Ortu Otoriter Bisa Mencegah Kebiasaan Merokok pada Anak?
29 August 2022 |
22:00 WIB
Kebanyakan orang tua pada era modern berpendapat bahwa bersikap keras, mengekang, dan terlalu disiplin pada anak bukanlah strategi pola asuh yang benar. Mereka lebih mengedepankan kebebasan, self esteem, demokrasi, dan keterbukaan. Akan tetapi, tidak selamanya orang tua yang memiliki karakter pengasuhan ‘keras’ berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak.
Sebuah penelitian mengindikasikan orang tua yang tegas justru mencegah anak terjerumus ke dalam kebiasaan buruk saat beranjak remaja. Salah satu kebiasaan buruk yang dapat dicegah dengan pola pengasuhan yang ketat adalah merokok.
Baca juga: Bapak-bapak Ingat, Merokok Berisiko Membuat Anak Menjadi Hiperaktif
Para peneliti dari Georgetown University menganalisis pola pengasuhan yang tegas di dalam keluarga dari berbagai latar belakang etnis dan ras. Mereka menyurvei siswa sekolah menengah pertama dari berbagai latar belakang, dan menemukan fakta bahwa para remaja yang memiliki orangtua otoriter dan terstruktur cenderung merasa tidak tergoda untuk mencoba kebiasaan merokok.
“Banyak studi pada masa lalu yang menganalisis berbagai gaya pengasuhan, tetapi studi kami ini melihat secara spesifik bagaimana strategi pengasuhan dapat mencegah anak kecanduan rokok,” jelas anggota tim peneliti tersebut, Cassandra Stanton, dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 15 Januari 2017.
Dia mengatakan, tidak seperti studi lainnya yang hanya menggunakan sampel dari keluarga kelas menengah, studinya menggunakan responden dari berbagai latar belakang etnis di distrik kelas bawah sebuah kota.
“Penting bagi kami untuk melihat bagaimana cara orangtua mencegah anaknya memiliki kebiasaan merokok. Sebab, kebanyakan pecandu rokok berat mulai kebiasaan buruknya itu sejak usia 18 tahun,” imbuhnya.
Meskipun beberapa tahun belakangan jumlah remaja perokok menurun signifikan, sambungnya, satu dari tiga orang dewasa muda tetap mengaku pernah merokok setidaknya sekali dalam 30 hari terakhir.
Penelitian yang sudah ada mengindikasikan adanya kaitan antara kedisiplinan yang longgar dalam pola asuh dengan risiko kebiasaan merokok pada remaja. Untuk memperkuat dugaan tersebut, Cassandra dan timnya meneliti 459 siswa kelas VIII dari keluarga kelas bawah.
Mereka berusia rata-rata 13 tahun, di mana 29 persen di antaranya berasal dari etnis Hispanik, 34 persen Afrika Amerika, 17 persen kulit putih non-Hispanik, dan 20 persen dari berbagai etnis lainnya. Para siswa tersebut diteliti latar belakangnya; apakah mereka pernah merokok dan apakah orang tuanya perokok.
Penelitian juga mencakup bagaimana gaya pengasuhan orangtua mereka; apakah disiplin atau penuh kehangatan. Mereka juga diamati; apakah orang tuam mereka memberi hukuman atau hanya mengajak berdiskusi saat mengetahui anaknya merokok.
Penelitian berlangsung dalam kurun waktu empat tahun untuk me lihat apakah para siswa itu tum buh menjadi dewasa muda perokok. Hasilnya, murid-murid yang memiliki orangtua otoriter cenderung hidup di tengah peraturan yang ketat dan jadwal rutin yang teratur.
Baca juga: Terapi Pengganti Nikotin, Apakah Efektif Menghentikan Kebiasaan Merokok?
‘
Kebanyakan dari mereka memiliki orangtua tegas yang akan menghukum jika anaknya ketahuan merokok. Setelah menghukum, barulah para orangtua itu mendiskusikan mengapa anaknya memilih untuk merokok dan menasehati tentang bahaya merokok. Para murid yang memiliki tipikal orangtua seperti itu ternyata cenderung tidak terjerembab ke dalam kebiasaan merokok saat remaja.
Jadi, tidak selamanya orang tua yang tegas, otoriter, dan memberi hukuman jika anaknya berbuat salah adalah hal yang buruk. Bahkan, lanjutnya, untuk melindungi generasi muda dari candu rokok dibutuhkan pendekatan yang tegas dan pemahaman tentang konsekuensi dari kebiasaan merokok.
Peneliti Health Behaviors Research Branch dari National Cancer Institute, Heather Patrick, menambahkan struktur yang tegas serta otoritas dalam pola pengasuhan adalah strategi penting untuk membentengi anak dari bahaya rokok.
“Namun demikian, para orang tua tetap harus paham bahwa peraturan yang terlalu ketat dan suka memberi hukuman fisik yang berlebihan justru akan menimbulkan stres pada anak dan berujung pada renggangnya hubungan antara anak—orangtua,” klaimnya.
Baca juga: Mau Berhenti Merokok? Ikuti 9 Tips Ini
Untuk itu, ketegasan dalam pola asuh harus dibarengi dengan memberikan contoh yang baik dari orangtua. “Tunjukkan pada anak cara memecahkan masalah yang baik, bagaimana mengalihkan rasa ingin ngemil berlebihan, dan bagaimana menghadapi konflik agar terjalin koneksi dengan anak dan tidak terkesan hanya memerintah saja.
Editor: Dika Irawan
Sebuah penelitian mengindikasikan orang tua yang tegas justru mencegah anak terjerumus ke dalam kebiasaan buruk saat beranjak remaja. Salah satu kebiasaan buruk yang dapat dicegah dengan pola pengasuhan yang ketat adalah merokok.
Baca juga: Bapak-bapak Ingat, Merokok Berisiko Membuat Anak Menjadi Hiperaktif
Para peneliti dari Georgetown University menganalisis pola pengasuhan yang tegas di dalam keluarga dari berbagai latar belakang etnis dan ras. Mereka menyurvei siswa sekolah menengah pertama dari berbagai latar belakang, dan menemukan fakta bahwa para remaja yang memiliki orangtua otoriter dan terstruktur cenderung merasa tidak tergoda untuk mencoba kebiasaan merokok.
“Banyak studi pada masa lalu yang menganalisis berbagai gaya pengasuhan, tetapi studi kami ini melihat secara spesifik bagaimana strategi pengasuhan dapat mencegah anak kecanduan rokok,” jelas anggota tim peneliti tersebut, Cassandra Stanton, dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 15 Januari 2017.
Dia mengatakan, tidak seperti studi lainnya yang hanya menggunakan sampel dari keluarga kelas menengah, studinya menggunakan responden dari berbagai latar belakang etnis di distrik kelas bawah sebuah kota.
“Penting bagi kami untuk melihat bagaimana cara orangtua mencegah anaknya memiliki kebiasaan merokok. Sebab, kebanyakan pecandu rokok berat mulai kebiasaan buruknya itu sejak usia 18 tahun,” imbuhnya.
Meskipun beberapa tahun belakangan jumlah remaja perokok menurun signifikan, sambungnya, satu dari tiga orang dewasa muda tetap mengaku pernah merokok setidaknya sekali dalam 30 hari terakhir.
Penelitian yang sudah ada mengindikasikan adanya kaitan antara kedisiplinan yang longgar dalam pola asuh dengan risiko kebiasaan merokok pada remaja. Untuk memperkuat dugaan tersebut, Cassandra dan timnya meneliti 459 siswa kelas VIII dari keluarga kelas bawah.
Mereka berusia rata-rata 13 tahun, di mana 29 persen di antaranya berasal dari etnis Hispanik, 34 persen Afrika Amerika, 17 persen kulit putih non-Hispanik, dan 20 persen dari berbagai etnis lainnya. Para siswa tersebut diteliti latar belakangnya; apakah mereka pernah merokok dan apakah orang tuanya perokok.
Penelitian juga mencakup bagaimana gaya pengasuhan orangtua mereka; apakah disiplin atau penuh kehangatan. Mereka juga diamati; apakah orang tuam mereka memberi hukuman atau hanya mengajak berdiskusi saat mengetahui anaknya merokok.
Penelitian berlangsung dalam kurun waktu empat tahun untuk me lihat apakah para siswa itu tum buh menjadi dewasa muda perokok. Hasilnya, murid-murid yang memiliki orangtua otoriter cenderung hidup di tengah peraturan yang ketat dan jadwal rutin yang teratur.
Baca juga: Terapi Pengganti Nikotin, Apakah Efektif Menghentikan Kebiasaan Merokok?
‘
Kebanyakan dari mereka memiliki orangtua tegas yang akan menghukum jika anaknya ketahuan merokok. Setelah menghukum, barulah para orangtua itu mendiskusikan mengapa anaknya memilih untuk merokok dan menasehati tentang bahaya merokok. Para murid yang memiliki tipikal orangtua seperti itu ternyata cenderung tidak terjerembab ke dalam kebiasaan merokok saat remaja.
Peran aktif orang tua
“Penting bagi para orang tua untuk berperan aktif dalam melindungi anaknya dari risiko kecanduan tembakau. Menetapkan peraturan yang ketat dan memantau aktivitas anak adalah strategi penting dalam mencegah candu rokok pada anak,” kata Cassandra.Jadi, tidak selamanya orang tua yang tegas, otoriter, dan memberi hukuman jika anaknya berbuat salah adalah hal yang buruk. Bahkan, lanjutnya, untuk melindungi generasi muda dari candu rokok dibutuhkan pendekatan yang tegas dan pemahaman tentang konsekuensi dari kebiasaan merokok.
Peneliti Health Behaviors Research Branch dari National Cancer Institute, Heather Patrick, menambahkan struktur yang tegas serta otoritas dalam pola pengasuhan adalah strategi penting untuk membentengi anak dari bahaya rokok.
“Namun demikian, para orang tua tetap harus paham bahwa peraturan yang terlalu ketat dan suka memberi hukuman fisik yang berlebihan justru akan menimbulkan stres pada anak dan berujung pada renggangnya hubungan antara anak—orangtua,” klaimnya.
Baca juga: Mau Berhenti Merokok? Ikuti 9 Tips Ini
Untuk itu, ketegasan dalam pola asuh harus dibarengi dengan memberikan contoh yang baik dari orangtua. “Tunjukkan pada anak cara memecahkan masalah yang baik, bagaimana mengalihkan rasa ingin ngemil berlebihan, dan bagaimana menghadapi konflik agar terjalin koneksi dengan anak dan tidak terkesan hanya memerintah saja.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.