Foto karya fotografer AFP Armend Nimani (Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)

Dari Asia hingga Eropa, Foto-foto Ini Menggambarkan Kepiluan Pengungsi Mencari 'Rumah Baru'

13 June 2022   |   17:00 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Peperangan di berbagai negara menyisakan kepiluan bagi warga yang tak bersalah. Beriring tangisan, jeritan, dan ketakutan, mereka berduyun-duyun pergi meninggalkan tanah kelahiran menuju tanah yang baru. Di mana di sana ada harapan bagi mereka untuk menjalani hidup dengan normal. 

Namun, langkah mereka ini dilalui dengan sulit. Mereka harus menghadapi ancaman, mulai dari ganasnya alam hingga kejahatan manusia. Situasi pilu ini terekam dengan jelas dalam pameran fotografi Odysseys di Museum & Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta, pada 22 Juli hingga 8 Agustus 2016.
 
Foto-foto karya fotografer Agency France-Presse (AFP) tersebut secara gamblang mengungkap kisah-kisah pengembaraan para pengungsi meninggalkan tanah kelahiran mereka. 

Tercatat ada 30 foto yang tampil dalam pameran hasil kerjasama Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), AFP, dan Antara. Seluruh foto menampilkan proses eksodus para pengungsi dari Timur Tengah ke Eropa dan pengungsi Rohingya dari Myanmar ke Indonesia dan Thailand. 

Raut wajah sedih, muram, dan kosong mengiringi langkah para pengungsi menuju tempat harapannya. Sisi lainnya, perempuan dan anak-anak senantiasa menjadi korban dari konflik yang tak berujung di berbagai tempat. Begitulah pesannya ketika menyaksikan hasil bidikan para fotografer APF tersebut. 

Mereka begitu dalam menggali aspek kemanusiaan dari para pengungsi itu. Seperti yang terlihat pada foto karya Bulent Kilic (foam work, 50x70 cm, 2015). Foto memperlihatkan gambar ayah mencium kening anak perempuannya di bibir pantai. Mereka adalah pengungsi Suriah yang tiba di Pulau Lesbos, Yunani setelah menyeberangi laut Aegean dari Turki pada November 2015.

 

Foto karya

Foto karya Bulent Kilic (Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan) 



Berlatar belakang lautan lepas, fotografer berhasil membawa pengunjung pameran merasakan bagaimana pertaruhan nyawa ayah dan anaknya itu. Beruntung mereka selamat dari ganasnya alam karena tak sedikit para pengungsi itu harus kehilangan nyawa di tengah lautan.

 

Foto karya

Foto karya Dimitar Dilkoff (Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)


Pemandangan serupa juga terlihat pada foto milik juru foto Dimitar Dilkoff (foam work, 50x70 cm, 2015). Hasil jepretan Dilkoff memperlihatkan ekspresi kosong seorang ayah dan anak lelakinya di sebuah kereta. Wajah keduanya melihat keluar dari dalam jendela kereta di Serbia pada Agustus 2015. Menariknya tangan si anak menyimbolkan pistol mengarah ke kepalanya.

Dilkoff fokus pada ekspresi kedua pengungsi itu. Didominasi oranye yang berasal dari dinding kereta, foto mampu menampilkan pesan penderitaan secara fisik maupun psikis pengungsi. Usai melihat foto itu muncul pertanyaan, bagaimana nasib mereka sekarang? 
 

Foto karya

Foto karya Aris Messinis


Kemudian cerita mengerikan tampak pada foto karya Aris Messinis. Foto itu memperlihatkan sekoci yang hancur tak berbentuk dengan hamparan ribuan jaket pelampung berserakan berserakan di bibir pantai, Mithimna, Yunani, 2016 (foam work, 50x70 cm, 2016). Sekoci dan jaket-jaket itu digunakan para pengungsi dari Timur Tengah selama menyebrangi laut Aegean dari daratan Timur Tengah menuju Eropa. 
 

Asia Tenggara

Beranjak ke Asia Tenggara, Chaideer Mahyuddin fotografer asal Indonesia ini merangkai foto cerita yang menunjukan antara kepahitan dan harapan para pengungsi Rohingya.  Suasana penuh kesedihan ketika mereka berada di Thailand dan harapan ketika di Aceh.

Hal itu terlihat pada satu foto tiga wanita Rohingya sedang menangis di sebuah kapal di perairan Thailand  (foam work, 50x70 cm, 2016). Lalu di bawahnya masih orang yang sama dengan ekspresi datar di Aceh. 

 

Foto karya Mahyudin

Foto karya Chaideer Mahyuddin (Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)

Chaideer menuturkan dia sengaja membandingkan dua foto itu guna memperlihatkan bahwa mereka memiliki harapan saat mendarat di Aceh. Foto-foto ekspresi kesedihan itu didapat Chaideer dari rekannya yang mengambil foto orang-orang Rohingya di Thailand. 

Pada awalnya, Chaideer tidak berada di lokasi pengungsi-pengungsi Rohingya di Aceh Timur dan Utara. Namun setelah dilihat foto rekannya ada kesamaan pengungsi-pengungsi Rohingya di Thailand, dia putuskan segera mencari pengungsi-pengungsi itu. 

Di tempat penampungan Chaideer bertemu dengan orang-orang yang pernah dipotret rekannya di Thailand. Dari pertemuan itu, didapatkanlah cerita pengalaman mereka selama di lepas lautan.

Chaideer mengungkapkan para pengungsi ini sempat ingin bunuh-bunuhan satu sama lain di dalam kapal karena berebut makanan di dalam kapal.  Situasi jauh berbeda ketika mereka mendarat di Aceh. Di Tanah Rencong itu mereka mendapatkan perlakuan manusiawi dari masyarakat setempat.  

"Saya hanya foto ulang, tapi pesannya kalau di Thailand mereka tidak ada harapan. Namun di Aceh mereka diperlakukan manusiawi," ujarnya. 


Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Mitos & Fakta Seputar Air Susu Ibu, Salah Satunya Benarkah Bisa Dijadikan KB Alami?

BERIKUTNYA

Berarung Jeram Asyik di Sungai Citarik

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: