Pemain BOOM Esports. (Sumber gambar: Twitter/DOTA 2)

Hypereport: Menengok Fondasi dan Ambisi Tim Esports Indonesia

11 February 2023   |   19:30 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Like
Indonesia dengan generasi mudanya selalu punya cara. Hampir satu dekade terakhir, mereka memiliki jalan baru mengharumkan nama bangsanya lewat kancah olahraga. Namun bukan olahraga fisik saja, tetapi juga beradu strategi di arena permainan digital seperti game.

Memang, konsep ini mungkin tak terbayangkan bagi generasi-generasi sebelumnya. Bagaimana sebuah game yang mulanya dimainkan untuk mengusir penat bisa berubah menjadi ajang eksistensi, mencari cuan, hingga mewakili negara di muka global.
 
Esports melaju pesat setidaknya 10 tahun belakangan. Meski diketahui ajang olahraga elektronik ini pertama kali sudah tercetus sejak 1972, negeri barat baru berlomba-lomba membuat tim esports sejak 1990-an. Penyebarannya semakin masif ke wilayah-wilayah Asia seiring dengan peningkatan penggemar game.

Baca juga laporan terkait:
Hypereport: Kemilau Esports & Pentingnya Peran Orang-Orang di Balik Layar
Hypereport: Jalan Terjal Menjadi Pro Player Esports
Hypereport: Mengorek Sumber Cuan Tim Esports, Sering Juara Makin Sejahtera

 
Di Indonesia, esports baru mulai menggeliat pada 1999 dan eksistensinya semakin mendapat perhatian negara beberapa tahun ini. Tentu ini tidak terlepas dari kecepatan Indonesia beradaptasi dengan industri game.

Data Asosiasi Game Indonesia menyebutkan, Indonesia  duduk dalam peringkat ke-16 sebagai pasar game terbesar di dunia. Di Asia, kita bersanding dengan Jepang dan Korea Selatan dalam 10 besar pasar game, memegang posisi terkuat di samping Thailand dan India untuk pertumbuhan paling cepat.

Baca juga: 10 Tim Esports Terpopuler di Dunia 2022: Ada EVOS, ONIC & RRQ dari Indonesia
 
Melajunya tim-tim Indonesia ke ranah internasional membuat industri esports semakin dilirik. Banyak tim esports baru yang kian bermunculan, sementara tim yang sudah malang melintang semakin memperkuat fondasi mereka baik dari sisi manajemen dan pemainnya. EVOS Esports, satu di antara deretan tim esports yang bersinar beberapa tahun ini.
 
Baru 6 tahun didirikan, awal mula EVOS cukup sama dengan tim esports kebanyakan. Mereka memulai dari sebuah tim kecil untuk game Dota 2. Saat itu, tim ini dikenal dengan nama Zero Latitude, tim yang berhasil menjadi juara ke-3 dalam turnamen yang digarap manajemen.

Kemudian mereka menetapkan EVOS dari kata Evolve, sebagai nama baru dari tim ini. Nama yang terdengar sangar sesuai dengan ikon macan yang diambil oleh tim Zero Latitude kala itu.
 

Wall of Fams EVOS Esports. (Sumber gambar: EVOS Esports)

Wall of Fams EVOS Esports. (Sumber gambar: EVOS Esports)


Sudah berdiri sejak 2016, tentu perjuangan EVOS bukan hanya di depan panggung saja. Di baliknya, ada manajemen yang susah payah melakukan banyak dukungan. Mohammad Refie Fakhreno, Head of Esports Performance EVOS Esports menyebut, komunitas masih menjadi jalan mereka merekrut para pemain. Beberapa dimulai dengan sistem observasi para pemain, beberapa dimulai dengan kualifikasi terbuka, memungkinkan siapa saja berpeluang menjadi pemain profesional.
 
Sama seperti pekerja kantor, mereka punya waktu sekitar 6-7 jam untuk berada di EVOS Integrated Training Facility (EVOS ITF), sebuah fasilitas latihan khusus yang dibangun manajemen untuk mendukung sikap disiplin pemain sejak 2021. Tempat ini berbeda dengan gaming house yang lebih digunakan untuk istirahat dan bermain lebih santai. Para pemain akan mulai merapat ke EVOS ITF pukul 15.00 WIB hingga 22.00 WIB. Mereka pun memiliki hari libur satu hari dalam satu pekan.

Baca juga: Tren Esports 2023: Kompetisi Makin Digemari & Gim Lokal Unjuk Gigi
 
Di EVOS ITF, para pemain tidak hanya berlatih, melainkan juga melakukan kegiatan proyek lain seperti live streaming atau syuting keperluan branding. Para pemain memiliki waktu bebas dari pagi hingga siang sebelum mereka berjalan ke EVOS ITF yang berada di sebelah apartemen lokasi gaming house mereka. Untuk gaming house, EVOS menyiapkan satu unit apartemen untuk setiap divisi game mereka.
 

“Di dalamnya ada EVOS gaming room, kemudian untuk gaming smartphone pastinya kita provide. Meski gaming house ini konsepnya lebih santai dibanding EVOS ITF, mereka akan selalu dipantau sama manajer masing-masing yang siap mendisplikan mereka dalam kegiatan sehari-hari. Kami percaya kalau mereka disiplin di kehidupan sehari-hari, maka In-game mereka juga akan disiplin,” kata Refie kepada Hypeabis.id.

 
Setiap awal musim, mereka akan saling menemui pemain yang berbeda dalam satu rekan setimnya. Maka bonding menjadi hal penting bagi tim esports dalam menjalin kemistri sehingga bisa memiliki kerja sama tim yang maksimal. Konsistensi menjadi kunci mereka memenangkan pertarungan. Menjelang turnamen, EVOS cenderung lebih santai agar pemain tidak berada dalam kondisi tertekan. Semua pertaruhan dilakukan saat latihan reguler.
 
Urusan strategi dan pola permainan, EVOS tak tanggung-tanggung merekrut coach dan analis terbaiknya. Refie mengaku, getolnya EVOS mendatangkan coach dan analis terbaik ini ditujukan supaya pemain tak perlu repot lagi memikirkan taktik, mereka hanya harus fokus latihan dan menjalankan turnamen dari menu yang disajikan coach dan analis.
 
“Kita provide coach, analis, manajer, perangkat, fasilitas unit, bahkan segi branding mereka lewat konten yang kita buat di media sosial misalnya. Kita pastikan betul EVOS juga menaungi para pemain untuk mendapat mata pencaharian mereka,”jelas Refie.
 
Gemilangnya prestasi EVOS sejak berdiri membuat tim ini ditakuti. Paling terkenang, mereka berhasil menjuarai M1 Mobile Legends World Championship 2019 lalu. Di tahun yang sama, mereka juga menjuara Free Fire World Cup 2019. Masih banyak lagi kemenangan tingkat Asia Pasifik yang diraih tim berikon macan biru ini. Membuktikan mereka berhasil membawa Indonesia di kancah global dalam turnamen game mancanegara.
 
Pada tahun yang sama dengan berdirinya EVOS, BOOM Esports, tim yang baru-baru ini tenar berkat turnamen dunia The International 11 ini juga terbentuk. Tepatnya pada November 2016, Gary Ongko Putera merealisasikan hasil pemikirannya setelah observasi panjang.

Kala itu, Gary yang saat ini menjadi CEO BOOM Esports menyaksikan sendiri menggeliatnya industri Esports di Amerika Serikat saat masa kuliahnya. Berangkat dari tenarnya esports di Amerika Serikat, Gary yakin jika esports akan populer di Indonesia.

Sama seperti tim lainnya, mereka berangkat dari tim kecil yang bermain untuk game Counter Strike: Global Offensive (CS GO). Mereka pun mulai dari tempat yang sederhana berbekal 6 buah perangkat komputer.
 
Perlahan-lahan, mereka mulai masuk dalam meta game Dota 2, game yang membawa nama mereka mengangkat nama Indonesia di kancah internasional pada 2022 lalu. Memang, mereka memiliki konsep yang berbeda dengan tim esports lain. Saat tim esports lain sibuk dengan game-game Asia Tenggara, BOOM Esports melaju kencang ke pasar global.
 
“Dari awal memang BOOM Esports pengen bawa nama Indonesia keluar dan dapat fanbase global. Makanya kita fokus di game pasar dunia seperti PUBG, Valorant, dan Dota 2, tiga divisi yang ada di kita saat ini,” jelas Gary kepada Hypeabis.id.
 
Sebuah jawaban telak mengapa BOOM Esports belum membentuk tim untuk Mobile Legends: Bang Bang, Free Fire, atau game tenar Asia lainnya. Rupanya, Gary bersama tim pun kualifikasi kelas dunia untuk merekrut pemainnya. Gary cenderung melepas keputusan rekrut-merekrut kepada coach tiap divisi.
 
“Pertama, portfolio harus mendukung karena sekali lagi, kita main di tingkat dunia. Kemudian beberapa kita ambil dari pemain yang ‘sudah jadi’, tinggal belajar bareng dan menentukan apakah karakter bermainnya cocok. Gaya bermain ini beda-beda, jadi kita pastikan pilih yang fit in dengan tim,” jelas Gary.
 
Begitupun dengan menu latihan, coach memiliki tanggung jawab penuh mengatur dan mendisiplinkan timnya. Misalnya saja tim dari divisi Dota 2. Mereka wajib mengikuti jadwal tidur hingga pemanasan, sebelum akhirnya bersiap dan memulai latihan. Begitupun dengan coach divisi lain dengan strategi dan jadwalnya masing-masing.
 
BOOM Esports juga memiliki gaming house untuk menunjang kebutuhan koordinasi dan latihan mereka. Disediakan juga gaming smartphone, komputer dengan spesifikasi canggih dan internet berkecepatan tinggi. Kata Gary, setidaknya tidak ada alasan untuk kalah karena komputer yang lag atau internet yang tidak stabil.
 
Para pemain BOOM Esports tidak satu tahun penuh berada di gaming house. Mereka berada di gaming house 3 bulan, kemudian satu bulan selanjutnya akan mengambil istirahat dan pulang ke rumah masing-masing. Begitu seterusnya. Manajemen juga berusaha membawa konsep hangat kepada pemainnya sehingga tidak ada gap di antara mereka. Sesekali, mereka mengadakan company outing atau sekedar jalan bersama.
 
Selain fasilitas, manajemen juga berusaha menjaga branding para pemainnya. BOOM Esports lebih membebaskan bagaimana pemain membentuk citra mereka sendiri di depan penggemar. Apalagi, penggemar mereka terbilang luas, tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga Filipina, Thailand, dan lainnya.

Maka setiap dari mereka bisa tampil dengan karakteristik masing-masing. “Misal branding mau jadi cute boy ya boleh, ini juga kita bebaskan supaya mereka nyaman di depan penggemar atau media,” jelas Gary.
 
Gelora BOOM Esports beberapa tahun ini memang menggila. Selain mejeng di TI11, mereka juga nyaris memenangkan Valorant Champions 2022.  BOOM Esports juga menjadi salah satu dari sedikitnya organisasi Asia yang pernah menginjak CS GO Major. “Targetnya sederhana, better dibanding tahun lalu, cukup satu step di atas posisi kemarin,” tegas Gary.
 
Setelah semua pencapaian itu, BOOM Esports tetap punya rencana matang. Gary menyebut, manajemen siap memberikan dua buah gaming house baru dengan fasilitas yang lebih menunjang, baik dari segi perangkat komputer hingga atmosfer yang dibuat lebih nyaman. “Rumah yang lebih nyaman dan besar, bisa jadi gaming house terbesar di Indonesia. Kita pasti upgrade device dan provide kebutuhan smartphone pemain,” kata Gary.
 
Langkah mendorong tim lebih kuat juga akan dilakukan BOOM Esports dengan menambahkan sub pemain untuk divisi Valorant menjadi 6 pemain, serta merekrut analis dan manajer untuk tim Dota 2, membuktikan tim ini fokus untuk bertempur di turnamen game dunia.

“Ada minat bikin satu divisi game baru, tapi kita enggak mau maksa diri. Banyak pertimbangan dari portofolio dan lainnya. Kita juga enggak akan banyak ganti pemain tahun ini,” tutup Gary.

Baca juga: Komunitas Jadi Kunci Ketenaran Gim di Indonesia
 


(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Panduan Mempersiapkan Perpisahan Tayang 24 Februari, Kisah Hubungan Asmara yang Bikin Ambyar

BERIKUTNYA

Fakta Film Superman Legacy yang Jadi Pembuka Fase Gods and Monsters DC Universe

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: