Pameran Tunggal Di Antara Tapal Jadi Ajang Pembuktian Seniman Muda Suvi Wahyudianto
07 March 2023 |
10:00 WIB
Art lovers, pameran lukisan bertajuk Di Antara Tapal di CAN'S Gallery, Jakarta, dari 7 Maret hingga 6 April 2023, enggak boleh kalian lewatkan. Sebab, ajang ini merupakan pameran tunggal seniman Suvi Wahyudianto. Dia digadang-gadang sebagai salah satu seniman potensial Indonesia.
Head of Strategic Communications and Brand PT Bank UOB Maya Rizano mengatakan, ada beberapa alasan kenapa Suvi layak disebut seniman potensial. Dia adalah finalis ajang UOB Painting of the Year kategori emerging artist pada 2016.
Baca juga: Refleksi Memori Ruang Seniman Yim Yen Sum dalam Pameran The Shade of Translucency
Dua tahun berselang, Suvi menjadi pemenang UOB Painting of the Year kategori profesional Indonesia. Tidak hanya itu, dalam dua tahun, dia juga berhasil menjadi juara di ajang yang sama tingkat Asia Tenggara. “Khusus Suvi mengalami lonjakan yang luar biasa dalam dua tahun, dari emerging tiba-tiba menjadi profesional dan memenangkan di tingkat Asia Tenggara,” katanya dalam pembukaan pameran, Senin (6/3/2023).
Menurut Maya, konsep yang diusung sang seniman dalam karya Angst, membuatnya menjadi pemenang memiliki perjalanan sejarah tentang konflik atau pergolakan di Kalimantan. Karya itu membuat para juri memahami apa yang terjadi.
Sejak saat itu, para juri dan penyelenggara melihat bahwa seniman itu memiliki potensi luar biasa.Karya Angst yang dipresentasikan merekam sebuah jejak emosi yang sangat meluap dari sang seniman dengan penuh warna merah merona dari medium resin.
Dia pun melihat, Suvi berani menyatakan mengubah cara berpikirnya dalam pameran bertajuk Di Antara Tapal. Menurutnya, terdapat sebuah transformasi di dalam karyanya yang membuat penikmat seni menikmati sisi lain dari sang seniman. “Di mana dengan kehangatan dan ekspresi yang lebih adem,” katanya.
Menurutnya, pameran ini menjadi awal yang baru bagi Suvi yang mengajak semua pihak menuju masa yang depan yang cerah dan juga menginspirasi para perupa generasi muda.
Pameran Di Antara Tapal merekam sejarah hidupnya dalam kerak emosi yang pekat dalam karya-karyanya. Sang seniman merefleksikan peristiwa-peristiwa dengan membangun momentum ingatan yang diwujudkan dalam puisi dan karya visual.
Menulis puisi menjadi tahap penting dalam metodenya, seperti upaya awal menemukan kata yang tepat sebagai artikulasi pemikiran, kenangan, perasaan, dan juga kesadaran untuk merengkuh persoalan sosial yang lebih kuat.
Karya sang seniman beranjak dari kemarahan menjadi sebuah orkestrasi dari beragam refleksi atas sejarah sosial penuh trauma, serta menjadi bagian dari kontestasi politik identitas jika mengikuti karyanya, terutama periode ziarahnya ke kawasan Kalimantan yang merupakan tempatnya menelusuri sebuah peristiwa konflik yang sangat bermakna bagi orang Madura.
Meskipun terlihat ada jejak emosional dari karya tersebut, Suvi juga memberikan konteks sosial yang kuat dan penting untuk penikmat karya membangun pemahaman atau membuka memori kolektif dalam narasi yang telah sekian lama dikonstruksi oleh kekuasaan.
Bagaimana ruang pertemuan antara jiwa, antar tubuh, antar ingatan, membangun proses untuk membangun persaudaraan dan solidaritas baru, membawa sejarah kelam sebagai masa lalu. “Seperti klise: memaafkan, tapi tidak melupakannya,” katanya.
Suvi lahir pada 28 April 1992 dan tengah menempuh pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selain ajang UOB Painting of the Year, dia juga tercatat telah berhasil memenangkan sejumlah penghargaan. Pada 2021 silam, sangat seniman meraih Young Artist Award Arjog MMXXI untuk karya yang berjudul Telepresance After 20th.
Baca juga: Seniman Gogor Purwoko Gelar Pameran di Galeri Nasional, Tampilkan Karya Abstrak Geometris
Editor: Dika Irawan
Head of Strategic Communications and Brand PT Bank UOB Maya Rizano mengatakan, ada beberapa alasan kenapa Suvi layak disebut seniman potensial. Dia adalah finalis ajang UOB Painting of the Year kategori emerging artist pada 2016.
Baca juga: Refleksi Memori Ruang Seniman Yim Yen Sum dalam Pameran The Shade of Translucency
Dua tahun berselang, Suvi menjadi pemenang UOB Painting of the Year kategori profesional Indonesia. Tidak hanya itu, dalam dua tahun, dia juga berhasil menjadi juara di ajang yang sama tingkat Asia Tenggara. “Khusus Suvi mengalami lonjakan yang luar biasa dalam dua tahun, dari emerging tiba-tiba menjadi profesional dan memenangkan di tingkat Asia Tenggara,” katanya dalam pembukaan pameran, Senin (6/3/2023).
Menurut Maya, konsep yang diusung sang seniman dalam karya Angst, membuatnya menjadi pemenang memiliki perjalanan sejarah tentang konflik atau pergolakan di Kalimantan. Karya itu membuat para juri memahami apa yang terjadi.
Sejak saat itu, para juri dan penyelenggara melihat bahwa seniman itu memiliki potensi luar biasa.Karya Angst yang dipresentasikan merekam sebuah jejak emosi yang sangat meluap dari sang seniman dengan penuh warna merah merona dari medium resin.
Dia pun melihat, Suvi berani menyatakan mengubah cara berpikirnya dalam pameran bertajuk Di Antara Tapal. Menurutnya, terdapat sebuah transformasi di dalam karyanya yang membuat penikmat seni menikmati sisi lain dari sang seniman. “Di mana dengan kehangatan dan ekspresi yang lebih adem,” katanya.
Menurutnya, pameran ini menjadi awal yang baru bagi Suvi yang mengajak semua pihak menuju masa yang depan yang cerah dan juga menginspirasi para perupa generasi muda.
Pameran Di Antara Tapal merekam sejarah hidupnya dalam kerak emosi yang pekat dalam karya-karyanya. Sang seniman merefleksikan peristiwa-peristiwa dengan membangun momentum ingatan yang diwujudkan dalam puisi dan karya visual.
Menulis puisi menjadi tahap penting dalam metodenya, seperti upaya awal menemukan kata yang tepat sebagai artikulasi pemikiran, kenangan, perasaan, dan juga kesadaran untuk merengkuh persoalan sosial yang lebih kuat.
Karya sang seniman beranjak dari kemarahan menjadi sebuah orkestrasi dari beragam refleksi atas sejarah sosial penuh trauma, serta menjadi bagian dari kontestasi politik identitas jika mengikuti karyanya, terutama periode ziarahnya ke kawasan Kalimantan yang merupakan tempatnya menelusuri sebuah peristiwa konflik yang sangat bermakna bagi orang Madura.
Meskipun terlihat ada jejak emosional dari karya tersebut, Suvi juga memberikan konteks sosial yang kuat dan penting untuk penikmat karya membangun pemahaman atau membuka memori kolektif dalam narasi yang telah sekian lama dikonstruksi oleh kekuasaan.
Bagaimana ruang pertemuan antara jiwa, antar tubuh, antar ingatan, membangun proses untuk membangun persaudaraan dan solidaritas baru, membawa sejarah kelam sebagai masa lalu. “Seperti klise: memaafkan, tapi tidak melupakannya,” katanya.
Suvi lahir pada 28 April 1992 dan tengah menempuh pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selain ajang UOB Painting of the Year, dia juga tercatat telah berhasil memenangkan sejumlah penghargaan. Pada 2021 silam, sangat seniman meraih Young Artist Award Arjog MMXXI untuk karya yang berjudul Telepresance After 20th.
Baca juga: Seniman Gogor Purwoko Gelar Pameran di Galeri Nasional, Tampilkan Karya Abstrak Geometris
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.