Heboh Parasetamol Bikin Gagal Ginjal Akut Anak Gambia, Bagaimana dengan Indonesia?
14 October 2022 |
07:22 WIB
1
Like
Like
Like
Penyakit gagal ginjal pada anak menjadi isu hangat dalam sepekan terakhir. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA) mencatat sebanyak lebih dari 100 kasus gagal ginjal menyerang anak-anak di bawah usia 6 tahun. Sejauh ini, belum ditemukan penyebab dari penyakit yang disebut sebagai gangguan ginjal akut misterius itu.
Jauh ke seberang Benua Afrika, anak-anak di Gambia mengalami kondisi serupa. Sebanyak 66 anak dinyatakan meninggal. Para ahli menyebut peningkatan kasus yang tiba-tiba ini terjadi di antara anak berusia 5 bulan hingga 4 tahun ini terkait sirup parasetamol.
WHO pun pada Rabu (12/10/2022) pun mengimbau agar hati-hati terhadap empat sirup obat batuk dan pilek yang dibuat oleh Maxident Pharmaceuticals di India yang dikaitkan dengan kematian anak-anak tersebut. Dari uji laboratorium, ditemukan bahwa ada tingkat kontaminan yang berpotensi mengancam jiwa.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Begini Perbedaan Gagal Ginjal Akut dan Kronis
Bicara soal parasetamol, ini adalah yang umum digunakan masyarakat untuk meredakan demam dan mengatasi nyeri ringan hingga sedang. Obat ini bisa dijual bebas di toko obat hingga warung. Lantas apakah parasetamol di Indonesia aman dan tidak terkait gangguan ginjal misterius?
Guru Besar Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM)) Prof. Zullies Ikawati menerangkan obat ini termasuk aman untuk berbagai keadaan, termasuk untuk anak-anak, ibu hamil atau menyusui, dan orang dengan gangguan lambung. Dengan catatan, dipakai dalam dosis terapinya.
Dosis terapi parasetamol untuk Kata Zullies, dosis parasetammol pada dewasa adalah 500 mg-2 gram, bisa digunakan 3-4 kali sehari jika masih nyeri atau demam. “Maksimal penggunaan 4 gram ( 8 kali 500 mg). Dosis untuk anak-anak, menyesuaikan usia dan berat badan,” jelasnya dalam pesan singkat dikutip Hypeabis.id, Jumat (14/10/2022).
Sementara itu, Zullies menyebut bisa saja orang mengalami overdosis parasetamol pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang.
Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang. Kematian pun mencapai 3-4 persen kasus jika parasetamol digunakan sampai 15 gram. “Secara mekanisme, toksisitas parasetamol lebih banyak terjadi pada liver atau hati, bukan pada ginjal,” sebutnya.
Soal sirup parasetamol diduga menjadi penyebab kematian anak-anak di Gambia, Zullies menerangkan dalam membuat suatu formula obat, tidak hanya zat aktifnya saja yang terkandung, tetapi juga ada senyawa tambahan lain. Oleh karena parasetamol tidak larut dalam air, sementara sirup menggunakan pembawa air, sehingga memerlukan bahan tambahan lain seperti propilen glikol untuk menambah kelarutan.
Kadar senyawa tambahan pada satu produk dengan produk lain bisa bervariasi antar pabrikan. Menurutnya, mungkin saja sirup parasetamol yang beredar di Gambia mengandung kadar senyawa tambahan lain yang cukup besar yang dapat berbahaya.
Sejauh ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyampaikan bahwa sirup parasetamol yang digunakan pada anak-anak di Gambia tidak beredar di Indonesia. “Jadi, dugaan saya, bukan parasetamolnya yang berbahaya, tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian,” tegasnya.
Ya, berdasarkan analisis laboratorium WHO, ditemukan bahan berbahaya, seperti dietilen glikol dan etilen glikol yang terkandung dalam obat batuk tersebut. Dalam kadar tinggi, kandungan bahan itu bisa menyebabkan gagal ginjal akut.
WHO juga menyatakan zat-zat itu beracun bagi manusia dan bisa berakibat fatal. Efek racunnya dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian.
Namun demikian, Zullies menilai efek berbahaya itu dapat terjadi jika kadarnya berlebihan. Di Indonesia, penggunaan dietilen glikol maupun etilen glikol sebagai zat tambahan sudah diatur batasan kadarnya, sehingga mestinya tidak ada masalah keamanan.
Dia berpendapat adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut di Indonesia yang diberitakan belakangan ini, belum bisa dihubungkan dengan penggunaan obat, dan masih perlu diinvestigasi lebih lanjut.
Sejauh pemantauan, penggunaan parasetamol di Indonesia menurutnya masih aman. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir dengan penggunaan parasetamol selama digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Kendati demikian, Zullies mengimbau jika ada gejala-gejala yang tidak diinginkan setelah menggunakan parasetamol, sebaiknya segera konsultasi ke dokter atau apoteker untuk mendapatkan tindak lanjut yang sesuai.
BPOM dalam pernyataannya menyebut keempat jenis sirup obat untuk anak yang menjadi peringatan keras WHO untuk diwaspadai terdiri dari Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia. Begitu pula produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India.
Namun demikian, BPOM terus memantau perkembangan kasus substandard paediatric medicines terhadap produk sirup obat untuk anak yang teridentifikasi di Gambia, Afrika. Mereka juga melakukan update informasi terkait penggunaan produk sirup obat untuk anak melalui komunikasi dengan WHO dan Badan Otoritas Obat negara lain.
Baca juga: Gagal Ginjal Misterius Pada Anak, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua
Sementara itu, BPOM mengimbau agara masyarakat tidak resah dan lebih waspada, menggunakan produk obat yang terdaftar. Sebaiknya cek kemasan, label, izin edar, dan tanggal kedaluwarsa sebelum membeli atau menggunakan obat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Jauh ke seberang Benua Afrika, anak-anak di Gambia mengalami kondisi serupa. Sebanyak 66 anak dinyatakan meninggal. Para ahli menyebut peningkatan kasus yang tiba-tiba ini terjadi di antara anak berusia 5 bulan hingga 4 tahun ini terkait sirup parasetamol.
WHO pun pada Rabu (12/10/2022) pun mengimbau agar hati-hati terhadap empat sirup obat batuk dan pilek yang dibuat oleh Maxident Pharmaceuticals di India yang dikaitkan dengan kematian anak-anak tersebut. Dari uji laboratorium, ditemukan bahwa ada tingkat kontaminan yang berpotensi mengancam jiwa.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Begini Perbedaan Gagal Ginjal Akut dan Kronis
Bicara soal parasetamol, ini adalah yang umum digunakan masyarakat untuk meredakan demam dan mengatasi nyeri ringan hingga sedang. Obat ini bisa dijual bebas di toko obat hingga warung. Lantas apakah parasetamol di Indonesia aman dan tidak terkait gangguan ginjal misterius?
Guru Besar Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM)) Prof. Zullies Ikawati menerangkan obat ini termasuk aman untuk berbagai keadaan, termasuk untuk anak-anak, ibu hamil atau menyusui, dan orang dengan gangguan lambung. Dengan catatan, dipakai dalam dosis terapinya.
Dosis terapi parasetamol untuk Kata Zullies, dosis parasetammol pada dewasa adalah 500 mg-2 gram, bisa digunakan 3-4 kali sehari jika masih nyeri atau demam. “Maksimal penggunaan 4 gram ( 8 kali 500 mg). Dosis untuk anak-anak, menyesuaikan usia dan berat badan,” jelasnya dalam pesan singkat dikutip Hypeabis.id, Jumat (14/10/2022).
Sementara itu, Zullies menyebut bisa saja orang mengalami overdosis parasetamol pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang.
Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang. Kematian pun mencapai 3-4 persen kasus jika parasetamol digunakan sampai 15 gram. “Secara mekanisme, toksisitas parasetamol lebih banyak terjadi pada liver atau hati, bukan pada ginjal,” sebutnya.
Soal sirup parasetamol diduga menjadi penyebab kematian anak-anak di Gambia, Zullies menerangkan dalam membuat suatu formula obat, tidak hanya zat aktifnya saja yang terkandung, tetapi juga ada senyawa tambahan lain. Oleh karena parasetamol tidak larut dalam air, sementara sirup menggunakan pembawa air, sehingga memerlukan bahan tambahan lain seperti propilen glikol untuk menambah kelarutan.
Kadar senyawa tambahan pada satu produk dengan produk lain bisa bervariasi antar pabrikan. Menurutnya, mungkin saja sirup parasetamol yang beredar di Gambia mengandung kadar senyawa tambahan lain yang cukup besar yang dapat berbahaya.
Sejauh ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyampaikan bahwa sirup parasetamol yang digunakan pada anak-anak di Gambia tidak beredar di Indonesia. “Jadi, dugaan saya, bukan parasetamolnya yang berbahaya, tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian,” tegasnya.
Ya, berdasarkan analisis laboratorium WHO, ditemukan bahan berbahaya, seperti dietilen glikol dan etilen glikol yang terkandung dalam obat batuk tersebut. Dalam kadar tinggi, kandungan bahan itu bisa menyebabkan gagal ginjal akut.
WHO juga menyatakan zat-zat itu beracun bagi manusia dan bisa berakibat fatal. Efek racunnya dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian.
Namun demikian, Zullies menilai efek berbahaya itu dapat terjadi jika kadarnya berlebihan. Di Indonesia, penggunaan dietilen glikol maupun etilen glikol sebagai zat tambahan sudah diatur batasan kadarnya, sehingga mestinya tidak ada masalah keamanan.
Dia berpendapat adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut di Indonesia yang diberitakan belakangan ini, belum bisa dihubungkan dengan penggunaan obat, dan masih perlu diinvestigasi lebih lanjut.
Penggunaan Parasetamol di Indonesia
Sejauh pemantauan, penggunaan parasetamol di Indonesia menurutnya masih aman. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir dengan penggunaan parasetamol selama digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan.Kendati demikian, Zullies mengimbau jika ada gejala-gejala yang tidak diinginkan setelah menggunakan parasetamol, sebaiknya segera konsultasi ke dokter atau apoteker untuk mendapatkan tindak lanjut yang sesuai.
BPOM dalam pernyataannya menyebut keempat jenis sirup obat untuk anak yang menjadi peringatan keras WHO untuk diwaspadai terdiri dari Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia. Begitu pula produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India.
Namun demikian, BPOM terus memantau perkembangan kasus substandard paediatric medicines terhadap produk sirup obat untuk anak yang teridentifikasi di Gambia, Afrika. Mereka juga melakukan update informasi terkait penggunaan produk sirup obat untuk anak melalui komunikasi dengan WHO dan Badan Otoritas Obat negara lain.
Baca juga: Gagal Ginjal Misterius Pada Anak, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua
Sementara itu, BPOM mengimbau agara masyarakat tidak resah dan lebih waspada, menggunakan produk obat yang terdaftar. Sebaiknya cek kemasan, label, izin edar, dan tanggal kedaluwarsa sebelum membeli atau menggunakan obat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.