Kreator NFT Punya Prospek Cerah pada Masa Depan
15 November 2022 |
07:25 WIB
1
Like
Like
Like
Selama beberapa tahun terakhir, Non-Fungible Token (NFT) menjadi fenomena yang tak biasa terjadi di dunia kreatif secara global tak terkecuali di Indonesia. NFT seakan menjamur dan para kreator serta seniman pun ramai-ramai mencoba peruntungan dengan mendigitalisasi karyanya.
Menurut riset yang dilakukan Populix pada Februari 2022, sebanyak 33% masyarakat Indonesia mengaku mengetahui tentang NFT, 51% responden menyatakan mereka tidak mengetahui NFT, serta 16% respon menjawab tidak yakin.
Di antara responden yang mengetahui tentang NFT, 38 persen dari mereka menyatakan pernah membeli NFT dengan mayoritas tipe NFT yang dibeli adalah berbagai produk online (44%), produk gim online (39%), fesyen virtual (31%), karya seni (24%), musik (24%), serta berbagai tipe NFT lainnya.
Survei bertajuk Indonesian Modern Consumption itu juga menyebut bahwa aset digital berbasis blockchain ini diprediksi akan terus menjadi tren di Tanah Air. Bahkan, mayoritas responden mengatakan tren NFT akan berlangsung lebih dari 5 tahun ke depan.
Baca juga: Kreator Digital Prediksi Ekosistem NFT di Indonesia Bakal Cerah
Co-founder of Robomot NFT, Ruanth Chrisley, mengatakan masa depan para kreator NFT di dunia termasuk Indonesia sangat cerah. Sebab, dia menjelaskan NFT memungkinkan kreator dari mana pun untuk bisa tampil dan menunjukkan karya digitalnya di pasar dunia.
"Jadi tidak lagi kita harus melewati birokrasi seperti dulu," katanya kepada Hypeabis.id, belum lama ini.
Jika dahulu seorang kreator harus menempuh beberapa fase dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa eksis di pasar seni dunia, kini mereka bisa dengan mudah menarik perhatian banyak orang dengan karya yang unik dan tak biasa.
Meski demikian, Ruanth tak menampik bahwa kondisi tersebut justru menimbulkan semacam disrupsi di pasar seni digital. Terbukanya lanskap NFT untuk siapapun, katanya, tak jarang membuat item-item NFT yang diperjualbelikan tidak tersaring dengan baik dan justru menutup eksistensi karya-karya seni hasil ciptaan seniman profesional.
"Jadi buat seniman yang menciptakan NFT sebagai seni, kadang merasa sulit untuk menunjukkan karya mereka," ucapnya.
Dia memaparkan Asia Tenggara merupakan kawasan dengan tingkat adopsi NFT yang diprediksi sebesar 41 persen, menempatkannya sebagai salah satu kawasan dengan nilai adopsi tertinggi secara global.
Menurut riset yang dilakukan Populix pada Februari 2022, sebanyak 33% masyarakat Indonesia mengaku mengetahui tentang NFT, 51% responden menyatakan mereka tidak mengetahui NFT, serta 16% respon menjawab tidak yakin.
Di antara responden yang mengetahui tentang NFT, 38 persen dari mereka menyatakan pernah membeli NFT dengan mayoritas tipe NFT yang dibeli adalah berbagai produk online (44%), produk gim online (39%), fesyen virtual (31%), karya seni (24%), musik (24%), serta berbagai tipe NFT lainnya.
Survei bertajuk Indonesian Modern Consumption itu juga menyebut bahwa aset digital berbasis blockchain ini diprediksi akan terus menjadi tren di Tanah Air. Bahkan, mayoritas responden mengatakan tren NFT akan berlangsung lebih dari 5 tahun ke depan.
Baca juga: Kreator Digital Prediksi Ekosistem NFT di Indonesia Bakal Cerah
Co-founder of Robomot NFT, Ruanth Chrisley, mengatakan masa depan para kreator NFT di dunia termasuk Indonesia sangat cerah. Sebab, dia menjelaskan NFT memungkinkan kreator dari mana pun untuk bisa tampil dan menunjukkan karya digitalnya di pasar dunia.
"Jadi tidak lagi kita harus melewati birokrasi seperti dulu," katanya kepada Hypeabis.id, belum lama ini.
Jika dahulu seorang kreator harus menempuh beberapa fase dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa eksis di pasar seni dunia, kini mereka bisa dengan mudah menarik perhatian banyak orang dengan karya yang unik dan tak biasa.
Meski demikian, Ruanth tak menampik bahwa kondisi tersebut justru menimbulkan semacam disrupsi di pasar seni digital. Terbukanya lanskap NFT untuk siapapun, katanya, tak jarang membuat item-item NFT yang diperjualbelikan tidak tersaring dengan baik dan justru menutup eksistensi karya-karya seni hasil ciptaan seniman profesional.
"Jadi buat seniman yang menciptakan NFT sebagai seni, kadang merasa sulit untuk menunjukkan karya mereka," ucapnya.
Potensi Pasar
Head of Marketing TZ APAC, Jivan Tulsiani, mengatakan sebagai kawasan dengan sebagian besar populasi masyarakat mobile-first yang telah terbiasa dengan teknologi, Asia Tenggara adalah pasar utama untuk NFT.Dia memaparkan Asia Tenggara merupakan kawasan dengan tingkat adopsi NFT yang diprediksi sebesar 41 persen, menempatkannya sebagai salah satu kawasan dengan nilai adopsi tertinggi secara global.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.