Fesyen Wastra Punya Peluang Besar di Pasar Global
01 November 2022 |
21:50 WIB
Sebagai negeri dengan keanekaragaman budaya dan etnis, Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk membangun industri fesyen di mata dunia. Dengan membawa inspirasi dan warisan lokal yang diterjemahkan ke dalam gaya modern, bukan tidak mungkin mode dalam negeri bisa menjadi tren global.
Atas dasar spirit itulah, Indonesian Fashion Chamber (IFC) belum lama ini menggelar ajang Front Row Paris 2022 di Paris, Prancis. Rangkaian kegiatan The Fashion Journey ini merupakan komitmen IFC untuk memperkuat pemasaran produk fesyen Indonesia di pasar Eropa.
Deretan kegiatan Front Row Paris yang meliputi kegiatan sesi foto, trunk show, fashion show, business matching, dan pop up store ini berhasil membuka jalan secara bertahap bagi desainer, dan jenama fesyen Indonesia untuk memperkenalkan dan memasarkan produk unggulannya di skala global yang dimulai dari pasar Eropa.
Baca juga: Desainer Hartono Gan Suguhkan Tampilan 'Harry Styles' di Panggung Jakarta Fashion Week 2022
Ajang ini membuka peluang kerjasama bisnis yang berkelanjutan antara desainer Indonesia dengan buyer dari negara-negara Benua Biru.
National Chairman IFC Ali Charisma mengatakan fesyen yang mengangkat kekuatan lokal seperti wastra namun diterjemahkan menjadi busana yang kontemporer sesuai dengan tren global dapat menjadi identitas dan keunikan tersendiri mode Indonesia di mata dunia.
"Memang harus kental dengan etnik koleksinya. Akhirnya itu menjadi identitas, dan orang-orang di sana [Paris] ingat dengan koleksi kita. Jadi tidak berusaha seperti negara-negara lain," katanya.
Menurutnya, untuk bisa diterima pasar global, koleksi fesyen lokal yang dibuat oleh para desainer harus dapat menyesuaikan dengan budaya pakaian mereka, mulai dari kebutuhan berpakaian sesuai musim hingga gaya berbusana yang sedang menjadi tren di negara-negara lain.
Ali mengatakan produk-produk fesyen lokal sebenarnya memiliki peluang yang besar untuk dapat diterima oleh pasar global. Hal tersebut, lanjutnya, tergantung dari bagaimana para produsen atau desainer memperkenalkan produk fesyen itu sendiri ke pasar global.
Saat ini, industri fesyen masih cenderung didominasi dengan tren fast fashion yakni desain pakaian yang diproduksi cepat untuk memanfaatkan tren. Ali menilai dengan kondisi itu, Indonesia justru bisa menawarkan produk slow fashion dengan memproduksi koleksi busana secara manual (handmade).
Sebab, menurutnya, pasar dunia tak hanya akan berkutat pada tren fast fashion, melainkan juga akan melirik berbagai mode fesyen yang lain. "Karena fesyen itu perubahan gaya hidup yang tidak statis. Jadi saya kira strategi kita tepat, sekarang adalah waktunya menunjukkan bahwa kain Indonesia itu berpotensi sekali," ujarnya.
Baca juga: 7 Brand Indonesia yang Menerapkan Sustainable Fashion, Yuk Pakai Produk Ramah Lingkungan!
Kendati begitu, Ali juga tak menampik bahwa salah satu kendala untuk mempromosikan produk fesyen lokal ke pasar global yakni dari sisi kesiapan produksi. Sebab, tak hanya membuat rancangan busana yang apik, penting juga untuk merancang teknis produksi yang mumpuni.
Editor: Fajar Sidik
Atas dasar spirit itulah, Indonesian Fashion Chamber (IFC) belum lama ini menggelar ajang Front Row Paris 2022 di Paris, Prancis. Rangkaian kegiatan The Fashion Journey ini merupakan komitmen IFC untuk memperkuat pemasaran produk fesyen Indonesia di pasar Eropa.
Deretan kegiatan Front Row Paris yang meliputi kegiatan sesi foto, trunk show, fashion show, business matching, dan pop up store ini berhasil membuka jalan secara bertahap bagi desainer, dan jenama fesyen Indonesia untuk memperkenalkan dan memasarkan produk unggulannya di skala global yang dimulai dari pasar Eropa.
Baca juga: Desainer Hartono Gan Suguhkan Tampilan 'Harry Styles' di Panggung Jakarta Fashion Week 2022
Ajang ini membuka peluang kerjasama bisnis yang berkelanjutan antara desainer Indonesia dengan buyer dari negara-negara Benua Biru.
National Chairman IFC Ali Charisma mengatakan fesyen yang mengangkat kekuatan lokal seperti wastra namun diterjemahkan menjadi busana yang kontemporer sesuai dengan tren global dapat menjadi identitas dan keunikan tersendiri mode Indonesia di mata dunia.
"Memang harus kental dengan etnik koleksinya. Akhirnya itu menjadi identitas, dan orang-orang di sana [Paris] ingat dengan koleksi kita. Jadi tidak berusaha seperti negara-negara lain," katanya.
Beberapa koleksi desainer lokal yang ditampilkan di ajang Front Row Paris 2022 (Sumber gambar: IFC)
Menurutnya, untuk bisa diterima pasar global, koleksi fesyen lokal yang dibuat oleh para desainer harus dapat menyesuaikan dengan budaya pakaian mereka, mulai dari kebutuhan berpakaian sesuai musim hingga gaya berbusana yang sedang menjadi tren di negara-negara lain.
"Kita tidak bisa memaksakan gaya pakaian Indonesia dipakai oleh mereka. Kita mengikuti tren mereka tapi dengan bahan dan teknik yang kita punya. Itu penting sekali."
Ali mengatakan produk-produk fesyen lokal sebenarnya memiliki peluang yang besar untuk dapat diterima oleh pasar global. Hal tersebut, lanjutnya, tergantung dari bagaimana para produsen atau desainer memperkenalkan produk fesyen itu sendiri ke pasar global.
Saat ini, industri fesyen masih cenderung didominasi dengan tren fast fashion yakni desain pakaian yang diproduksi cepat untuk memanfaatkan tren. Ali menilai dengan kondisi itu, Indonesia justru bisa menawarkan produk slow fashion dengan memproduksi koleksi busana secara manual (handmade).
Sebab, menurutnya, pasar dunia tak hanya akan berkutat pada tren fast fashion, melainkan juga akan melirik berbagai mode fesyen yang lain. "Karena fesyen itu perubahan gaya hidup yang tidak statis. Jadi saya kira strategi kita tepat, sekarang adalah waktunya menunjukkan bahwa kain Indonesia itu berpotensi sekali," ujarnya.
Baca juga: 7 Brand Indonesia yang Menerapkan Sustainable Fashion, Yuk Pakai Produk Ramah Lingkungan!
Kendati begitu, Ali juga tak menampik bahwa salah satu kendala untuk mempromosikan produk fesyen lokal ke pasar global yakni dari sisi kesiapan produksi. Sebab, tak hanya membuat rancangan busana yang apik, penting juga untuk merancang teknis produksi yang mumpuni.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.