Ilustrasi ginjal yang ada di tubuh manusia. (sumber gambar : Unsplash/Robina Weermeijer)

Dimulai Dari Diare, Waspada Rangkaian Gejala Gagal Ginjal Akut Pada Anak

18 October 2022   |   19:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Penyakit gagal ginjal akut pada anak di Indonesia menjadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir. Kasus yang ditemukan pada awal 2022 ini mengalami peningkatan sejak Agustus, dan puncaknya terjadi pada September 2022. Para orang tua pun diminta waspada terhadap fenomena ini.

Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes dr. Yanti Herman, mengatakan orang tua harus waspada apabila anak mengalami diare, mual, muntah, demam selama 3 sampai 5 hari. Begitu juga dengan batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni atau urine semakin sedikit bahkan tidak tidak keluar. Ini bisa mengarah pada kondisi gagal ginjal akut. 

"Jika anak mengalami keluhan yang mengarah kepada penyakit gagal ginjal akut, sebaiknya segera konsultasikan ke tenaga kesehatan jangan ditunda atau mencari pengobatan sendiri," tegas Yanti, Selasa (18/10/2022). 

Baca jugaCegah Kasus Ginjal Akut, BPOM Larang Penggunaan 2 Bahan Obat Ini
 

Sampai saat ini, belum diketahui pasti penyebab kasus gagal ginjal akut pada anak. Oleh karena itu pemerintah bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan tim dokter RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) membentuk satu tim yang bertugas untuk mengamati dan menyelidiki kasus ini. 


Tata Laksana 

Kementerian Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan pun telah menerbitkan Tata Laksana dan Managemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02./2/I/3305/2022 yang terbit pada 28 September 2022. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dini sekaligus sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan penanganan medis kepada pasien gagal ginjal akut.

Pedoman tersebut memuat serangkaian kegiatan tenaga medis, dimulai dari diagnosis klinis. Penegakan diagnosis untuk penyakit gagal ginjal akut pada anak diawali dengan mengamati gejala dan tanda klinis yang dialami pasien, salah satunya terjadi penurunan jumlah buang air kecil alias BAK (oliguria), atau tidak ada sama sekali BAK (anuria).

"Penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi atau penyaringan ginjal. Biasanya ditandai peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urine," kata Yanti.

Baca jugaHeboh Parasetamol Bikin Gagal Ginjal Akut Anak Gambia, Bagaimana dengan Indonesia?

Gagal ginjal akut ini diketahui menyerang anak di rentang usia 6 bulan-18 tahun, dan paling banyak terjadi pada kelompok balita. Dari data yang ada, memang gejala awal berupa infeksi saluran cerna dan gejala ISPA. 

Adapun gejala khas yakni jumlah air seni yang semakin berkurang bahkan tidak bisa BAK sama sekali. Yanti pun meminta para orang tua melakukan pemantauan tanda bahaya umum tersebut secara berkala, termasuk jumlah dan warna urin (pekat atau kecoklatan) di rumah. Pastikan anak mendapatkan cairan yang cukup dengan minum air.

Apabila anak mengalami gejala dan tanda disertai dengan volume urine berkurang atau tidak ada urine selama 6-8 jam saat siang hari, dia mengimbau agar anak tersebut segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Dalam pedoman ini juga dijelaskan mengenai penanganan di rumah sakit. Kemenkes merekomendasikan agar pemeriksaan berlanjut pada fungsi ginjal (turun, kreatinin). Jikalau fungsi ginjal meningkat, bisa dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, evaluasi kemungkinan etiologi dan komplikasi.

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan positif gagal ginjal akut, pasien akan dilakukan perawatan di ruangan intensif berupa High Care Unit (HCU) atau Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sesuai indikasi. 

Baca jugaGagal Ginjal Misterius Pada Anak, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua

Selama proses perawatan, fasyankes akan memberikan obat dan terus memonitoring kondisi pasien yang meliputi volume balance cairan dan diuresis selama perawatan, kesadaran, napas kusmaull, tekanan darah, serta pemeriksaan kreatinin serial per 12 jam.

Selama proses perawatan pasien Gagal Ginjal Akut, pasien akan diberikan Intravena Immunoglobulin (IVIG). "Sebelum diberikan, Rumah Sakit harus mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan," jelas Yanti.

Sementara itu, Yanti menyebut bahwa Kemenkes terus pelacakan kasus sedini mungkin. Fasyankes diminta aktif melaporkan apabila menemkan kasus tersebut melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Event Baeed Surveillance (SKDREBS)/ Surveilans Berbasis Kejadian (SBK) di https://skdr.surveilans.org dalam waktu kurang dari 24 jam.

Apabila fasyankes tidak memiliki akun SKDR, kaya Yanti bisa melaporkan ke Dinkes dengan mengisi Formulir Penyelidikan Epidemologi (PE) yang dapat diunduh di https://skdr/surveilans.org dan mengirimkannya ke PHEOC melalui nomor WhatsApp 087777591097 atau email [email protected] atau [email protected]

"Pelaporan ini berlaku untuk semua penyakit yang berpotensi terjadi KLB, kami harapkan Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan terkait bisa melaporkan secepatnya," tegasnya. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Novel The Seven Moons of Maali Almaeida karya Shehan Karunatilaka Menangkan Booker Prize 2022 

BERIKUTNYA

Menghilangkan Mata Panda Cukup Pakai Es Batu, Simak Caranya Yuk!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: