Bunda Harus Tahu, Protein Sangat Penting dalam Mencegah Stunting pada Anak
25 January 2023 |
22:30 WIB
Stunting menjadi salah satu gangguan tumbuh kembang anak. Hal ini tidak lepas dari asupan makanan dan gizi, termasuk kandungan protein di dalam menu Makan Pendamping ASI (MPASI) anak. Pemerintah sendiri terus menggencarkan upaya mendukung Indonesia bebas stunting untuk mencapai Generasi Emas 2045.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Apabila stunting dibiarkan, maka berdampak terhadap daya tahan tubuh anak sehingga akan mudah terinfeksi, kesulitan dalam pembelajaran, gangguan tumbuh kembang, dan ke depannya dapat berisiko penyakit tidak menular.
Baca juga: Bunda, Intip 5 Kiat Cegah Stunting pada Anak
Dokter Spesialis Gizi Marya Haryon mengatakan anak-anak dapat bebas stunting jika pemberian nutrisi adekuat selama 1.000 hari pertama kehidupannya dapat tercapai. Mulai dari awal kehamilan, menyusui, pemberian MPASI hingga anak berusia 2 tahun. Dan akan lebih baik bila dapat dipenuhi selama siklus kehidupan seseorang.
“Nutrisi yang adekuat artinya harus memenuhi seluruh unsur nutrisi, termasuk protein. Jika pemenuhan energi seseorang cukup tetapi jumlah protein tidak memadai, tentu akan mengganggu pembentukan sel-sel yang sehat," ujarnya.
Makanan sumber protein juga sangat dibutuhkan karena menyediakan asam amino bagi tubuh sehingga dapat membantu bila terjadi defisiensi unsur nutrisi lain.
Marya mengatakan bahwa protein dari makanan sehari-hari dapat berasal dari sumber hewani dan nabati. Contoh protein hewani ialah putih telur, ikan, ayam, daging merah, hingga susu. Adapun sumber protein nabati, di antaranya tahu, tempe, maupun kacang-kacangan. "Semua sumber protein bermanfaat baik bagi tubuh manusia," ucapnya.
Menurutnya, protein hewani membantu pembentukan otot, menjaga massa otot, lebih mudah dicerna. Walaupun demikian, beberapa protein nabati dari soy (kedelai) juga mudah dicerna seperti protein hewani.
Namun kadang kala ada saat ketika anak sulit makan karena sedang sakit atau dalam kondisi masa penyembuhan. Hal ini tentu saja menjadi dilema tersendiri para ibu karena sumber protein anak sulit tercapai bahkan berat badannya kurang.
Dalam kondisi seperti ini, maka ibu bisa memberikan alternatif asupan protein berupa susu, dan akan lebih baik lagi jika susu bernutrisi yang memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang yang diformulasikan untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak.
Sementara itu, Product Management PT Kalbe Farma Tbk, Apt. Veronika Karina Harijadi mengatakan kandungan gizi yang dibutuhkan seperti protein, Omega 3, 6, dan DHA, termasuk serat pangan inulin yang dapat menjaga saluran pencernaan anak.
Lantas bagaimana jika anak tidak dapat mengonsumsi protein hewani karena alergi atau memiliki pola makan vegetarian? Dalam hal ini dr. Marya mengatakan bahwa hal tersebut bukan masalah, asalkan tubuh masih mendapatkan suplai nutrisi yang baik, termasuk protein.
Di samping itu, dia juga menyarankan, anak pada kondisi tersebut harus mengonsumsi beragam sumber protein nabati agar tetap bisa memenuhi kecukupan nutrisi tubuh, dan tetap rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke fasilitas terdekat.
Salah satu sumber nabati yang memiliki kualitas protein seperti hewani adalah soya dan olahannya, di antaranya tahu, tempe, tepung soya, dan soy isolate protein. Pada berbagai studi disebutkan bahwa soya dan turunannya merupakan sumber protein yang baik, tinggi serat, dan bebas kolesterol, serta memiliki banyak benefit bagi kesehatan, salah satunya kesehatan jantung.
“Jika seseorang membutuhkan susu tetapi terdapat kondisi alergi protein susu sapi atau mengalami laktosa intolerans, maka alternatifnya adalah mengganti dengan susu soya, dan lebih baik lagi jika mengandung soy isolate protein," jelasnya.
Baca juga: Bunda, Kekurangan Berat Badan selama Kehamilan Berisiko Stunting pada Bayi
Jangan lupa tetap mengombinasikan sumber protein nabati lainnya atau bersama sumber protein hewani (jika tidak alergi), agar memperoleh variasi asupan protein dan zat gizi lain.
Editor: Fajar Sidik
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Apabila stunting dibiarkan, maka berdampak terhadap daya tahan tubuh anak sehingga akan mudah terinfeksi, kesulitan dalam pembelajaran, gangguan tumbuh kembang, dan ke depannya dapat berisiko penyakit tidak menular.
Baca juga: Bunda, Intip 5 Kiat Cegah Stunting pada Anak
Dokter Spesialis Gizi Marya Haryon mengatakan anak-anak dapat bebas stunting jika pemberian nutrisi adekuat selama 1.000 hari pertama kehidupannya dapat tercapai. Mulai dari awal kehamilan, menyusui, pemberian MPASI hingga anak berusia 2 tahun. Dan akan lebih baik bila dapat dipenuhi selama siklus kehidupan seseorang.
“Nutrisi yang adekuat artinya harus memenuhi seluruh unsur nutrisi, termasuk protein. Jika pemenuhan energi seseorang cukup tetapi jumlah protein tidak memadai, tentu akan mengganggu pembentukan sel-sel yang sehat," ujarnya.
Makanan sumber protein juga sangat dibutuhkan karena menyediakan asam amino bagi tubuh sehingga dapat membantu bila terjadi defisiensi unsur nutrisi lain.
Marya mengatakan bahwa protein dari makanan sehari-hari dapat berasal dari sumber hewani dan nabati. Contoh protein hewani ialah putih telur, ikan, ayam, daging merah, hingga susu. Adapun sumber protein nabati, di antaranya tahu, tempe, maupun kacang-kacangan. "Semua sumber protein bermanfaat baik bagi tubuh manusia," ucapnya.
Menurutnya, protein hewani membantu pembentukan otot, menjaga massa otot, lebih mudah dicerna. Walaupun demikian, beberapa protein nabati dari soy (kedelai) juga mudah dicerna seperti protein hewani.
Namun kadang kala ada saat ketika anak sulit makan karena sedang sakit atau dalam kondisi masa penyembuhan. Hal ini tentu saja menjadi dilema tersendiri para ibu karena sumber protein anak sulit tercapai bahkan berat badannya kurang.
Dalam kondisi seperti ini, maka ibu bisa memberikan alternatif asupan protein berupa susu, dan akan lebih baik lagi jika susu bernutrisi yang memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang yang diformulasikan untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak.
Sementara itu, Product Management PT Kalbe Farma Tbk, Apt. Veronika Karina Harijadi mengatakan kandungan gizi yang dibutuhkan seperti protein, Omega 3, 6, dan DHA, termasuk serat pangan inulin yang dapat menjaga saluran pencernaan anak.
Lantas bagaimana jika anak tidak dapat mengonsumsi protein hewani karena alergi atau memiliki pola makan vegetarian? Dalam hal ini dr. Marya mengatakan bahwa hal tersebut bukan masalah, asalkan tubuh masih mendapatkan suplai nutrisi yang baik, termasuk protein.
Di samping itu, dia juga menyarankan, anak pada kondisi tersebut harus mengonsumsi beragam sumber protein nabati agar tetap bisa memenuhi kecukupan nutrisi tubuh, dan tetap rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke fasilitas terdekat.
Salah satu sumber nabati yang memiliki kualitas protein seperti hewani adalah soya dan olahannya, di antaranya tahu, tempe, tepung soya, dan soy isolate protein. Pada berbagai studi disebutkan bahwa soya dan turunannya merupakan sumber protein yang baik, tinggi serat, dan bebas kolesterol, serta memiliki banyak benefit bagi kesehatan, salah satunya kesehatan jantung.
“Jika seseorang membutuhkan susu tetapi terdapat kondisi alergi protein susu sapi atau mengalami laktosa intolerans, maka alternatifnya adalah mengganti dengan susu soya, dan lebih baik lagi jika mengandung soy isolate protein," jelasnya.
Baca juga: Bunda, Kekurangan Berat Badan selama Kehamilan Berisiko Stunting pada Bayi
Jangan lupa tetap mengombinasikan sumber protein nabati lainnya atau bersama sumber protein hewani (jika tidak alergi), agar memperoleh variasi asupan protein dan zat gizi lain.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.