dalam Pameran New Hope
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.