Kenalan Yuk dengan Kain Tapis & Sulam Usus, 2 Wastra Cantik dari Lampung
11 July 2022 |
18:30 WIB
Motif dan jenis wastra atau kain bisa menjadi penanda dari daerah mana kain tersebut diolah atau berasal. Tak heran bila nama kain selalu diikuti dengan nama kota atau daerahnya. Sebut saja seperti batik pesisir Pekalongan, songket Palembang, tenun Toraja, dan masih banyak lainnya.
Sesuai dengan jumlah etnik di Indonesia, negeri ini memiliki beragam jenis wastra. Salah satu diantaranya adalah kain tapis dan sulam usus dari Lampung. Dua karya dari ujung selatan pulau Sumatra ini tak kalah unik dari karya-karya daerah lain.
Baca juga: Cover Me Not Pamerkan Pesona Kain Tradisional Lurik dalam Koleksi Terbaru
Tapis atau dikenal juga dengan nama cucuk adalah busana wanita berbentuk kain sarung. Kain ini terbuat dari hasil tenun benang kapas beragam motif seperti alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan perak. Wastra khas Lampung ini sangat lekat dengan bahan-bahan alami yang diolah sendiri oleh para perajin.
Pengolahannya menggunakan sistem ikat, dan membutuhkan banyak bahan baku yang keseluruhannya diolah dari alam. Sebut saja misalnya, benang sulam tapis terbuat dari kapas. Sarang lebah digunakan untuk merenggangkan benang. Sedang sekar serai wangi sebagai pengawet benangnya.
Soal warna pun, kain tapis Lampung juga menggunakan bahan alami. Untuk menjaga warna kain agar tidak luntur, pada awalnya menggunakan daun sirih. Untuk mewarnai kain juga memanfaatkan material alam, misalnya buah pinang muda, daun pacar, dan kulit kayu kejal digunakan sebagai pewarna merah. Kulit kayu salam dan kulit kayu rambutan sebagai pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kulit kayu durian untu pewarna cokelat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru, kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.
Kini, seiring berkembangnya jaman bahan baku kain tapis dari alam sudah jarang digunakan lagi. Namun, saat ini ada bahan-bahan lain yang mudah dijumpai di pasaran sebagai pengganti untuk dapat dipakai memproduksi kain tapis dalam jumlah yang lebih banyak.
Baca juga: Kolektor Torang Sitorus Meluncurkan Buku Tentang Kain Ulos
Kain tapis Lampung pada awalnya memiliki berbagai motif seperti binatang, matahari, bulan, dan bunga melati, kait dan kunci, pohon hayat, dan sebagainya. Berbagai motif yang terdapat pada kain tenun Lampung banyak mendapat pengaruh tradisi Neolithikum yang juga ditemukan di banyak daerah lain di Indonesia. Walau dari segi motif kini telah berubah karena dipengaruhi berbagai hal, namun pola serta kualitas yang dimiliki kain tapis tetap dipertahankan hingga sekarang.
Perajin kain tapis Lampung cukup banyak tersebar di sejumlah wilayah provinsi Lampung, khususnya yang beradat Pepadun. Kain tapis Lampung memiliki beraneka ragam jenis, tergantung fungsi dan daerah pengrajinnya. Misalnya, Tapis Lampung dari Pesisir, Pubian Telu Suku, Sungkai Way Kanan, Tulang Bawang Mego Pak, dan Abung Siwo Mego.
Selain dari daerah asalnya, kain tapis Lampung juga digunakan berdasarkan fungsinya, seperti,
1. Tapis Jung Sarat
Tapis yang biasa digunakan oleh kasta atas ini, memiliki full sulaman dan dipakai pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Selain itu kain tapis jenis ini, dapat juga dipakai oleh keluarga istri kerabat yang lebih tua ketika menghadiri upacara pemberian gelar, serta digunakan muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
2. Tapis Raja Tunggal
Dipakai oleh istri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pemberian pangeran atau sutan. Di daerah Abung Lampung Utara dipakai gadis-gadis yang menghadiri upacara adat.
3. Tapis Raja Medal
Dipakai oleh kelompok istri kerabat paling tua pada upacara mengawinkan anak, dan pengambilan gelar pangeran dan sutan.
Kain tapis memang sebaiknya dicuci dengan teknik tanpa air/kering (dry clean), namun bila ingin mencuci dengan memakai air, berikut beberapa cara mencuci dan merawat kain tapis Lampung yang dihimpun Hypeabis.id.
1. Jangan mencuci kain tapis dengan mesin cuci dan tidak menggunakan sabun atau deterjen. Agar tidak terkena keringat atau cairan lain, berikan kain pelapis dibalik kain. Sehingga kain tapis tidak langsung bersentuhan dengan badan.
2. Jika memiliki lebih dari satu kain tapis Lampung yang ingin dicuci, jangan melakukannya bersamaan dan harus satu persatu. Perlu diketahui bekas air cucian satu kain tidak boleh dipakai untuk mencuci kain lainnya. Selainnya itu jangan merendamnya terlalu lama cukup dicelup dan diangkat beberapa kali.
3. Jangan menjemur kain tapis di tempat yang terkena langsung sinar matahari.karena bisa mengakibatkan warna dan kilau kain pudar.
4. Untuk menyimpan kain tapis dan selendangnya, gulung kain dengan meletakkan bagian dalam berada di luar dengan menggunakan pipa kayu atau paralon. Masukkan ke dalam kotak dan tambahkan rempah-rempah yang mengusir ngengat.
5. Meski telah disimpan di dalam kota, jangan lupa kain perlu diangin-anginkan setiap beberapa bulan sekali.
Sesuai dengan jumlah etnik di Indonesia, negeri ini memiliki beragam jenis wastra. Salah satu diantaranya adalah kain tapis dan sulam usus dari Lampung. Dua karya dari ujung selatan pulau Sumatra ini tak kalah unik dari karya-karya daerah lain.
Baca juga: Cover Me Not Pamerkan Pesona Kain Tradisional Lurik dalam Koleksi Terbaru
Kain Tapis
Wastra cantik ini dikenal dengan nama kain sulam Tapis Lampung. Selain kekayaan berupa sulaman buatan tangan dari benang emas, kain ini juga memiliki ragam hias dan motif yang sangat menarik dan berkarakter.Tapis atau dikenal juga dengan nama cucuk adalah busana wanita berbentuk kain sarung. Kain ini terbuat dari hasil tenun benang kapas beragam motif seperti alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan perak. Wastra khas Lampung ini sangat lekat dengan bahan-bahan alami yang diolah sendiri oleh para perajin.
Pengolahannya menggunakan sistem ikat, dan membutuhkan banyak bahan baku yang keseluruhannya diolah dari alam. Sebut saja misalnya, benang sulam tapis terbuat dari kapas. Sarang lebah digunakan untuk merenggangkan benang. Sedang sekar serai wangi sebagai pengawet benangnya.
Soal warna pun, kain tapis Lampung juga menggunakan bahan alami. Untuk menjaga warna kain agar tidak luntur, pada awalnya menggunakan daun sirih. Untuk mewarnai kain juga memanfaatkan material alam, misalnya buah pinang muda, daun pacar, dan kulit kayu kejal digunakan sebagai pewarna merah. Kulit kayu salam dan kulit kayu rambutan sebagai pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kulit kayu durian untu pewarna cokelat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru, kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.
Kini, seiring berkembangnya jaman bahan baku kain tapis dari alam sudah jarang digunakan lagi. Namun, saat ini ada bahan-bahan lain yang mudah dijumpai di pasaran sebagai pengganti untuk dapat dipakai memproduksi kain tapis dalam jumlah yang lebih banyak.
Baca juga: Kolektor Torang Sitorus Meluncurkan Buku Tentang Kain Ulos
Ragam Motif
Kain tapis Lampung pada awalnya memiliki berbagai motif seperti binatang, matahari, bulan, dan bunga melati, kait dan kunci, pohon hayat, dan sebagainya. Berbagai motif yang terdapat pada kain tenun Lampung banyak mendapat pengaruh tradisi Neolithikum yang juga ditemukan di banyak daerah lain di Indonesia. Walau dari segi motif kini telah berubah karena dipengaruhi berbagai hal, namun pola serta kualitas yang dimiliki kain tapis tetap dipertahankan hingga sekarang.Perajin kain tapis Lampung cukup banyak tersebar di sejumlah wilayah provinsi Lampung, khususnya yang beradat Pepadun. Kain tapis Lampung memiliki beraneka ragam jenis, tergantung fungsi dan daerah pengrajinnya. Misalnya, Tapis Lampung dari Pesisir, Pubian Telu Suku, Sungkai Way Kanan, Tulang Bawang Mego Pak, dan Abung Siwo Mego.
Selain dari daerah asalnya, kain tapis Lampung juga digunakan berdasarkan fungsinya, seperti,
1. Tapis Jung Sarat
Tapis yang biasa digunakan oleh kasta atas ini, memiliki full sulaman dan dipakai pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Selain itu kain tapis jenis ini, dapat juga dipakai oleh keluarga istri kerabat yang lebih tua ketika menghadiri upacara pemberian gelar, serta digunakan muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
2. Tapis Raja Tunggal
Dipakai oleh istri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pemberian pangeran atau sutan. Di daerah Abung Lampung Utara dipakai gadis-gadis yang menghadiri upacara adat.
3. Tapis Raja Medal
Dipakai oleh kelompok istri kerabat paling tua pada upacara mengawinkan anak, dan pengambilan gelar pangeran dan sutan.
Cara Mencuci Tapis Lampung
Kain tapis memang sebaiknya dicuci dengan teknik tanpa air/kering (dry clean), namun bila ingin mencuci dengan memakai air, berikut beberapa cara mencuci dan merawat kain tapis Lampung yang dihimpun Hypeabis.id.1. Jangan mencuci kain tapis dengan mesin cuci dan tidak menggunakan sabun atau deterjen. Agar tidak terkena keringat atau cairan lain, berikan kain pelapis dibalik kain. Sehingga kain tapis tidak langsung bersentuhan dengan badan.
2. Jika memiliki lebih dari satu kain tapis Lampung yang ingin dicuci, jangan melakukannya bersamaan dan harus satu persatu. Perlu diketahui bekas air cucian satu kain tidak boleh dipakai untuk mencuci kain lainnya. Selainnya itu jangan merendamnya terlalu lama cukup dicelup dan diangkat beberapa kali.
3. Jangan menjemur kain tapis di tempat yang terkena langsung sinar matahari.karena bisa mengakibatkan warna dan kilau kain pudar.
4. Untuk menyimpan kain tapis dan selendangnya, gulung kain dengan meletakkan bagian dalam berada di luar dengan menggunakan pipa kayu atau paralon. Masukkan ke dalam kotak dan tambahkan rempah-rempah yang mengusir ngengat.
5. Meski telah disimpan di dalam kota, jangan lupa kain perlu diangin-anginkan setiap beberapa bulan sekali.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.