Salah satu koleksi foto Jacob Cass (Sumber foto: IG/koleksi_sejarah_indo)

Mengumpulkan Jejak Sejarah Indonesia yang Tercecer dari Negeri Paman Sam

13 August 2022   |   21:06 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Like
Presiden Sukarno tiba di sebuah lapangan terbang di Zimin, Beograd, Yugoslavia pada 1950-an. Mengenakan kacamata hitam, Bung Karno langsung disambut oleh sahabat karibnya, yang tak lain adalah pemimpin tertinggi di negara itu, Josip Broz Tito. Setelah berjabat tangan, Tito mengizinkan Sukarno memberikan pidato sambutan atas kedatangannya tersebut. 
 
Kehadiran Sukarno di negara sosialis itu merupakan rangkaian dari turnya bertemu dengan sejumlah kepala negara Barat & Timur. Dari catatan Kementerian Luar Negeri, pada tahun tersebut, Sukarno berkeliling ke negara-negara seperti Amerika Serikat, China, Uni Soviet, dan Yugoslavia untuk memperoleh dukungan bagi perjuangan merebut kembali Irian Barat. 
 
Momen bersejarah, kunjungan pertama Sukarno ke Yugoslavia itu terjadi pada 14 September 1956. Peristiwa penting tersebut berhasil diabadikan oleh seorang pewarta foto dari Keystone SDA, kantor berita Swiss. Dia menuliskan judul pada foto tersebut dalam bahasa Jerman, Sukarno besuch Tito. 

Baca juga: 3 Film tentang Kemerdekaan Indonesia dengan Tokoh Utama Perempuan
 
 

(Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Presiden Sukarno dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. (Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Salah satu arsip foto tersebut kini dimiliki oleh Jacob Cass, warga Amerika Serikat yang tinggal di Washington DC. Dia adalah kolektor foto-foto bersejarah RI di AS. Dia memiliki sekitar 1.000 foto tentang sejarah Indonesia. Tidak cuma foto, dia juga menyimpan sekitar 150 dokumen berupa saham perusahaan-perusahaan di Indonesia pada masa lalu. 
 

“Beberapa tanda tangan dan beberapa buku,” katanya saat berbincang-bincang dengan Hypeabis.id secara virtual. 


Tidak ingin dinikmati sendiri, pada Juni tahun lalu, Cass memutuskan untuk mengunggah berbagai koleksinya itu ke akun Instagram (IG) pribadinya, @koleksi_sejarah_indo. Dengan cara ini, dia berharap masyarakat Indonesia juga dapat menikmati koleksinya, serta mengetahui sejarah bangsa mereka.

Secara konsisten, dia mengunggah foto-foto koleksinya seraya memberikan keterangan takarir dalam bahasa Indonesia. Gayung bersambut, akun IG Cass mendapat respons positif dari netizen di Tanah Air. Mereka terkesan dengan koleksi-koleksi Cass. Pengikut (follower) akun itu kini telah mencapai 60.000-an. 

Mengamati akun IG Cass, seakan membawa kita ke pameran arsip sejarah Indonesia. Sebab, ada berbagai foto yang memperlihatkan momen-momen penting pada masa lalu. Hal yang membuat koleksi Cass menarik untuk diamati adalah kelangkaannya. Lantaran beberapa foto tersebut tampaknya tidak pernah dipublikasikan di Indonesia. 
 

(Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Foto berjudul Dari Beograd melalui kereta hantu ke Kennedy. (Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Misalnya, foto  berjudul Von Belgrad uber die Geisterbahn zu Kennedy. Jika diterjemahkan melalui Google Translate artinya kurang lebih, dari Beograd melalui kereta hantu ke Kennedy.  Foto itu memperlihatkan Sukarno tengah menaiki wahana kereta bersama pejabat dari negara lain di Wurstel Frater di Wina, pada 12 September 1961. Sukarno dan pejabat itu tampak bahagia menaiki wahana itu. 

Momen itu agaknya tidak bisa ditemui dalam buku-buku sejarah di Tanah Air. Di mana selama ini sebagian dari kita sering disuguhkan foto-foto Sukarno saat berpidato atau dalam momen-momen serius. 

Dalam keterangan foto itu tercatat bahwa di sela-sela perjalannya dari Konferenasi Gerakan Non Blok di Beograd, Yugoslavia, Sukarno mampir ke taman bermain Wurstelparter di Wina. Setelah itu, dia melanjutkan perjalanan ke AS untuk bertemu dengan Presiden John F. Kennedy.

Hanya, keterangan foto tersebut tidak menuliskan sosok di sisi Sukarno. Namun, jika dilihat dari sejumlah publikasi GNB Beograd di dunia maya, yang menampilkan wajah para delegasi konferensi, kemungkinan dia adalah Hasem Jawad, Menteri Luar Negeri Irak kala itu. 
 
Tidak melulu tentang Sukarno, koleksi Cass juga memperlihatkan figur-figur lain di negeri ini. Misalnya, foto yang memperlihatkan wanita berkebaya dan pria bule saling berpegangan tangan. Keduanya tampak ceria. Perempuan dalam foto itu adalah komedian Suratmi alias Ratmi B-29, sedangkan pria itu adalah pemimpin Uni Soviet Nikita Kruschev. 

Baca juga : Merasakan Kembali Semangat Kemerdekaan di Tempat-Tempat Bersejarah 
 

Suratmi dan Nikita Kruschev (Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Suratmi dan Nikita Kruschev. (Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Dengan judul Holding Hands With Mr. K. Indonesian Entertainer Shares the Fun, foto tersebut dijepret pada 25 Februari 1960 oleh fotografer dari United Press International. Kunjungan tersebut menarik perhatian internasional, karena Kruschev menjadi  pemimpin pertama dari Perang Dingin yang mendatangi Indonesia. Kala itu Kruschev berkunjung ke Indonesia selama 2 pekan.

Dari foto tersebut, setidaknya kita pun tahu bahwa Suratmi, komedian lawas yang biasa bermain dalam film-film Benyamin Syueb, bukan pelawak biasa. Buktinya dia diundang oleh Sukarno untuk menemani pemimpin salah satu negeri adi daya saat itu, Uni Soviet. 

Dari ribuan koleksinya, ada satu foto yang menjadi favorit Cass, yaitu foto saat Sukarno menjenguk pasien di kapal SS Hope pada 1960.  Baginya foto tersebut memperlihatkan sisi humanis seorang Sukarno, sebagai pemimpin. Sisi yang kemungkinan belum banyak terungkap. 
 
SS Hope merupakan kapal angkatan laut yang digunakan sebagai rumah sakit dan tempat latihan perawat-perawat di Asia Tenggara. Pesawat itu didanai oleh sumbangan warga dan perusahaan-perusahaan AS.  
 

(Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Presiden Sukarno di Kapal SS Hope saat bersandar di Jakarta. (Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Berbagai foto sejarah koleksi Cass ini semacam puzzle yang melengkapi informasi tentang perjalanan bangsa Indonesia. Mungkin selama ini publik di Tanah Air hanya disuguhkan oleh foto-foto sejarah yang terbatas. Tidak banyak sumber yang dapat diakses dengan mudah. 
 
Beruntung, perkembangan teknologi digital telah membuka akses-akses terhadap sumber-sumber informasi baru. Salah satunya dari koleksi milik Jacob Cass ini. Koleksi foto ini istimewa untuk diamati karena sebagian foto-foto itu berasal dari kantor-kantor berita di luar negeri.
 

Berawal dari Nama Bandara

Kecintaan Cass terhadap Indonesia tidak muncul begitu saja. Pertama kali dia mengenal negara ini karena seseorang wanita yang berasal dari Jakarta. Wanita itu adalah istrinya. Setelah menikah dengan orang Indonesia, perlahan-lahan Cass mulai penasaran dengan negara pasangannya.
 
Ada satu momen yang membuat Cass jatuh hati mengoleksi foto-foto sejarah Indonesia. Saat pertama kali mengunjungi Indonesia, Cass cukup penasaran dengan nama Soekarno-Hatta yang dijadikan bandara. Setelah dia menelusuri nama itu, ternyata dia menemukan bahwa Bung Karno merupakan pemimpin yang cukup disegani pada masanya. 
 
Pada periode kepemimpinannya, Sukarno sering melakukan diplomasi ke berbagai negara. Mulai dari Amerika Serikat hingga Uni Soviet. Argentina hingga China. Jejak-jejak Sukarno itu banyak diabadikan oleh para juru foto dari berbagai kantor berita di negara lain. Rasa penasaran Cass mendorongnya untuk mengumpulkan jejak-jejak Sukarno.
 
“Koleksi itu terjadi begitu saja dan ketika saya mengetahui foto-foto itu mungkin penting, itu hanya menjadi hobi untuk menemukan barang-barang lama,” ujarnya. 
 
Perkenalan Cass dengan sejarah Sukarno membuatnya lebih dalam mempelajari sejarah Indonesia. Tidak cukup pada era pasca kemerdekaan, Cass juga menelusuri pergolakan politik di Tanah Air usai Sukarno kehilangan kursinya sebagai presiden. Kemudian, dia pun mencari informasi terkait dampak perang dunia kedua terhadap kemerdekaan Indonesia. 
 
“Lalu saya belajar tentang tentang Suharto dan 1998. Ada begitu banyak dan cerita tentang sejarah Indonesia. Semua itu dimulai dari nama bandara [Soekarno-Hatta],” ujarnya. 
 

Jacob Cass dengan salah satu koleksinya (Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Jacob Cass dengan salah satu koleksinya (Sumber gambar: IG/koleksi_sejarah_indo)

Sumber & Orisinalitas Foto

Cass mengawali hobinya mengumpulkan berbagai foto tentang Indonesia ini sejak 2018. Foto-foto koleksi tersebut dia dapatkan dari berbagai sumber, mulai dari penjual perorangan hingga arsip kantor berita yang sudah tidak beroperasi lagi. Mereka menjual arsip-arsip itu umumnya karena kebutuhan finansial.
 
Arsip-arsip tersebut dijual dengan harga beragam. Soal harga pastinya Cass tidak hafal. Namun, sejak memulai hobi ini sampai sekarang, dia mengaku sudah menghabiskan puluhan ribu dolar untuk membeli foto dan dokumen tentang Indonesia. 
 
Lantaran sebagai arsip, mereka biasanya menjual foto tersebut dalam bentuk fisik. Arsip itu dilengkapi dengan keterangan peristiwa dan stempel untuk bukti keaslian. Oleh sebab itu, orisinalitasnya dapat dipastikan. 

Melalui koleksi-koleksinya, Cass berharap masyarakat Indonesia dapat mengenali sejarahnya secara utuh. Sebab bisa jadi, mereka hanya mengetahui foto-foto sejarah Indonesia secara terbatas. Sebagai bangsa yang besar, dia merasa bangsa Indonesia perlu mengingat kembali sejarahnya.

Oleh sebab itu, dia pun senang ketika foto-foto koleksinya diunggah ke akun Instagramnya. Sebab, banyak follower yang mayoritas warga Indonesia merasa bahagia karena baru mengetahui momen-momen bersejarah negeri mereka sendiri.

Baca juga: Simak Asal-Usul Bendera Negara Sang Merah Putih

Bila suatu saat ada keinginan untuk menjual koleksinya, Cass hanya ingin melegonya kepada orang Indonesia. Sebab menurutnya, merekalah yang berhak memilikinya. Bukan orang dari negara lain. Termasuk orang dari negaranya sendiri, Amerika Serikat

“Saya tidak akan menjual ke beberapa bule di Nebraska yang ingin melengkapi koleksi mereka. Saya hanya ingin menjualnya ke orang Indonesia,” ujarnya.

Sebagai kolektor foto-foto bersejarah, Cass rupanya memiliki latar belakang yang berseberangan dengan hal tersebut. Dia bukanlah sejarawan atau fotografer profesional. Melainkan, seorang konsultan di perusahaan food and beverage di Amerika Serikat.

Namun, kecintaannya terhadap sejarah mendorongnya untuk menggali lebih dalam tentang perjalanan suatu bangsa pada masa lalu. Dalam mendalami sejarah, dia tidak ingin terjebak pada teori-teori akademis yang membosankan. Justru dia melihat sejarah sebagai sesuatu yang mudah dan menarik untuk dipelajari. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor : Syaiful Millah 
 

SEBELUMNYA

Intip Duet CR-V Hybrid & Accord Hybrid yang Mejeng di GIIAS 2022

BERIKUTNYA

Wuling Air ev Jadi Opsi Mobil Listrik dengan Harga Terjangkau

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: