Hypereport: Mengorek Sumber Cuan Tim Esports, Sering Juara Makin Sejahtera
12 February 2023 |
21:35 WIB
Esports menjadi olahraga yang tengah berkembang di Indonesia. Perkembangan itu terlihat, salah satunya dari sejumlah tim asal Indonesia yang mampu unjuk gigi di level internasional. Prestasi ini tidak hanya mengharumkan nama negara, tetapi juga memberikan dampak finansial bagi sebuah tim esports.
Selain membawa pulang piala dan hadiah yang tidak sedikit, tim yang mampu meraih prestasi juga membuat sponsor datang untuk memberikan dukungan kepada mereka. Kondisi ini pun membuat pundi-pundi rupiah tim menjadi bertambah, dan membuat tim dapat terus beroperasi.
Baca juga: Hypereport: Menengok Fondasi dan Ambisi Tim Esports Indonesia
Wilbert Marco, Head of Team Operation Rex Regum Qeon (RRQ) menuturkan bahwa bahwa sponsor menjadi salah satu sumber pendapatan tim esports. Pemasukan ini selanjutnya digunakan untuk keperluan operasional sehari-hari tim.
Menurutnya, tim esports membutuhkan biaya operasional yang tidak kecil, lantaran di dalamnya banyak individu yang harus dikelola. Selain itu, komponen gaji/upah adalah komponen biaya operasional yang paling besar yang harus dikeluarkan oleh sebuah tim esports.
Dia menuturkan bahwa biaya operasional dan gaji setiap tim berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, dia tidak tahu nilai pastinya. Meskipun begitu, biasanya besaran gaji atau upah yang harus dibayarkan adalah mulai dari upah minimum regional (UMR) sebuah daerah.
“Sisanya menyesuaikan sesuai dengan prestasi,” katanya.
Saat ini, tim yang telah berdiri pada Oktober 2013 dan telah memiliki delapan divisi gim itu telah memiliki 12 sponsor dari berbagai macam sektor perusahaan, baik dari hiburan, makanan & minuman, sampai dengan fesyen.
Selain sponsor, berdasarkan laman teamrrq.com, tim ini juga menjual sejumlah souvenir atau barang-barang yang berkaitan dengan tim, seperti kaos, jaket, gelang, gantungan kunci, celana, dan barang-barang lainnya.
Pernak-pernik itu dijual dengan beragam harga, mulai dari puluhan ribu sampai dengan ratusan ribu rupiah. Barang dengan harga paling murah yang dijual melalui laman tim seharga Rp49.000. Sementara itu, barang yang paling mahal adalah seharga Rp725.000.
Sementara itu, Executive Director Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai bahwa ada banyak bisnis di industri esports yang bisa digarap, dan menghasilkan pendapatan bagi tim dan juga pemain esports.
Selain sponsor, sumber pendapatan tim esports adalah hadiah dari event atau kejuaraan yang kerap diikuti. Biasanya, setiap kompetisi yang diadakan oleh penyelenggara, menyediakan hadiah bagi para pemenang selain piala.
Kemudian, tim esports juga bisa memiliki sumber pendapatan melalui iklan dari produk tertentu, terutama yang berkaitan dengan olahraga esports, seperti komputer, tablet, gawai, dan sebagainya. Di level individu atau pemain, endorse bisa menjadi sumber pendapatan bagi pemain.
Menurutnya, sponsor atau pun sumber pendapatan lainnya dapat diraih saat tim esports berhasil memenangkan sebuah kejuaraan. Mereka yang memiliki prestasi dapat menarik sponsor atau sumber pendapatan lain untuk memberikan dukungan.
Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian agar tim esports dapat berprestasi di kompetisi yang terselenggara, baik di level nasional maupun internasional. Salah satunya adalah upaya terus menerus secara konsisten dalam pembinaan pemain.
“Pembinaan harus ditekankan karena tidak bisa serta merta juara begitu saja,” katanya.
Dia menuturkan negara dapat melakukan pembinaan dari daerah sejak masih sekolah jika ingin memiliki tim esports nasional yang memiliki prestasi di tingkat internasional. Pembinaan dari level daerah dan usia muda tersebut tidak jauh berbeda dengan pembinaan terhadap atlet tim nasional di bidang olahraga lainnya.
Pembinaan yang dilakukan adalah dengan melakukan latihan yang cukup, gizi yang tepat, dan manajemen waktu agar pemain bisa membagi waktu antara olahraga esports dengan sekolah jika masih usia sekolah.
Saat ini terdapat beberapa perusahaan yang menanamkan dananya untuk tim esports yang ada di dalam negeri. Salah satunya adalah PT Trinity Optima Production (TOP) yang menanamkan modalnya di GPX Esports.
Yonathan Nugroho, Managing Director Trinity Optima Production, menuturkan salah satu alasan perusahaan menanamkan modal di GPX Esports lantaran memiliki keyakinan tim ini akan mendapatkan keuntungan dalam beberapa tahun mendatang.
Enggan menyebutkan besaran nilai investasinya, Yonathan menilai industri esports akan mengalami pertumbuhan dalam tiga tahun mendatang seiring kondisi pandemi Covid-19 yang terkendali. Pandemi yang terkendali membuat banyak aktivitas luring yang berkaitan dengan esports juga akan kembali.
Aktivitas luring itu akan memacu antusias dari para penggemar untuk datang ke event atau acara esports, “Dan tentunya banyak kesempatan GPX dan talenta di berbagai macam turnamen dan kegiatan offline di ranah esports,” katanya.
Editor: Dika Irawan
Selain membawa pulang piala dan hadiah yang tidak sedikit, tim yang mampu meraih prestasi juga membuat sponsor datang untuk memberikan dukungan kepada mereka. Kondisi ini pun membuat pundi-pundi rupiah tim menjadi bertambah, dan membuat tim dapat terus beroperasi.
Baca juga: Hypereport: Menengok Fondasi dan Ambisi Tim Esports Indonesia
Wilbert Marco, Head of Team Operation Rex Regum Qeon (RRQ) menuturkan bahwa bahwa sponsor menjadi salah satu sumber pendapatan tim esports. Pemasukan ini selanjutnya digunakan untuk keperluan operasional sehari-hari tim.
Menurutnya, tim esports membutuhkan biaya operasional yang tidak kecil, lantaran di dalamnya banyak individu yang harus dikelola. Selain itu, komponen gaji/upah adalah komponen biaya operasional yang paling besar yang harus dikeluarkan oleh sebuah tim esports.
Dia menuturkan bahwa biaya operasional dan gaji setiap tim berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, dia tidak tahu nilai pastinya. Meskipun begitu, biasanya besaran gaji atau upah yang harus dibayarkan adalah mulai dari upah minimum regional (UMR) sebuah daerah.
“Sisanya menyesuaikan sesuai dengan prestasi,” katanya.
Saat ini, tim yang telah berdiri pada Oktober 2013 dan telah memiliki delapan divisi gim itu telah memiliki 12 sponsor dari berbagai macam sektor perusahaan, baik dari hiburan, makanan & minuman, sampai dengan fesyen.
Selain sponsor, berdasarkan laman teamrrq.com, tim ini juga menjual sejumlah souvenir atau barang-barang yang berkaitan dengan tim, seperti kaos, jaket, gelang, gantungan kunci, celana, dan barang-barang lainnya.
Pernak-pernik itu dijual dengan beragam harga, mulai dari puluhan ribu sampai dengan ratusan ribu rupiah. Barang dengan harga paling murah yang dijual melalui laman tim seharga Rp49.000. Sementara itu, barang yang paling mahal adalah seharga Rp725.000.
Sementara itu, Executive Director Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai bahwa ada banyak bisnis di industri esports yang bisa digarap, dan menghasilkan pendapatan bagi tim dan juga pemain esports.
Selain sponsor, sumber pendapatan tim esports adalah hadiah dari event atau kejuaraan yang kerap diikuti. Biasanya, setiap kompetisi yang diadakan oleh penyelenggara, menyediakan hadiah bagi para pemenang selain piala.
Kemudian, tim esports juga bisa memiliki sumber pendapatan melalui iklan dari produk tertentu, terutama yang berkaitan dengan olahraga esports, seperti komputer, tablet, gawai, dan sebagainya. Di level individu atau pemain, endorse bisa menjadi sumber pendapatan bagi pemain.
Menurutnya, sponsor atau pun sumber pendapatan lainnya dapat diraih saat tim esports berhasil memenangkan sebuah kejuaraan. Mereka yang memiliki prestasi dapat menarik sponsor atau sumber pendapatan lain untuk memberikan dukungan.
Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian agar tim esports dapat berprestasi di kompetisi yang terselenggara, baik di level nasional maupun internasional. Salah satunya adalah upaya terus menerus secara konsisten dalam pembinaan pemain.
“Pembinaan harus ditekankan karena tidak bisa serta merta juara begitu saja,” katanya.
Dia menuturkan negara dapat melakukan pembinaan dari daerah sejak masih sekolah jika ingin memiliki tim esports nasional yang memiliki prestasi di tingkat internasional. Pembinaan dari level daerah dan usia muda tersebut tidak jauh berbeda dengan pembinaan terhadap atlet tim nasional di bidang olahraga lainnya.
Pembinaan yang dilakukan adalah dengan melakukan latihan yang cukup, gizi yang tepat, dan manajemen waktu agar pemain bisa membagi waktu antara olahraga esports dengan sekolah jika masih usia sekolah.
Investor
Saat ini terdapat beberapa perusahaan yang menanamkan dananya untuk tim esports yang ada di dalam negeri. Salah satunya adalah PT Trinity Optima Production (TOP) yang menanamkan modalnya di GPX Esports.Yonathan Nugroho, Managing Director Trinity Optima Production, menuturkan salah satu alasan perusahaan menanamkan modal di GPX Esports lantaran memiliki keyakinan tim ini akan mendapatkan keuntungan dalam beberapa tahun mendatang.
Enggan menyebutkan besaran nilai investasinya, Yonathan menilai industri esports akan mengalami pertumbuhan dalam tiga tahun mendatang seiring kondisi pandemi Covid-19 yang terkendali. Pandemi yang terkendali membuat banyak aktivitas luring yang berkaitan dengan esports juga akan kembali.
Aktivitas luring itu akan memacu antusias dari para penggemar untuk datang ke event atau acara esports, “Dan tentunya banyak kesempatan GPX dan talenta di berbagai macam turnamen dan kegiatan offline di ranah esports,” katanya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.