Menguak Tabir Foto-Foto Revolusi & Triumvirat di Yayasan Matawaktu
31 January 2023 |
15:44 WIB
Imaji revolusi Indonesia banyak diwartakan lewat rekam jejak visual. Salah satu yang berperan penting untuk mengabarkan euforia tersebut adalah para jurnalis foto. Hal ini bertujuan agar tempik sorak kemerdekaan dapat mendunia dan diketahui negara-negara lain lewat berbagai surat kabar yang diterbitkan pada masa itu.
Gegap gempita kemerdekaan memang tidak semata-mata didominasi militer, tapi banyak pihak yang turut memainkan perannya sendiri. Misalnya, Mendur bersaudara yang rela mempertaruhkan nyawa untuk mengabadikan detik-detik proklamasi. Atau, peran para jurnalis yang mewartakan bahwa Indonesia sudah bebas dari kungkungan Belanda.
Baca juga: Sekelumit Kisah John Florea, Fotografer Asing yang Mewartakan Revolusi Indonesia ke Mata Dunia
Namun, riset mengenai arsip sejarah tersebut saat ini masih jauh dari kata lengkap. Hal inilah yang memicu lahirnya yayasan yang berkecimpung di bidang riset visual dengan nama Yayasan Matawaktu. Organisasi nirlaba ini sendiri mengemban misi pengarsipan, penelitian, dan publikasi terkait seni visual, khususnya fotografi.
"Ini bermula saat melakukan riset foto dan kita kesulitan untuk mengetahui siapa fotografernya, bahkan sumbernya enggak jelas. Jadi kita tergerak untuk merintis arsip mengenai data yang shahih agar dapat dijadikan informasi bagi publik," papar Gunawan Wijaya, salah satu pendiri Matawaktu saat ditemui Hypeabis.id.
Di samping Gunawan, Matawaktu yang didirikan pada 2019, berhasil diwujudkan atas gagasan pebisnis Benny Soetrisno (pembina), fotografer senior Oscar Motuloh (pembina), penata artistik dan sutradara Jay Subyakto (pengawas), Octa Christi (pengurus), dan Rika Panda Pardede (pengurus).
Adapun, peresmian dari yayasan tersebut juga ditandai dengan pameran foto jurnalistik bersejarah dengan tajuk 3 Menguak Tabir. Dalam pameran itu mereka menampilkan foto karya jurnalis Amerika Serikat, John Florea yang merekam perjalanan sejumlah tokoh pendiri bangsa saat melakukan lawatan ke berbagai daerah di Jawa pasca kemerdekaan.
Foto-foto yang dipamerkan sendiri merupakan cetakan asli karya John Florea yang menjadi koleksi Eka Putra Bhuwana. Arsip foto tersebut sebelumnya disimpan oleh ayah Eka yang pernah bertugas sebagai staf di Istana Kepresidenan semasa Presiden Soekarno. Total terdapat 20 foto yang menggambarkan imaji peristiwa kemerdekaan di tanah air.
Baca juga: Merekam Pertempuran dengan Kuas & Kanvas, Mari Berkenalan dengan Para Pelukis Perang di Tanah Air
John Florea sendiri bukanlah fotografer baru di dunia jurnalistik. Dia sebelumnya dikenal sebagai fotografer selebriti seperti Jane Russel dan Marilyn Monroe. Bahkan saat pecah perang dunia kedua lelaki asal Ohio itu turut meliput perang di Pasifik dan Eropa di majalah Life. Pengalamannya inilah yang yang membuat perdana Menteri Sjahrir mengizinkannya meliput pemerintahan baru Republik Indonesia.
Dia pun mengikuti perjalanan triumvirat Soekarno-Hatta-Sjahrir yang berkeliling Jawa dengan menggunakan kereta api khusus kepresidenan. Perjalanan 10 hari yang dimulai pada 16 Desember 1945 itu sendiri melalui Cirebon, Pekalongan, Purwokerto, Solo, Yogyakarta, Malang, Blitar, dan daerah lain. Dalam perjalanan ini juga turut beberapa jurnalis Indonesia, seperti BM Diah, Mendur bersaudara, dan Rosihan Anwar.
Dalam perjalanan ini bahkan John sempat memotret saat Bung Karno mengunjungi Ibunda tercinta di Jalan Sultan Agung Blitar. Dia pun sempat mengabadikan rapat-rapat raksasa di alun-alun yang disinggahi dalam perjalanan lawatan tersebut. Tak luput juga John hadir mengabadikan peristiwa penting dalam sejarah revolusi kemerdekaan.
Baca juga: Mengumpulkan Jejak Sejarah Indonesia yang Tercecer dari Negeri Paman Sam
Adapun, salah satu karya foto John Florea yang terkenal adalah saat sosok tiga serangkai itu duduk di sebuah bangku rotan di halaman belakang rumah Presiden Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No 56. Dalam foto tersebut diambil sekitar tiga bulan pasca kemerdekaan RI itu nampak ketiganya sedang duduk membicarakan sesuatu denhan posisis tubuh yang cukup santai.
Imaji revolusi itu sendiri sebelumnya oleh publik ditengarai hasil karya dari dua Mendur bersaudara, tapi setelah dilakukan riset mendalam ternyata karya tersebut merupakan buah tangan John Florea. Pengungkapan fakta baru inilah yang juga menjadi contoh hasil riset dari yayasan Matawaktu untuk memberikan data sejarah baru pada publik.
Pameran 3 Menguak Tabir sendiri masih terbuka untuk umum di Yayasan Riset Matawaktu dari 13 Januari-13 Februari 2023. Tak hanya itu, para pengunjung juga bisa menikmati berbagai arsip, pustaka, memorabilia, dan hasil penelitian yang dilakukan oleh organisasi tersebut mengenai riset visual.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Gegap gempita kemerdekaan memang tidak semata-mata didominasi militer, tapi banyak pihak yang turut memainkan perannya sendiri. Misalnya, Mendur bersaudara yang rela mempertaruhkan nyawa untuk mengabadikan detik-detik proklamasi. Atau, peran para jurnalis yang mewartakan bahwa Indonesia sudah bebas dari kungkungan Belanda.
Baca juga: Sekelumit Kisah John Florea, Fotografer Asing yang Mewartakan Revolusi Indonesia ke Mata Dunia
Namun, riset mengenai arsip sejarah tersebut saat ini masih jauh dari kata lengkap. Hal inilah yang memicu lahirnya yayasan yang berkecimpung di bidang riset visual dengan nama Yayasan Matawaktu. Organisasi nirlaba ini sendiri mengemban misi pengarsipan, penelitian, dan publikasi terkait seni visual, khususnya fotografi.
"Ini bermula saat melakukan riset foto dan kita kesulitan untuk mengetahui siapa fotografernya, bahkan sumbernya enggak jelas. Jadi kita tergerak untuk merintis arsip mengenai data yang shahih agar dapat dijadikan informasi bagi publik," papar Gunawan Wijaya, salah satu pendiri Matawaktu saat ditemui Hypeabis.id.
Di samping Gunawan, Matawaktu yang didirikan pada 2019, berhasil diwujudkan atas gagasan pebisnis Benny Soetrisno (pembina), fotografer senior Oscar Motuloh (pembina), penata artistik dan sutradara Jay Subyakto (pengawas), Octa Christi (pengurus), dan Rika Panda Pardede (pengurus).
Adapun, peresmian dari yayasan tersebut juga ditandai dengan pameran foto jurnalistik bersejarah dengan tajuk 3 Menguak Tabir. Dalam pameran itu mereka menampilkan foto karya jurnalis Amerika Serikat, John Florea yang merekam perjalanan sejumlah tokoh pendiri bangsa saat melakukan lawatan ke berbagai daerah di Jawa pasca kemerdekaan.
Beberapa karya foto John Florea (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)
Foto-foto yang dipamerkan sendiri merupakan cetakan asli karya John Florea yang menjadi koleksi Eka Putra Bhuwana. Arsip foto tersebut sebelumnya disimpan oleh ayah Eka yang pernah bertugas sebagai staf di Istana Kepresidenan semasa Presiden Soekarno. Total terdapat 20 foto yang menggambarkan imaji peristiwa kemerdekaan di tanah air.
Baca juga: Merekam Pertempuran dengan Kuas & Kanvas, Mari Berkenalan dengan Para Pelukis Perang di Tanah Air
John Florea & Sejarah Foto Tiga Serangkai
John Florea sendiri bukanlah fotografer baru di dunia jurnalistik. Dia sebelumnya dikenal sebagai fotografer selebriti seperti Jane Russel dan Marilyn Monroe. Bahkan saat pecah perang dunia kedua lelaki asal Ohio itu turut meliput perang di Pasifik dan Eropa di majalah Life. Pengalamannya inilah yang yang membuat perdana Menteri Sjahrir mengizinkannya meliput pemerintahan baru Republik Indonesia.Dia pun mengikuti perjalanan triumvirat Soekarno-Hatta-Sjahrir yang berkeliling Jawa dengan menggunakan kereta api khusus kepresidenan. Perjalanan 10 hari yang dimulai pada 16 Desember 1945 itu sendiri melalui Cirebon, Pekalongan, Purwokerto, Solo, Yogyakarta, Malang, Blitar, dan daerah lain. Dalam perjalanan ini juga turut beberapa jurnalis Indonesia, seperti BM Diah, Mendur bersaudara, dan Rosihan Anwar.
Dalam perjalanan ini bahkan John sempat memotret saat Bung Karno mengunjungi Ibunda tercinta di Jalan Sultan Agung Blitar. Dia pun sempat mengabadikan rapat-rapat raksasa di alun-alun yang disinggahi dalam perjalanan lawatan tersebut. Tak luput juga John hadir mengabadikan peristiwa penting dalam sejarah revolusi kemerdekaan.
Foto triumvirat karya John Florea (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung)
Adapun, salah satu karya foto John Florea yang terkenal adalah saat sosok tiga serangkai itu duduk di sebuah bangku rotan di halaman belakang rumah Presiden Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No 56. Dalam foto tersebut diambil sekitar tiga bulan pasca kemerdekaan RI itu nampak ketiganya sedang duduk membicarakan sesuatu denhan posisis tubuh yang cukup santai.
Imaji revolusi itu sendiri sebelumnya oleh publik ditengarai hasil karya dari dua Mendur bersaudara, tapi setelah dilakukan riset mendalam ternyata karya tersebut merupakan buah tangan John Florea. Pengungkapan fakta baru inilah yang juga menjadi contoh hasil riset dari yayasan Matawaktu untuk memberikan data sejarah baru pada publik.
Pameran 3 Menguak Tabir sendiri masih terbuka untuk umum di Yayasan Riset Matawaktu dari 13 Januari-13 Februari 2023. Tak hanya itu, para pengunjung juga bisa menikmati berbagai arsip, pustaka, memorabilia, dan hasil penelitian yang dilakukan oleh organisasi tersebut mengenai riset visual.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.