Peran Label Independen di Balik Kesuksesan Musisi Indie
09 March 2023 |
14:59 WIB
Musik yang lahir dari label independen dahulu kerap dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Sekarang, karya-karya mereka justru sering kali membuat riuh ranah musik nasional. Penikmat musik indi pun makin bertumbuh setiap tahunnya.
Sebut saja Hindia, Nadin Amizah, atau Pamungkas. Mereka dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi wajah baru dan menghiasi tangga musik Indonesia. Apa pun yang dirilis oleh mereka selalu menjadi perbincangan dan pada akhirnya terus menggaungkan namanya.
Baca juga: Sama-Sama Mewadahi Musisi Indie, Ini Bedanya Netlabel & Label Independen
Chief Executive Officer Sun Eater, label rekaman dan perusahaan musik indi, Kukuh Rizal sepakat bahwa musik-musik dari label independen makin menemukan ruang dan diterima oleh publik. Menurutnya, perbedaan musik yang datang dari major label dan label independen makin tipis. Kondisi ini membuat semua musisi memiliki kesempatan yang sama.
Fenomena tersebut dipandangnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dunia. Dia melihat bahwa saat ini sekat-sekat industri mulai terbuka dan membuat musik-musik independen lebih bergairah. Bahkan, kata Kukuh, top three musik Indonesia sekarang ini berasal dari label independen.
“Ada banyak variabel, ya. Satu, mudahnya akses untuk bikin musik hari ini. Kedua, perkembangan digital yang membuat musisi bisa mendistribusi lagu tanpa mengandalkan jaringan [major label],” ujar Kukuh kepada Hypeabis.id.
Desentralisasi kekaryaan ini pelan-pelan menciptakan ledakan musisi yang merilis lagu. Lagi pula, penamaan major label dan label independen sebenarnya semu. Dahulu, istilah ini dipakai agar lebih mudah membedakan musisi dari label besar, dengan musisi yang tidak mau mengikuti sistem di label-label raksasa.
Musik hari ini telah jauh berbeda. Desentralisasi telah membuat musik menjadi makin terfragmen. Tidak hanya didominasi artis dari kota besar, kini setiap kota bahkan punya idolanya masing-masing. Semua genre pun kini seperti menemukan muaranya sendiri-sendiri.
Kukuh mencontohkan Asep Balon, rapper dari Majalaya yang setiap kali merilis video klip ditonton jutaan orang. Namun, bagi orang Jakarta, mungkin masih banyak yang belum tahu soal Asep Balon.
“Industri akan jauh lebih sehat karena semua orang punya opsi. Musisi mau pakai label besar bisa, mengandalkan talent show bisa, dari jalur indi juga bisa. Makin banyak opsi makin baik,” imbuhnya.
Meskipun demikian, segala perubahan selalu menghasilkan efek positif dan negatif. Dengan kondisi musik yang makin terfragmen, label terbilang dimudahkan saat merilis musisi barunya. Akan tetapi, label merasa kesulitan untuk men-scale up musisi baru tersebut.
Selain itu, dunia digital juga membuat semua orang jadi lebih mudah berkarya, tetapi sekaligus menuntut label punya karakter kuat agar tetap bisa eksis.
Dengan segala perkembangan yang ada, Sun Eater pun terus berusaha beradaptasi. Kukuh menuturkan tujuan dari Sun Eater bukan jadi perusahaan label semata. Sun Eater ingin jadi perusahaan musik berbasis intellectual property.
Baca juga: Wawancara Khusus Founder Elevation Records Taufiq Rahman: Layanan Streaming Enggak Adil Buat Musisi
Setiap musisi yang dirilis tidak hanya memiliki ujung menghasilkan lagu. Namun, mereka memiliki karakter yang khas dan roadmap kekaryaan yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, kontinuitas dalam berkarya setiap musisi menjadi penting.
Di sisi lain, Sun Eater juga terus mengembangkan diri dan membentuk ekosistem yang lebih baik untuk menghubungkan mereka dengan penggemar.
Pengamat musik Nuran Wibisono mengatakan bahwa perkembangan label musik independen didorong oleh karya-karya ciamik yang mereka rilis. Di sisi lain, mereka juga mulai serius dalam menjalankan strategi marketing, sehingga musik yang sudah baik bisa bertemu dengan pendengarnya. Kombinasi itu membuat musik-musik yang datang dari label independen menemui pasar yang lebih luas lagi.
Menurut Nuran, geliat musik independen tumbuh secara alami. Tidak ada momentum khusus yang membuat label independen mendobrak pasar secara mendadak. Fase ini berjalan pelan, tetapi pasti.
“Mungkin yang paling terasa dalam lima tahun sampai enam tahun terakhir ini. Mereka memanfaatkan banyak teknik marketing yang up to date, dari memaksimalkan media sosial, merilis merchandise terbatas, hingga bikin tour mandiri,” ucap Nuran kepada Hypeabis.id.
Salah satu pembeda label independen sekarang dengan era dahulu ialah pemanfaatan internet dan kanal digital. Dua hal ini membuat geliat musik-musik independen makin membesar.
Baca juga: 5 Video Musik Indonesia yang Trending di YouTube sepanjang 2021
Editor: Dika Irawan
Sebut saja Hindia, Nadin Amizah, atau Pamungkas. Mereka dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi wajah baru dan menghiasi tangga musik Indonesia. Apa pun yang dirilis oleh mereka selalu menjadi perbincangan dan pada akhirnya terus menggaungkan namanya.
Baca juga: Sama-Sama Mewadahi Musisi Indie, Ini Bedanya Netlabel & Label Independen
Chief Executive Officer Sun Eater, label rekaman dan perusahaan musik indi, Kukuh Rizal sepakat bahwa musik-musik dari label independen makin menemukan ruang dan diterima oleh publik. Menurutnya, perbedaan musik yang datang dari major label dan label independen makin tipis. Kondisi ini membuat semua musisi memiliki kesempatan yang sama.
Fenomena tersebut dipandangnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dunia. Dia melihat bahwa saat ini sekat-sekat industri mulai terbuka dan membuat musik-musik independen lebih bergairah. Bahkan, kata Kukuh, top three musik Indonesia sekarang ini berasal dari label independen.
“Ada banyak variabel, ya. Satu, mudahnya akses untuk bikin musik hari ini. Kedua, perkembangan digital yang membuat musisi bisa mendistribusi lagu tanpa mengandalkan jaringan [major label],” ujar Kukuh kepada Hypeabis.id.
Desentralisasi kekaryaan ini pelan-pelan menciptakan ledakan musisi yang merilis lagu. Lagi pula, penamaan major label dan label independen sebenarnya semu. Dahulu, istilah ini dipakai agar lebih mudah membedakan musisi dari label besar, dengan musisi yang tidak mau mengikuti sistem di label-label raksasa.
Musik hari ini telah jauh berbeda. Desentralisasi telah membuat musik menjadi makin terfragmen. Tidak hanya didominasi artis dari kota besar, kini setiap kota bahkan punya idolanya masing-masing. Semua genre pun kini seperti menemukan muaranya sendiri-sendiri.
Kukuh mencontohkan Asep Balon, rapper dari Majalaya yang setiap kali merilis video klip ditonton jutaan orang. Namun, bagi orang Jakarta, mungkin masih banyak yang belum tahu soal Asep Balon.
“Industri akan jauh lebih sehat karena semua orang punya opsi. Musisi mau pakai label besar bisa, mengandalkan talent show bisa, dari jalur indi juga bisa. Makin banyak opsi makin baik,” imbuhnya.
Meskipun demikian, segala perubahan selalu menghasilkan efek positif dan negatif. Dengan kondisi musik yang makin terfragmen, label terbilang dimudahkan saat merilis musisi barunya. Akan tetapi, label merasa kesulitan untuk men-scale up musisi baru tersebut.
Selain itu, dunia digital juga membuat semua orang jadi lebih mudah berkarya, tetapi sekaligus menuntut label punya karakter kuat agar tetap bisa eksis.
Dengan segala perkembangan yang ada, Sun Eater pun terus berusaha beradaptasi. Kukuh menuturkan tujuan dari Sun Eater bukan jadi perusahaan label semata. Sun Eater ingin jadi perusahaan musik berbasis intellectual property.
Baca juga: Wawancara Khusus Founder Elevation Records Taufiq Rahman: Layanan Streaming Enggak Adil Buat Musisi
Setiap musisi yang dirilis tidak hanya memiliki ujung menghasilkan lagu. Namun, mereka memiliki karakter yang khas dan roadmap kekaryaan yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, kontinuitas dalam berkarya setiap musisi menjadi penting.
Di sisi lain, Sun Eater juga terus mengembangkan diri dan membentuk ekosistem yang lebih baik untuk menghubungkan mereka dengan penggemar.
View this post on Instagram
Pengamat musik Nuran Wibisono mengatakan bahwa perkembangan label musik independen didorong oleh karya-karya ciamik yang mereka rilis. Di sisi lain, mereka juga mulai serius dalam menjalankan strategi marketing, sehingga musik yang sudah baik bisa bertemu dengan pendengarnya. Kombinasi itu membuat musik-musik yang datang dari label independen menemui pasar yang lebih luas lagi.
Menurut Nuran, geliat musik independen tumbuh secara alami. Tidak ada momentum khusus yang membuat label independen mendobrak pasar secara mendadak. Fase ini berjalan pelan, tetapi pasti.
“Mungkin yang paling terasa dalam lima tahun sampai enam tahun terakhir ini. Mereka memanfaatkan banyak teknik marketing yang up to date, dari memaksimalkan media sosial, merilis merchandise terbatas, hingga bikin tour mandiri,” ucap Nuran kepada Hypeabis.id.
Salah satu pembeda label independen sekarang dengan era dahulu ialah pemanfaatan internet dan kanal digital. Dua hal ini membuat geliat musik-musik independen makin membesar.
Baca juga: 5 Video Musik Indonesia yang Trending di YouTube sepanjang 2021
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.