Mengupas Tantangan Fertilitas: Kombinasi Faktor Medis, Psikologis, dan Teknologi
05 December 2024 |
21:55 WIB
Perjuangan pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan tidak hanya bergantung pada aspek medis semata, akan tetapi juga melibatkan faktor secara psikologis dan juga dukungan emosional.
Studi terbaru dari firma konsultan Kearney dan pengalaman klinis di Klinik Bocah Indonesia menunjukkan bahwa pendekatan holistik yang mencakup teknologi IVF serta kesehatan mental dapat menjadi solusi bagi tantangan fertilitas di Indonesia dan Asia Tenggara.
Menurut laporan Kearney, tingkat fertilitas di Asia Tenggara menurun drastis dari 5,6 anak per perempuan pada tahun 1970 menjadi 2,2 pada 2020. Penurunan ini melampaui tren global dan mencerminkan perubahan gaya hidup, urbanisasi, serta pergeseran norma keluarga.
Baca juga: Tetap Bisa Hamil Meski Alami Infertilitas Kompleks, Intip Perjuangan Pasangan Ini
Sanath Balasubramanyam, Partner di Kearney, menjelaskan bahwa kesenjangan fertilitas antara perkotaan dan pedesaan di Indonesia mencerminkan perbedaan akses pendidikan dan pendapatan. "Di kota besar, tingkat fertilitas mirip dengan negara maju, sementara di pedesaan jauh lebih tinggi," ujarnya.
Teknologi IVF memang menawarkan harapan, tetapi keterjangkauan biaya dan persepsi budaya menjadi hambatan besar. Hanya ada sekitar 9.000 siklus IVF setiap tahun, atau 11 persem dari total siklus di enam negara utama Asia Tenggara. Klinik IVF kebanyakan terkonsentrasi di kota besar, membuat akses untuk masyarakat pedesaan terbatas. Selain itu, budaya dan agama juga memengaruhi adopsi teknologi ini.
Menurut Sanath untuk mengatasi persoalan fertilitas dibutuhkan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Tantangan fertilitas tidak hanya medis; dukungan psikologis dan sosial juga sangat diperlukan untuk keberhasilan program kehamilan.
Begitu pula dengan keberhasilan dari IVF pun tidak hanya bergantung pada teknologi. Edukasi kesehatan, nutrisi, dan gaya hidup sehat juga berperan besar.
Sementara itu, Dr. Pandji Saar, CEO Klinik Bocah Indonesia menyoroti bahwa kesuburan sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis pasangan. “Hubungan yang harmonis dan stabil secara emosional meningkatkan peluang kehamilan,” ujarnya saat acara Bocah Fertility Week 2024.
Selain itu, pendampingan profesional selama proses IVF juga sangat penting untuk mengatasi tekanan emosional, yang bisa memengaruhi hasil program. Sejak berdiri pada 2019, Bocah Indonesia telah melayani lebih dari 18.000 pasangan dengan pendekatan komprehensif, menggabungkan teknologi medis canggih dengan dukungan psikologis.
Keberhasilan program IVF di Bocah Indonesia bahkan melampaui standar internasional, dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan data dari HFEA (Inggris) dan VARTA (Australia).
Keberhasilan ini bukan semata-mata karena teknologi, tetapi juga perhatian terhadap faktor non-medis. "Kami melihat pasien sebagai satu kesatuan, bukan individu terpisah. Kesuburan adalah perjuangan bersama pasangan,” kata Dr. Pandji.
Rekomendasi untuk Masa Depan
Studi Kearney dan pengalaman dari Klinik Bocah Indonesia menunjukkan perlunya strategi nasional yang lebih inklusif;
1. Peningkatan Akses IVF: Memperluas klinik ke luar kota besar agar lebih banyak pasangan di daerah pedesaan bisa mendapatkan layanan.
2. Menurunkan Biaya: Kemitraan antara sektor publik dan swasta untuk membuat IVF lebih terjangkau.
3. Edukasi Fertilitas: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pilihan perawatan kesuburan dan pentingnya dukungan psikologis.
4. Pendampingan Psikologis: Menyediakan layanan konseling untuk membantu pasangan mengelola stres selama proses IVF.
Kesuburan adalah perjalanan yang membutuhkan pendekatan menyeluruh. Kombinasi teknologi IVF, dukungan emosional, dan kebijakan yang mendukung dapat memberikan harapan bagi banyak pasangan di Indonesia.
Seperti yang disampaikan Dr. Pandji, bahwa di balik setiap program kehamilan, selalu ada harapan yang besar. "Dengan kolaborasi dan pemahaman holistik, kita bisa menghadapi tantangan ini bersama," ucapnya
Baca juga: Mengenal Teknologi PGT-A, Efektif Tingkatkan Persentase Kehamilan
Editor: Puput Ady Sukarno
Studi terbaru dari firma konsultan Kearney dan pengalaman klinis di Klinik Bocah Indonesia menunjukkan bahwa pendekatan holistik yang mencakup teknologi IVF serta kesehatan mental dapat menjadi solusi bagi tantangan fertilitas di Indonesia dan Asia Tenggara.
Menurut laporan Kearney, tingkat fertilitas di Asia Tenggara menurun drastis dari 5,6 anak per perempuan pada tahun 1970 menjadi 2,2 pada 2020. Penurunan ini melampaui tren global dan mencerminkan perubahan gaya hidup, urbanisasi, serta pergeseran norma keluarga.
Baca juga: Tetap Bisa Hamil Meski Alami Infertilitas Kompleks, Intip Perjuangan Pasangan Ini
Sanath Balasubramanyam, Partner di Kearney, menjelaskan bahwa kesenjangan fertilitas antara perkotaan dan pedesaan di Indonesia mencerminkan perbedaan akses pendidikan dan pendapatan. "Di kota besar, tingkat fertilitas mirip dengan negara maju, sementara di pedesaan jauh lebih tinggi," ujarnya.
Teknologi IVF memang menawarkan harapan, tetapi keterjangkauan biaya dan persepsi budaya menjadi hambatan besar. Hanya ada sekitar 9.000 siklus IVF setiap tahun, atau 11 persem dari total siklus di enam negara utama Asia Tenggara. Klinik IVF kebanyakan terkonsentrasi di kota besar, membuat akses untuk masyarakat pedesaan terbatas. Selain itu, budaya dan agama juga memengaruhi adopsi teknologi ini.
Menurut Sanath untuk mengatasi persoalan fertilitas dibutuhkan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Tantangan fertilitas tidak hanya medis; dukungan psikologis dan sosial juga sangat diperlukan untuk keberhasilan program kehamilan.
Begitu pula dengan keberhasilan dari IVF pun tidak hanya bergantung pada teknologi. Edukasi kesehatan, nutrisi, dan gaya hidup sehat juga berperan besar.
Sementara itu, Dr. Pandji Saar, CEO Klinik Bocah Indonesia menyoroti bahwa kesuburan sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis pasangan. “Hubungan yang harmonis dan stabil secara emosional meningkatkan peluang kehamilan,” ujarnya saat acara Bocah Fertility Week 2024.
Selain itu, pendampingan profesional selama proses IVF juga sangat penting untuk mengatasi tekanan emosional, yang bisa memengaruhi hasil program. Sejak berdiri pada 2019, Bocah Indonesia telah melayani lebih dari 18.000 pasangan dengan pendekatan komprehensif, menggabungkan teknologi medis canggih dengan dukungan psikologis.
Keberhasilan program IVF di Bocah Indonesia bahkan melampaui standar internasional, dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan data dari HFEA (Inggris) dan VARTA (Australia).
Keberhasilan ini bukan semata-mata karena teknologi, tetapi juga perhatian terhadap faktor non-medis. "Kami melihat pasien sebagai satu kesatuan, bukan individu terpisah. Kesuburan adalah perjuangan bersama pasangan,” kata Dr. Pandji.
Rekomendasi untuk Masa Depan
Studi Kearney dan pengalaman dari Klinik Bocah Indonesia menunjukkan perlunya strategi nasional yang lebih inklusif;
1. Peningkatan Akses IVF: Memperluas klinik ke luar kota besar agar lebih banyak pasangan di daerah pedesaan bisa mendapatkan layanan.
2. Menurunkan Biaya: Kemitraan antara sektor publik dan swasta untuk membuat IVF lebih terjangkau.
3. Edukasi Fertilitas: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pilihan perawatan kesuburan dan pentingnya dukungan psikologis.
4. Pendampingan Psikologis: Menyediakan layanan konseling untuk membantu pasangan mengelola stres selama proses IVF.
Kesuburan adalah perjalanan yang membutuhkan pendekatan menyeluruh. Kombinasi teknologi IVF, dukungan emosional, dan kebijakan yang mendukung dapat memberikan harapan bagi banyak pasangan di Indonesia.
Seperti yang disampaikan Dr. Pandji, bahwa di balik setiap program kehamilan, selalu ada harapan yang besar. "Dengan kolaborasi dan pemahaman holistik, kita bisa menghadapi tantangan ini bersama," ucapnya
Baca juga: Mengenal Teknologi PGT-A, Efektif Tingkatkan Persentase Kehamilan
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.