Musiknya Makin Diminati, Ini Alasan Musisi Pilih Jalur Indie
09 March 2023 |
13:30 WIB
Genhype, saat ini makin mudah bagi kita untuk menemui musisi-musisi berkelas yang lahir dari label independen. Mereka kerap dijuluki sebagai musisi indie. Dengan merilis lagunya melalui label independen, lagu-lagu yang tercipta cukup memberikan warna baru dibanding dengan lagu hits di pasaran.
Musisi indie juga umumnya menciptakan aransemen dan lagu sesuai isi hati mereka tanpa adanya campur tangan terlalu banyak dari pihak lain. Alasan ini kemudian membuat musisi, baik pemain baru maupun lama, kemudian memilih jalur indie dibanding major.
Dari kacamata musisi, Nadila Wantari memandang major label kini bukan lagi satu-satunya jalan untuk berkarya. Dahulu, kata Nadila, bermusik dan bisa merilis karyanya di major label bisa dibilang sebuah privilege. Seolah, jalan ketenaran sudah diaspal dan bisa dilalui dengan mulus. Namun, sekarang major label dan label independen hanya soal pilihan untuk menelurkan karyanya.
Baca juga: Sama-Sama Mewadahi Musisi Indie, Ini Bedanya Netlabel & Label Independen
Adanya media sosial dan platform digital telah membuat proses persebaran karya jadi lebih mudah meski harus berkarier di label independen. Belum lagi dengan menjamurnya festival musik yang mau memberikan kesempatan musisi baru menampilkan karyanya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika saat ini musik-musik dari label independen sudah jadi hal lazim didengar banyak orang dan tidak lagi dianggap segmented.
“Di kalangan anak muda musik independen mungkin sedang jadi tren. Ada semacam kesenangan tersendiri saat mendengarkan lagu atau musisi tertentu yang belum banyak orang tahu. Terkesan edgy dan limited,” papar Nadila kepada Hypeabis.id.
Kebebasan, kata Nadila, juga membuatnya lebih senang berkarier di skena musik independen. Dirinya ingin menulis dan menciptakan lagu-lagunya sendiri tanpa ada campur tangan terlalu banyak dari pihak lain.
Terkait dengan pembagian royalti, eks personel JKT48 itu mengatakan major label dan label independen tidak jauh berbeda. Sebab, hal itu bisa dibicarakan dan bergantung dari perjanjian awal antara musisi dengan label tersebut.
Pengamat musik nasional Nuran Wibisono mengatakan bahwa geliat musisi Independen memang sangat terasa dalam beberapa tahun terakhir. Adanya internet dan digitalisasi makin membuat musisi independen dan label independen menjamur.
Dengan proses kekaryaan yang lebih mudah, banyak musisi yang jadi tertarik mengeluarkan lagunya melalui jalur tersebut. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan juga dunia.
Internet dan digitalisasi, kata Nuran, benar-benar telah melipat jarak. Musik bisa diproduksi di mana saja dan tidak lagi bergantung di kota besar, seperti Jakarta. Musisi tidak perlu lagi pergi ke kota-kota besar untuk menemui jalur karier mereka. Di tempat mereka berasal pun, jalan karier mereka sudah bisa diciptakan sendiri.
Baca juga: Konser Musik Life Fest 2023 Digelar di GBK, Deretan Musisi Keren Siap Menghibur
Musik yang datang dari daerah kini punya kesempatan yang sama untuk didengar banyak orang. Misalnya, band asal Makassar, Theory of Discoustic, yang karya-karyanya sudah didengar sampai di Australia.
Dari segi musik, Nuran melihat label independen menawarkan keberagaman genre. Hal ini membuat label independen kerap memberikan warna musik baru yang berbeda dari sebelumnya. Nuansa yang segar menjadikan musik independen makin dilirik.
Menurut Nuran, peluang pasar yang makin terbuka membuat ke depan label independen akan terus bertambah. Namun, masing-masing akan bergerak di ceruk genre yang berbeda. Misalnya, ada label tertentu yang mengkhususkan diri merilis lagu elektronik, sementara label lainnya berfokus pada musik folk.
Dengan genre yang makin menyempit, setiap label dapat membangun skena musiknya sendiri. Kemudian, mulai berfokus mengorbitkan musisi terbaik di skena musik tersebut. Pada ujungnya, pendengar akan makin loyal karena terus disajikan dengan musik berkualitas.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Musisi indie juga umumnya menciptakan aransemen dan lagu sesuai isi hati mereka tanpa adanya campur tangan terlalu banyak dari pihak lain. Alasan ini kemudian membuat musisi, baik pemain baru maupun lama, kemudian memilih jalur indie dibanding major.
Dari kacamata musisi, Nadila Wantari memandang major label kini bukan lagi satu-satunya jalan untuk berkarya. Dahulu, kata Nadila, bermusik dan bisa merilis karyanya di major label bisa dibilang sebuah privilege. Seolah, jalan ketenaran sudah diaspal dan bisa dilalui dengan mulus. Namun, sekarang major label dan label independen hanya soal pilihan untuk menelurkan karyanya.
Baca juga: Sama-Sama Mewadahi Musisi Indie, Ini Bedanya Netlabel & Label Independen
Adanya media sosial dan platform digital telah membuat proses persebaran karya jadi lebih mudah meski harus berkarier di label independen. Belum lagi dengan menjamurnya festival musik yang mau memberikan kesempatan musisi baru menampilkan karyanya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika saat ini musik-musik dari label independen sudah jadi hal lazim didengar banyak orang dan tidak lagi dianggap segmented.
“Di kalangan anak muda musik independen mungkin sedang jadi tren. Ada semacam kesenangan tersendiri saat mendengarkan lagu atau musisi tertentu yang belum banyak orang tahu. Terkesan edgy dan limited,” papar Nadila kepada Hypeabis.id.
Kebebasan, kata Nadila, juga membuatnya lebih senang berkarier di skena musik independen. Dirinya ingin menulis dan menciptakan lagu-lagunya sendiri tanpa ada campur tangan terlalu banyak dari pihak lain.
Terkait dengan pembagian royalti, eks personel JKT48 itu mengatakan major label dan label independen tidak jauh berbeda. Sebab, hal itu bisa dibicarakan dan bergantung dari perjanjian awal antara musisi dengan label tersebut.
Pengamat musik nasional Nuran Wibisono mengatakan bahwa geliat musisi Independen memang sangat terasa dalam beberapa tahun terakhir. Adanya internet dan digitalisasi makin membuat musisi independen dan label independen menjamur.
Dengan proses kekaryaan yang lebih mudah, banyak musisi yang jadi tertarik mengeluarkan lagunya melalui jalur tersebut. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan juga dunia.
Internet dan digitalisasi, kata Nuran, benar-benar telah melipat jarak. Musik bisa diproduksi di mana saja dan tidak lagi bergantung di kota besar, seperti Jakarta. Musisi tidak perlu lagi pergi ke kota-kota besar untuk menemui jalur karier mereka. Di tempat mereka berasal pun, jalan karier mereka sudah bisa diciptakan sendiri.
Baca juga: Konser Musik Life Fest 2023 Digelar di GBK, Deretan Musisi Keren Siap Menghibur
Musik yang datang dari daerah kini punya kesempatan yang sama untuk didengar banyak orang. Misalnya, band asal Makassar, Theory of Discoustic, yang karya-karyanya sudah didengar sampai di Australia.
Dari segi musik, Nuran melihat label independen menawarkan keberagaman genre. Hal ini membuat label independen kerap memberikan warna musik baru yang berbeda dari sebelumnya. Nuansa yang segar menjadikan musik independen makin dilirik.
Menurut Nuran, peluang pasar yang makin terbuka membuat ke depan label independen akan terus bertambah. Namun, masing-masing akan bergerak di ceruk genre yang berbeda. Misalnya, ada label tertentu yang mengkhususkan diri merilis lagu elektronik, sementara label lainnya berfokus pada musik folk.
Dengan genre yang makin menyempit, setiap label dapat membangun skena musiknya sendiri. Kemudian, mulai berfokus mengorbitkan musisi terbaik di skena musik tersebut. Pada ujungnya, pendengar akan makin loyal karena terus disajikan dengan musik berkualitas.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.