Banyak anak muda mulai tertarik menjadi kolektor seni. (Sumber gambar: James Genchi/Unsplash)

Kehadiran Kolektor Muda Bawa Gairah Baru untuk Pasar Seni

17 February 2023   |   15:33 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Pasar seni rupa global kini semakin diramaikan dengan kemunculan para kolektor muda, tak terkecuali di Indonesia. Kebanyakan dari mereka merupakan kolektor yang berusia 20-40 tahun. Laporan dari Art Basel & UBS pada 2021 menyebutkan bahwa kolektor utama di pasar seni global pada 2020 adalah kolektor muda.

Laporan tersebut menyampaikan bahwa 30 persen kolektor dari generasi milenial mulai usia 24-39 tahun, telah menghabiskan lebih dari US$1 juta untuk karya seni dengan pengeluaran rata-rata US$228.000 per tahunnya.

Geliat kolektor muda juga tampak di beberapa gelaran pameran seni yang dihelat di dalam negeri, salah satunya Art Jakarta Gardens yang baru saja selesai dihelat. Fair Director Art Jakarta Gardens, Tom Tandio, mengatakan faktor terbesar para kolektor muda membeli karya seni adalah karena alasan estetika yang berangkat dari kesan emosional mereka saat melihat karya itu sendiri.

Baca juga: Kolektor Muda Mulai Bermunculan, Galeri Seni Bakal Pikat Mereka dengan Cara Ini

Menurutnya, hal itu tidak terlepas dari faktor pengaruh media sosial yang memang sangat dekat dengan kehidupan kalangan muda. Dari situ, mereka memiliki kemudahan akses dalam melihat karya seni dari berbagai sumber entah itu akun media sosial galeri, pameran virtual, ataupun kolaborasi sejumlah brand dengan seniman.

"Di Art Jakarta Gardens itu memang terasa sekali, mereka [kolektor muda] datang dan mulai membeli serta mengoleksi karya seni," terangnya saat diwawancarai Hypeabis.id, baru-baru ini.

Kehadiran para kolektor muda juga turut membawa perbedaan selera dalam mengoleksi karya seni. Tom menuturkan kebanyakan kolektor muda menyukai karya seni kontemporer yang menampilkan figur-figur kartun dan street art yang lebih berwarna-warni. Dengan kata lain, karya-karya yang diminati adalah yang lebih relevan dengan mereka baik secara isi maupun bentuk.
 

Ilustrasu seseorang sedang mengamati karya seni (Sumber gambar: Moe Kong/Unsplash)

Ilustrasu seseorang sedang mengamati karya seni (Sumber gambar: Moe Kong/Unsplash)


Gairah Baru

Selain dilihat dari sisi usia, kolektor muda juga identik dengan kalangan yang berpendidikan dan memiliki pencapaian ekonomi yang mapan. Kurator Kuss Indarto melihat bahwa tren kemunculan kolektor muda bisa saja dipengaruhi banyaknya anak muda yang berkuliah di luar negeri seperti di Eropa atau Amerika.

Menurutnya, mereka sudah terbiasa untuk menikmati dan mengapresiasi karya seni di galeri atau museum di waktu senggang. "Itu kan sebenarnya pola cara berpikir mereka terbentuk untuk bisa mengoleksi karya seni karena kebutuhan jiwa dan gaya hidup mereka," katanya.

Kondisi ini pun dapat memunculkan fenomena baru dimana mengoleksi karya seni merupakan sebuah tradisi bagi kalangan muda. Kuss menilai bahwa tren mengoleksi karya seni di kalangan kolektor muda salah satunya didasari atas rasa prestise untuk memiliki karya dari seniman tertentu.

Bagi sebagian kalangan, memiliki karya seni boleh jadi sama seperti mengoleksi barang-barang mewah seperti mobil yang berharga fantastis. "Ketika mereka memiliki karya seni itu ada nilai tersendiri yang bisa menaikkan reputasi diri," imbuhnya.

Dari sisi selera, kolektor muda cenderung memiliki minat yang lebih terhadap seniman muda yang sesuai dengan usia mereka. Sebab, acapkali, karya-karya seniman muda menampilkan sisi dunia yang sama dan relevan dengan mereka, sehingga ada semacam koneksi di antara perupa dan kolektornya.

"Dunia, cara berpikir, gagasan dan konsep tentang kehidupannya relatif sama. Karena seniman itu memang cenderung punya ide yang mungkin sesuai dengan karakter usianya," tambahnya.

Tren kian masifnya kolektor muda boleh dibilang menjadi hal yang menggembirakan bagi pasar seni rupa di Tanah Air. Sebab, setiap tahunnya, Indonesia melahirkan banyak seniman muda dari sejumlah institusi pendidikan seni, yang harus diimbangi dengan jumlah kolektor yang memadai agar ekosistem ini bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Sebab, menurut Kuss, pertumbuhan jumlah karya seni yang dihasilkan oleh para seniman di Indonesia masih belum sepadan dengan jumlah kolektornya. Dengan munculnya kalangan kolektor muda, diharapkan dapat membentuk pasar dari masing-masing perupa yang lebih luas dan beragam.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Sah! MUI Tetapkan Es Krim Mixue Halal: Bahan & Produknya Terjamin Suci

BERIKUTNYA

Sejarah Singkat Isra Miraj, Momen Pertama Diwajibkannya Salat Lima Waktu

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: