Deteksi Dini Masih Jadi Tantangan dalam Penanganan Kanker Payudara
29 November 2022 |
15:37 WIB
1
Like
Like
Like
Deteksi dini masih jadi tantangan dalam penanganan kanker payudara. Minimnya kesadaran masyarakat soal penyakit ini membuat angka kematian akibat kanker payudara terus meningkat. Di Indonesia, setidaknya ada 22.430 kasus kematian, sebagaimana dilaporkan Globocan 2020.
Tingginya kasus kematian karena sistem deteksi dini tidak berjalan dengan baik. Banyak pasien yang datang ke rumah sakit dengan kondisi sudah stadium berat. Kemenkes mencatat 70 persen pasien sudah dalam stadium lanjut saat datang ke rumah sakit.
Padahal, jika pasien lebih cepat datang ke rumah sakit, angka kematian bisa sedikit ditanggulangi. Para dokter pun bisa melakukan penatalaksanaan lebih baik.
Baca juga: Angka Kasus Kanker Payudara Tinggi, Edukasi dan Deteksi Dini Perlu Ditingkatkan
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan akses informasi memang jadi hal yang sangat diperlukan bagi pasien kanker payudara. Namun, selama ini kemudahan akses informasi masih menjadi tantangan bagi para pasien kanker.
Lestari yang juga penyintas kanker menyebut para pasien juga kerap dihadapkan pada bias informasi. Era teknologi membuat semua hal bisa ditemukan di internet. Namun, keakuratan informasinya tidak semuanya benar.
“Salah satu penyebab tingginya angka kejadian dan kematian akibat kanker payudara adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk deteksi dini sendiri (SADARI) dan klinis (SADANIS),” ungkap Lestari dalam peluncuran buku CISC, Selasa (29/11).
Pekerjaan rumah tersebut mesti segera diatasi dengan sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan, pemeriksaan, penanganan, dan pengobatan yang berkelanjutan. Di sisi lain, akses bacaan tentang kanker payudara juga mesti diperluas.
Lestari lantas mengapresiasi peluncuran buku Panduan Navigasi Bagi Pasien Kanker Payudara yang dilakukan CISC. Buku tersebut diharapkan bisa mengisi kekosongan akses informasi soal kanker di Indonesia.
Dari berbagai diskusi yang dilakukan Lestari, dirinya menemukan gambaran bahwa banyak orang belum memahami tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Selain itu, permasalahan soal bagaimana cara yang tepat melakukan deteksi dini juga jadi tantangan yang harus segera diselesaikan di Indonesia.
Harapannya, ke depan masyarakat bisa melakukan langkah-langkah yang tepat sebagai bagian upaya pengobatan kanker payudara. Ujungnya, angka kejadian dan kematian bisa berkurang setiap tahunnya.
Dante mengatakan ada 2,3 juta perempuan di dunia didiagnosis kanker payudara. Di Indonesia, kasus baru kanker payudara tahun 2020 diperkirakan bertambah sekitar 65 kasus dengan tingkat insiden 44/100.000 penduduk.
Tingginya kasus telah menempatkan kanker menjadi penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar kedua setelah jantung. Pembiayaan penyakit kanker di Indonesia sekitar Rp3,5 triliun per tahun.
Dalam penanggulangan kanker di Indonesia, pemerintah selama ini melakukan pendekatan 4 pilar, yakni promosi kesehatan, deteksi dini, tatalaksana kasus, dan standarisasi alur penanganan kasus sehingga tercapai pengobatan yang segera, tepat waktu, serta berkualitas.
Penanganan kasus kanker di Indonesia perlu dilakukan secara bersama-sama. Selain dari pemerintah, perlu juga dukungan dari organisasi pemerhati kanker, akademisi, organisasi profesi, ormas, pihak swasta, media, dan komunitas pasian serta keluarga.
Baca juga: Waspada Benjolan di Leher dan Ketiak, Bisa Jadi Tanda Penyakit Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Tingginya kasus kematian karena sistem deteksi dini tidak berjalan dengan baik. Banyak pasien yang datang ke rumah sakit dengan kondisi sudah stadium berat. Kemenkes mencatat 70 persen pasien sudah dalam stadium lanjut saat datang ke rumah sakit.
Padahal, jika pasien lebih cepat datang ke rumah sakit, angka kematian bisa sedikit ditanggulangi. Para dokter pun bisa melakukan penatalaksanaan lebih baik.
Baca juga: Angka Kasus Kanker Payudara Tinggi, Edukasi dan Deteksi Dini Perlu Ditingkatkan
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan akses informasi memang jadi hal yang sangat diperlukan bagi pasien kanker payudara. Namun, selama ini kemudahan akses informasi masih menjadi tantangan bagi para pasien kanker.
Lestari yang juga penyintas kanker menyebut para pasien juga kerap dihadapkan pada bias informasi. Era teknologi membuat semua hal bisa ditemukan di internet. Namun, keakuratan informasinya tidak semuanya benar.
“Salah satu penyebab tingginya angka kejadian dan kematian akibat kanker payudara adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk deteksi dini sendiri (SADARI) dan klinis (SADANIS),” ungkap Lestari dalam peluncuran buku CISC, Selasa (29/11).
Pekerjaan rumah tersebut mesti segera diatasi dengan sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan, pemeriksaan, penanganan, dan pengobatan yang berkelanjutan. Di sisi lain, akses bacaan tentang kanker payudara juga mesti diperluas.
Lestari lantas mengapresiasi peluncuran buku Panduan Navigasi Bagi Pasien Kanker Payudara yang dilakukan CISC. Buku tersebut diharapkan bisa mengisi kekosongan akses informasi soal kanker di Indonesia.
Dari berbagai diskusi yang dilakukan Lestari, dirinya menemukan gambaran bahwa banyak orang belum memahami tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Selain itu, permasalahan soal bagaimana cara yang tepat melakukan deteksi dini juga jadi tantangan yang harus segera diselesaikan di Indonesia.
Harapannya, ke depan masyarakat bisa melakukan langkah-langkah yang tepat sebagai bagian upaya pengobatan kanker payudara. Ujungnya, angka kejadian dan kematian bisa berkurang setiap tahunnya.
Tingkat Insiden di Indonesia Tinggi
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan kanker masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia dan Indonesia. Di antara lebih dari 200 kanker yang ada, kanker payudara merupakan jenis dengan kasus terbanyak di dunia.Dante mengatakan ada 2,3 juta perempuan di dunia didiagnosis kanker payudara. Di Indonesia, kasus baru kanker payudara tahun 2020 diperkirakan bertambah sekitar 65 kasus dengan tingkat insiden 44/100.000 penduduk.
Tingginya kasus telah menempatkan kanker menjadi penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar kedua setelah jantung. Pembiayaan penyakit kanker di Indonesia sekitar Rp3,5 triliun per tahun.
Dalam penanggulangan kanker di Indonesia, pemerintah selama ini melakukan pendekatan 4 pilar, yakni promosi kesehatan, deteksi dini, tatalaksana kasus, dan standarisasi alur penanganan kasus sehingga tercapai pengobatan yang segera, tepat waktu, serta berkualitas.
Penanganan kasus kanker di Indonesia perlu dilakukan secara bersama-sama. Selain dari pemerintah, perlu juga dukungan dari organisasi pemerhati kanker, akademisi, organisasi profesi, ormas, pihak swasta, media, dan komunitas pasian serta keluarga.
Baca juga: Waspada Benjolan di Leher dan Ketiak, Bisa Jadi Tanda Penyakit Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.