Mau Transplantasi Rambut? Baca Dulu deh Informasi Penting Ini
13 March 2023 |
16:45 WIB
Kerontokan rambut cukup menakutkan bagi beberapa orang. Sebab, jika hal tersebut dibiarkan terus menerus, maka akan memengaruhi penampilan kita. Oleh sebab itu, banyak orang mencari cara agar mahkota mereka tidak rontok. Salah satunya dengan transplantasi rambut.
Spesialis Kulit & Kelamin Bamed Firman Parrol, mengatakan transplantasi rambut merupakan metode pengambilan rambut sehat dari donor untuk dipindahkan ke area tubuh yang mengalami kebotakan. “Transplantasi rambut tidak hanya dilakukan untuk rambut kepala, tapi juga ketiak, alis, kelamin, dan lainnya,” katanya di Jakarta pada Senin, 13 Maret 2023.
Baca juga: Begini Kiat Mewarnai Rambut Sendiri di Rumah, Dijamin Anti Gagal
Dia menuturkan, terdapat dua teknik dalam proses transplantasi rambut, yakni Follicular Unit Transplantation (FUT) dan Follicular Unit Extraction (FUE). Setiap teknik memiliki keunggulan dan kekurangan.
Meskipun begitu, FUE menjadi teknik yang lebih sering digunakan dibandingkan dengan FUT. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, di antaranya teknik ini memiliki skar lebih kecil, penyembuhan lebih singkat, membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit, persiapan graft minimal, dan dapat digunakan untuk transplantasi rambut di aera selain kepala.
Dia menambahkan, seiring dengan waktu, teknik FUE mengalami perkembangan. Dengan nama FUE Sapphire, cara transplantasi rambut ini memiliki dampak yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Dengan menggunakan pisau yang berbeda, maka proses transplantasi memiliki hasil yang lebih natural; sangat aman; memiliki penyembuhan lebih cepat dan risiko infeksi kecil lantaran terdapat efek antibacterial; risiko alergi kecil; lebih presisi; penyembuhan dapat cepat; dan tidak merusak jaringan kulit.
Dia menuturkan, transplantasi rambut dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi seperti alopesia andogenetika terhadap pria; female pattern hair loss; alopesia skar sekunder akibat pascatrauma, luka bakar, radioterapi, bedah, dan sebagainya; alopesia triangular temporal; dan sebagainya.
Sementara itu, transplantasi rambut juga sebaiknya dilakukan jika pasien telah berusia 20 tahun, memiliki rambut donor yang cukup tebal, dan memahami persepsi yang baik terhadap tindakan medis tersebut.
“Pasien yang kerontokannya masih progresif tidak disarankan melakukan transplantasi rambut karena kerontokannya masih mungkin bertambah. Penting ditekankan agar pasien memiliki ekspektasi yang realistis terhadap hasil tindakan, sehingga tidak kecewa pada kemudian hari,” tegasnya.
Selain itu, sejumlah kondisi juga perlu diwaspadai ketika melakukan transplantasi rambut. Salah satunya adalah penderita diabetes melitus lantaran terkait dengan penyembuhan luka setelah proses penanaman rambut dilakukan.
Individu dengan penyakit autoimun juga tidak disarankan melakukannya lantaran rambut yang sudah tertanam akan kembali rontok ketika kambuh. “Memang harus dilakukan konseling, harus komunikasi terlebih dahulu dengan dokter agar bisa dipilihkan terapi yang tepat,” katanya.
Dia menambahkan, tindakan ini juga memiliki sejumlah komplikasi baik intraoperatif maupun postoperative. Saat tindakan, komplikasi transplantasi rambut dengan teknik FUE adalah nyeri, pendarahan, efek samping obat seperti anestesi dan analgesik. Sementara komplikasi paska transplantasi adalah nyeri, edema fasialis atau periorbitalis, gatal, krustasi, dan infeksi.
Menurutnya, cara pasien merawat rambut hasil transplantasi menjadi langkah penting keberhasilan paska tindakan lantaran terdapat sejumlah hal yang tidak boleh dilakukan. “Do and don’t ketat dari satu sampai tiga bulan pertama jika hasilnya ingin baik dan optimal,” katanya.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh pasien paska tindakan adalah keramas. Menurutnya, membersihkan rambut dengan sampo pada rambut biasa dan setelah transplantasi memiliki perbedaan. Rambut yang baru ditanam pada area tertentu di kepala bisa kembali mengalami kerontokan jika pasien tidak berhati-hati saat keramas.
Baca juga: Tidak Boleh Setiap Hari! Ini Waktu yang Tepat untuk Keramas Supaya Tidak Merusak Rambut
Editor: Dika Irawan
Spesialis Kulit & Kelamin Bamed Firman Parrol, mengatakan transplantasi rambut merupakan metode pengambilan rambut sehat dari donor untuk dipindahkan ke area tubuh yang mengalami kebotakan. “Transplantasi rambut tidak hanya dilakukan untuk rambut kepala, tapi juga ketiak, alis, kelamin, dan lainnya,” katanya di Jakarta pada Senin, 13 Maret 2023.
Baca juga: Begini Kiat Mewarnai Rambut Sendiri di Rumah, Dijamin Anti Gagal
Dia menuturkan, terdapat dua teknik dalam proses transplantasi rambut, yakni Follicular Unit Transplantation (FUT) dan Follicular Unit Extraction (FUE). Setiap teknik memiliki keunggulan dan kekurangan.
Meskipun begitu, FUE menjadi teknik yang lebih sering digunakan dibandingkan dengan FUT. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, di antaranya teknik ini memiliki skar lebih kecil, penyembuhan lebih singkat, membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit, persiapan graft minimal, dan dapat digunakan untuk transplantasi rambut di aera selain kepala.
Dia menambahkan, seiring dengan waktu, teknik FUE mengalami perkembangan. Dengan nama FUE Sapphire, cara transplantasi rambut ini memiliki dampak yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Dengan menggunakan pisau yang berbeda, maka proses transplantasi memiliki hasil yang lebih natural; sangat aman; memiliki penyembuhan lebih cepat dan risiko infeksi kecil lantaran terdapat efek antibacterial; risiko alergi kecil; lebih presisi; penyembuhan dapat cepat; dan tidak merusak jaringan kulit.
Dia menuturkan, transplantasi rambut dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi seperti alopesia andogenetika terhadap pria; female pattern hair loss; alopesia skar sekunder akibat pascatrauma, luka bakar, radioterapi, bedah, dan sebagainya; alopesia triangular temporal; dan sebagainya.
Syarat & Ketentuan Transplantasi
Sementara itu, transplantasi rambut juga sebaiknya dilakukan jika pasien telah berusia 20 tahun, memiliki rambut donor yang cukup tebal, dan memahami persepsi yang baik terhadap tindakan medis tersebut.“Pasien yang kerontokannya masih progresif tidak disarankan melakukan transplantasi rambut karena kerontokannya masih mungkin bertambah. Penting ditekankan agar pasien memiliki ekspektasi yang realistis terhadap hasil tindakan, sehingga tidak kecewa pada kemudian hari,” tegasnya.
Selain itu, sejumlah kondisi juga perlu diwaspadai ketika melakukan transplantasi rambut. Salah satunya adalah penderita diabetes melitus lantaran terkait dengan penyembuhan luka setelah proses penanaman rambut dilakukan.
Individu dengan penyakit autoimun juga tidak disarankan melakukannya lantaran rambut yang sudah tertanam akan kembali rontok ketika kambuh. “Memang harus dilakukan konseling, harus komunikasi terlebih dahulu dengan dokter agar bisa dipilihkan terapi yang tepat,” katanya.
Dia menambahkan, tindakan ini juga memiliki sejumlah komplikasi baik intraoperatif maupun postoperative. Saat tindakan, komplikasi transplantasi rambut dengan teknik FUE adalah nyeri, pendarahan, efek samping obat seperti anestesi dan analgesik. Sementara komplikasi paska transplantasi adalah nyeri, edema fasialis atau periorbitalis, gatal, krustasi, dan infeksi.
Do and Don’t
Menurutnya, cara pasien merawat rambut hasil transplantasi menjadi langkah penting keberhasilan paska tindakan lantaran terdapat sejumlah hal yang tidak boleh dilakukan. “Do and don’t ketat dari satu sampai tiga bulan pertama jika hasilnya ingin baik dan optimal,” katanya.Salah satu yang harus diperhatikan oleh pasien paska tindakan adalah keramas. Menurutnya, membersihkan rambut dengan sampo pada rambut biasa dan setelah transplantasi memiliki perbedaan. Rambut yang baru ditanam pada area tertentu di kepala bisa kembali mengalami kerontokan jika pasien tidak berhati-hati saat keramas.
Baca juga: Tidak Boleh Setiap Hari! Ini Waktu yang Tepat untuk Keramas Supaya Tidak Merusak Rambut
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.