Ilustrasi bayi sehat (Sumber gambar: Unsplash/ Jonathan Borba)

Memperbaiki Pertumbuhan Anak Stunting lewat Asupan Tepat

20 December 2022   |   19:35 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Beberapa orang tua mungkin baru menyadari jika anak mereka mengalami stunting. Padahal, mereka sudah berupaya memberikan asupan makanan terbaik untuk anak-anak mereka. Jika sudah seperti ini apa yang harus dilakukan? Tenang, moms, masih ada cara kok untuk mengatasi hal ini. 

Seperti kita ketahui, stunting bukanlah penyakit, melainkan kondisi gagal tumbuh. Hal ini disebabkan oleh gizi buruk dan serangan infeksi berulang. Masalah ini harus segera diatasi, jika tidak akan mengganggu perkembangan anak ke depannya. 

Baca juga: Bebas Risiko Stunting, Erina Gudono Tercatat Ideal Untuk Hamil

Buat ortu yang memiliki anak dengan gangguan stunting, masih ada harapan untuk memperbaikinya. Dihimpun dari Bisnis Indonesia Weekend, Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Klara Yuliarti mengatakan, bagi mereka yang sudah terlanjur mengalami stunting, harus dilakukan perbaikan secepatnya untuk mengejar pertumbuhan maksimal atau biasa disebut catch up growth. Idealnya dilakukan sebelum anak berusia 2 tahun.   

“Kalau dilakukan setelah itu bisa saja, misalkan pada masa remaja atau masa lonjakan pertumbuhan [growth spurts], tetapi tentu hasilnya tidak akan lebih baik jika dilakukan sebelum menginjak [usia] 2 tahun,” tuturnya.

Terkait hal ini, pengaturan pola makan bergizi seimbang harus bisa diterapkan pada anak-anak dengan riwayat stunting. Gizi yang seimbang harus memenuhi 50 persen — 60 persen karbohidrat, protein sekitar 10 persen — 15 persen, lemak maksimal 40 persen bagi anak di bawah 2 tahun dan maksimal 30 persen untuk anak 2 tahun ke atas. 

“Kebanyakan stunting di Indonesia diakibatkan oleh kekurangan asupan kalori dan protein. Mungkin kalorinya sudah cukup, tetapi makanan tidak berkualitas. Selain itu, kebanyakan kesalahan pola makan diberikan pada masa pemberian MPASI [makanan pendamping air susu ibu],” ujarnya. 

Baca juga: Mengenal Faktor-faktor Penyebab Anak Alami Stunting

Menurutnya, banyak ibu yang memberi makanan pendamping ASI hanya sebatas sayuran atau makanan mengandung tepung, seperti gandum atau beras merah, sedangkan proteinnya hanya didapatkan dari wortel, brokoli atau secuil tahu dan tempe.

Padahal, jika sudah memenuhi gizi seimbang, anak tentunya tidak lagi membutuhkan suplemen.  “Protein yang disarankan pada masa MPASI adalah protein hewani, seperti daging, susu, telur,” katanya. 


Makanan Beragam

Dalam laporan tersebut, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Ahmad Syafiq mengatakan, kurangnya gizi pada anak kelompok usia di bawah 1 tahun, biasanya juga terkait dengan kurangnya asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu penyebabnya adalah anak picky eater atau pemilih makanan. 

“Namun, studi yang kami lakukan menunjukkan, tidak semua ibu memiliki kesiapan untuk memberikan makanan kepada bayi dengan benar. Jadi permasalahannya bukan pada anak, tetapi orang tua yang kurang melakukan persuasi,” katanya. 

Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah orang tua perlu memperkenalkan anak-anak dengan beragam jenis makanan dari awal supaya mereka mengembangkan preferensi makanan yang lebih luas. “Anak-anak tidak bisa mengambil keputusan mengenai apa, seberapa banyak, dan kapan harus makan,” ujarnya. 

Tak hanya  pola makan, keadaan kebersihan lingkungan juga sangat memengaruhi anak yang sedang mengejar pertumbuhannya. Dalam berbagai penelitian terkait dengan mengejar tumbuh kembang disebutkan bahwa catch up growth biasanya berhasil dilakukan ketika faktor lingkungan membaik dan masa pertumbuhan yang lebih panjang. 

Sementara itu, kegagalan dalam mengejar pertumbuhan disebabkan oleh anak-anak yang tetap berada di lingkungan yang sama dengan lingkungan di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan.

“Pada kenyataannya, kasus bayi di atas 1 tahun yang mengalami permasalahan gizi sering berkaitan dengan sanitasi dan penyakit infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan di lingkungan anak harus mendapat perhatian,” tuturnya. 

Baca juga: Bunda, Kekurangan Berat Badan selama Kehamilan Berisiko Stunting pada Bayi

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Cerita Tentang Kita: Dulu, Kini, & Nanti, Koleksi Terbaru Bramanta Wijaya Untuk Ibunda

BERIKUTNYA

5 Alasan Serial Korea The Glory Menarik untuk Disaksikan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: