Cegah Kanker Payudara, Kenali Risikonya Yuk!
02 November 2022 |
08:26 WIB
Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita perempuan di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada 2020, terdapat 2,3 juta wanita yang terdiagnosis kanker payudara, 685.000 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Hingga akhir 2020, terdapat 7,8 juta wanita yang didiagnosis menderita penyakit ini dalam 5 tahun terakhir.
Dokter Spesialis bedah dari Siloam Hospital Aris Ramdhani menerangkan penyebab kanker hingga saat ini tidak diketahui secara pasti, karena bersifat multifaktor yaitu gabungan dari berbagai faktor yang saling berhubungan. Namun ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kanker payudara.
Baca juga: 5 Karya Lukis Medium Bra Ini dilelang untuk Donasi Kanker Payudara
Faktor risiko tersebut di antaranya riwayat keluarga dari garis ibu menderita kanker payudara, riwayat radiasi untuk pengobatan di daerah dada, usia menstruasi pertama kali sangat muda. Kemudian usia menopause terlambat (lama mengalami menstruasi yaitu lebih dari 30 tahun), tidak pernah mengalami kehamilan yang lengkap, usia saat pertama kali hamil lebih dari 35 tahun.
Menurutnya, mengonsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan risiko kanker payudara, terutama sayuran hijau. Selain itu, kandungan fitoestrogen pada kedelai juga dapat mengurangi kekambuhan.
Dia menyebut sekitar 90 persen kasus kanker payudara tidak punya riwayat keluarga dan tidak ada jaminan orang yang tidak punya faktor risiko tidak akan terkena kanker. Kanker payudara ternyata juga tidak hanya terjadi pada wanita, sebanyak 1 persen kasus kanker payudara terjadi pada pria.
“Maka dari itu pentingnya melakukan pencegahan dan deteksi dini dengan mewaspadai adanya benjolan," tegasnya.
Aris mengatakan semua wanita yang sudah mulai menstruasi berisiko terkena kanker payudara, karena ada hubungan antara kanker payudara dengan semakin lama dengan paparan estrogen. Deteksi dini yang paling efektif adalah dengan melakukan periksa payudara sendiri.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah menstruasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Jika mendapati adanya kelainan pada payudara, maka harus secepat mungkin memeriksakan diri ke ahli medis.
Aris menjabarkan beberapa kelainan yang harus diwaspadai di antaranya, ada benjolan di payudara atau ketiak atau leher, perubahan kulit menebal, mengkerut, atau menjadi seperti jeruk purut. Lalu ada perubahan letak dan bentuk puting, keluar cairan dari puting bukan pada saat menyusui, nyeri pada payudara, dan luka sekitar puting yang tidak sembuh.
Bagi perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun hendaknya melakukan pemeriksaan klinis payudara secara rutin ke dokter. Sementara bagi perempuan berusia 20-an tahun dapat mengunjungi dokter satu kali tiap dua tahun dan usia 30-an sekali setahun.
Sementara itu, dalam pengobatan kanket payudara, cara paling efektif adalah melakukan operasi. Operasi akan mengeliminasi sumber kanker yang berpotensi melepaskan anak sebar dengan syarat kanker tersebut masih resectable atau tidak ada penyebaran jauh.
Apaila kanker bersifat invasif, operasi saja tidak cukup karena ada ancaman penyebaran di organ jauh. Dengan demikian menurut Aris butuh terapi tambahan yang bersifat sistemik (mengenai seluruh organ di tubuh). Cara lainnya yaitu dengan memberikan terapi sistemik sebelum operasi, mendahului terapi utama (neoadjuvan) untuk mengecilkan ukuran kanker dan mencegah timbul penyebaran serta meningkatkan angka harapan hidup pasien.
Aris menyebut ada beberapa jenis pilihan operasi kanker payudara. Pertama, mastektomi, yaitu pengangkatan seluruh jaringan payudara dan umumnya disertai pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak.
Kedua, Breast Conserving Surgery, yaitu tindakan pengangkatan kanker saja, tidak mengankat seluruh jaringan payudara. Namun dengan syarat, batas sayatan yang ditinggalkan bebas kanker dan wajib dilengkapi setelahnya dengan terapi radiasi.
Ketiga, onkoplasti yaitu upaya rekonstruksi payudara yang bertujuan untuk mengisi rongga yang ditinggalkan dan membentuk kembali payudara. Sementara untuk opsi terapi non pembedahan yaitu ada yang bersifat lokal yaitu radioterapi dan bersifat sistemik contohnya kemoterapi.
Jika benar terdiagnosis kanker payudara, prinsip penting pertama yaitu semakin dini stadium saat ditemukan maka semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi," tegas Aris.
Baca juga: 3 Tipe Wireless Bra untuk Kesehatan dan Kenyamanan Payudara
Untuk para survivor kanker payudara, dia menyarankan agar tetap melakukan follow up rutin untuk mencegah kemungkinan kambuh. Tetap lakukan pemeriksaan sendiri setiap bulan, dan mammografi setiap 6-12 bulan untuk pasca Breast Conserving Surgery.
"Hati-hati terhadap munculnya benjolan baru, nyeri tulang, nyeri dada, sesak, nyeri perut, dan sakit kepala menetap," tambahnya.
Editor: Fajar Sidik
Dokter Spesialis bedah dari Siloam Hospital Aris Ramdhani menerangkan penyebab kanker hingga saat ini tidak diketahui secara pasti, karena bersifat multifaktor yaitu gabungan dari berbagai faktor yang saling berhubungan. Namun ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kanker payudara.
Baca juga: 5 Karya Lukis Medium Bra Ini dilelang untuk Donasi Kanker Payudara
Faktor risiko tersebut di antaranya riwayat keluarga dari garis ibu menderita kanker payudara, riwayat radiasi untuk pengobatan di daerah dada, usia menstruasi pertama kali sangat muda. Kemudian usia menopause terlambat (lama mengalami menstruasi yaitu lebih dari 30 tahun), tidak pernah mengalami kehamilan yang lengkap, usia saat pertama kali hamil lebih dari 35 tahun.
Faktor lainnya yakni tidak pernah menyusui bayi, menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada wanita dengan risiko kanker payudara, menggunakan terapi hormonal setelah menopause, dan berat badan berlebih.
Aris menyebut ada faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu genetik. "Ada faktor risiko yang bisa diubah yakni menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan rutin melakukan aktivitas fisik," ujarnya dikutip Hypeabis.id, Rabu (2/11/2022).Menurutnya, mengonsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan risiko kanker payudara, terutama sayuran hijau. Selain itu, kandungan fitoestrogen pada kedelai juga dapat mengurangi kekambuhan.
Dia menyebut sekitar 90 persen kasus kanker payudara tidak punya riwayat keluarga dan tidak ada jaminan orang yang tidak punya faktor risiko tidak akan terkena kanker. Kanker payudara ternyata juga tidak hanya terjadi pada wanita, sebanyak 1 persen kasus kanker payudara terjadi pada pria.
“Maka dari itu pentingnya melakukan pencegahan dan deteksi dini dengan mewaspadai adanya benjolan," tegasnya.
Aris mengatakan semua wanita yang sudah mulai menstruasi berisiko terkena kanker payudara, karena ada hubungan antara kanker payudara dengan semakin lama dengan paparan estrogen. Deteksi dini yang paling efektif adalah dengan melakukan periksa payudara sendiri.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah menstruasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Jika mendapati adanya kelainan pada payudara, maka harus secepat mungkin memeriksakan diri ke ahli medis.
Aris menjabarkan beberapa kelainan yang harus diwaspadai di antaranya, ada benjolan di payudara atau ketiak atau leher, perubahan kulit menebal, mengkerut, atau menjadi seperti jeruk purut. Lalu ada perubahan letak dan bentuk puting, keluar cairan dari puting bukan pada saat menyusui, nyeri pada payudara, dan luka sekitar puting yang tidak sembuh.
Bagi perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun hendaknya melakukan pemeriksaan klinis payudara secara rutin ke dokter. Sementara bagi perempuan berusia 20-an tahun dapat mengunjungi dokter satu kali tiap dua tahun dan usia 30-an sekali setahun.
Sementara itu, dalam pengobatan kanket payudara, cara paling efektif adalah melakukan operasi. Operasi akan mengeliminasi sumber kanker yang berpotensi melepaskan anak sebar dengan syarat kanker tersebut masih resectable atau tidak ada penyebaran jauh.
Apaila kanker bersifat invasif, operasi saja tidak cukup karena ada ancaman penyebaran di organ jauh. Dengan demikian menurut Aris butuh terapi tambahan yang bersifat sistemik (mengenai seluruh organ di tubuh). Cara lainnya yaitu dengan memberikan terapi sistemik sebelum operasi, mendahului terapi utama (neoadjuvan) untuk mengecilkan ukuran kanker dan mencegah timbul penyebaran serta meningkatkan angka harapan hidup pasien.
Aris menyebut ada beberapa jenis pilihan operasi kanker payudara. Pertama, mastektomi, yaitu pengangkatan seluruh jaringan payudara dan umumnya disertai pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak.
Kedua, Breast Conserving Surgery, yaitu tindakan pengangkatan kanker saja, tidak mengankat seluruh jaringan payudara. Namun dengan syarat, batas sayatan yang ditinggalkan bebas kanker dan wajib dilengkapi setelahnya dengan terapi radiasi.
Ketiga, onkoplasti yaitu upaya rekonstruksi payudara yang bertujuan untuk mengisi rongga yang ditinggalkan dan membentuk kembali payudara. Sementara untuk opsi terapi non pembedahan yaitu ada yang bersifat lokal yaitu radioterapi dan bersifat sistemik contohnya kemoterapi.
Jika benar terdiagnosis kanker payudara, prinsip penting pertama yaitu semakin dini stadium saat ditemukan maka semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi," tegas Aris.
Baca juga: 3 Tipe Wireless Bra untuk Kesehatan dan Kenyamanan Payudara
Untuk para survivor kanker payudara, dia menyarankan agar tetap melakukan follow up rutin untuk mencegah kemungkinan kambuh. Tetap lakukan pemeriksaan sendiri setiap bulan, dan mammografi setiap 6-12 bulan untuk pasca Breast Conserving Surgery.
"Hati-hati terhadap munculnya benjolan baru, nyeri tulang, nyeri dada, sesak, nyeri perut, dan sakit kepala menetap," tambahnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.