Beberapa karya di pameran New Hope di Galeri Nasional. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Wujud Harapan & Optimisme Seni Rupa dalam Pameran New Hope

06 March 2023   |   16:06 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Tahun 2023 tampak mengulurkan harapan baru kepada dunia seni rupa. Wajah dunia seni rupa tahun ini diperkirakan akan cerah. Tanda-tandanya sudah terlihat. Tahun ini, pameran seni internasional Art SG di Singapura kembali dihelat setelah sempat terhenti akibat pandemi.

Perhelatan seni rupa akbar ini berhasil mendatangkan galeri-galeri besar internasional dari berbagai belahan dunia, bersama karya-karya unggul perupa papan atas dunia. Sepanjang tahun ini, sejumlah agenda pameran internasional juga kembali dihelat seperti pameran besar Vermeer di Amsterdam, Egon Schiele di Tokyo, Michelangelo di Wina, dan El Greco di Milan.

Di tengah pandemi dan berbagai krisis global yang ada, seni tetap hadir sebagai sebuah harapan. Seni memiliki kekuatan untuk menghubungkan, menyampaikan, mengubah dan menyembuhkan. Dengan kekuatannya itu, seni terus-menerus mengumandangkan pesan bahwa harapan selalu ada.

Baca juga: Simak Profil 3 Seniman Berbakat yang Karyanya Hadir di Pameran New Hope

Setidaknya spirit itulah yang tertangkap dalam pameran New Hope dari Art Xchange Gallery yang digelar di Galeri Nasional. Seperti judulnya, pameran ini menjadi semacam manifestasi harapan dari para seniman dan galeri akan wajah seni rupa yang lebih cerah dan penuh optimisme pada tahun ini.

Ada 91 karya dari 30 perupa baik dari dalam maupun luar negeri yang berpartisipasi dalam pameran ini diantaranya Anis Kurniasih, Antoe Budiono, Endang Lestari, Suwandi Waeng, Lini Natalini, Nadya Korotaeva, Citra Pratiwi, Cadio Tarompo, Lim Tong Xin, dan Sergey Gapanovich.

The Deception of Pangeran Diponegoro (2015), 230 cm x 250 cm, R Sumantri MS (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Kurator Arif Bagus Prasetyo mengatakan keikutsertaan perupa internasional secara simbolis mewakili pesan universal tentang harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh manusia di dunia. Terutama partisipasi perupa dari Rusia, negara yang sedang terlibat konflik dengan Ukraina, katanya, menyimbolkan harapan akan datangnya perdamaian dan kemenangan spirit kemanusiaan.

"Pameran ini menampilkan harapan akan datangnya hari baru yang cerah menggantikan masa kelam dan sulit di tengah pandemi, peperangan, dan berbagai krisis lain yang melanda dunia," katanya.

Sejumlah karya dalam pameran ini menampilkan tema atau subjek yang berkaitan dengan gagasan tentang harapan. Namun, kerangka tema tersebut divisualisasikan dengan beragam gaya, warna, dan corak yang menjadi ciri khas dari masing-masing perupa.

Misalnya lukisan karya perupa asal Bone, Cadio Tarompo, yang berjudul Selamat Tinggal Corona. Lukisan berdimensi 130 cm x 100 cm itu menggambarkan langkah kaki yang bergerak maju, dengan masker di belakangnya yang menjadi simbol bahwa masa-masa krisis pandemi sudah berlalu, berganti dengan kehidupan dan harapan baru.
 

The Deception of Pangeran Diponegoro (2015), 230 cm x 250 cm, R Sumantri MS (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

New Happines Emerging (2022), 60 cm x 50 cm, Dona Prawita Arissuta (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Selain itu, sejumlah karya juga menerjemahkan ide tentang harapan secara ekspresif dengan bahasa artistik yang meriah dan bergelora. Seperti lukisan karya seniman asal Yogyakarta, Budi Asih, berjudul Spirit of Change. Lukisan berdimensi 140 cm x 120 cm itu menggambarkan dunia anak-anak yang warna-warni, menggemakan suasana joie de vivre, kegembiraan hidup.

Tak hanya dari segi tema, spirit akan harapan juga turut direpresentasikan dengan sejumlah karya yang menunjukkan upaya eksplorasi pendekatan artistik. Beberapa perupa tampak berikhtiar menerabas batas konvensi demi menjelajahi  wilayah kemungkinan baru, misalnya  dengan merangkul teknologi mutakhir atau mentransformasi tradisi.

Jemana Murti, Dona Prawita Arissuta, dan Gapanovich, contohnya, yang memperlihatkan eksplorasi bentuk dan media untuk menantang paham konvensional tentang lukisan atau patung. Begitupun Cadio Tarompo yang menggunakan kemampuan teknologi digital terkini untuk  mentransformasi definisi 'lukisan'.

Citra dalam lukisannya baru terlihat secara utuh dan lengkap jika pemirsa menggunakan aplikasi pemindai negatif film. Selain itu, ada juga seniman asal Malaysia, Lim Tong Xin, yang mempercanggih tradisi gambar dan sketsa, serta I Putu Adi dan Chairul Imam yang menafsirkan ulang ragam seni rupa
tradisional.

"Secara kuratorial, kami memilih karya-karya yang memiliki bahasa artistik yang bergelora, mencerminkan perayaan kegembiraan dalam kehidupan," kata Arif.

Baca juga: Gaet 30 Perupa, Art Xchange Gallery Gelar Pameran New Hope di Galeri Nasional

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Rayakan Bulan Film Nasional, BPI Gelar Pameran & Workshop Film

BERIKUTNYA

Ini Pertimbangan Utama Konsumen Membeli Smartphone pada 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: