Menengok Peluang Besar Metaverse untuk Pengembangan Bisnis
12 June 2022 |
11:19 WIB
Seiring dengan pesatnya laju transformasi digital, dunia kembali diterpa badai informasi seputar metaverse. Banyak pihak yang meyakini bahwa teknologi itu sekali lagi akan mengubah tatanan kehidupan masyarakat dalam banyak sektor, tidak terkecuali bidang bisnis.
Laporan terbaru dari perusahaan solusi teknologi Accenture bertajuk Meet Me in the Metaverse: The Continuum of Technology and Experience Reshaping Business, menyatakan bahwa 97 persen eksekutif perusahaan di Indonesia percaya kemajuan teknologi menjadi faktor paling dapat diandalkan untuk menentukan strategi jangka panjang.
Lebih menarik lagi, laporan menyatakan 55 persen eskekutif juga menyebut bahwa metaverse akan memberikan dampak positif bagi organisasi/perusahaan, dengan 25 persen di antaranya yakin teknologi tersebut akan menjadi terobosan yang transformasional.
Baca juga: Begini Tren Investasi pada Kalangan Milenial Tahun Ini, Metaverse Bakal Digandrungi!
Managing Director Accenture di Indonesia, Prie Prihadiyanto, mengatakan bahwa gelombang baru transformasi digital yang tengah berlangsung saat ini akan mengubah banyak cara masyarakat hidup, memandang realitas dan dunia virtual.
“Kami melihat metaverse bukan hanya sekadar teknologi biasa, tapi teknologi campuran antara internet of place dan internet of ownership yang akan mengkoneksikan realitas fisik dan virtual,” katanya.
Baca Juga : Ini Hal-Hal yang Akan Berubah Saat Era Metaverse Tiba
Laporan Accenture Technology Vision 2022 itu mengidentifikasi empat tren utama yang perlu menjadi perhatian organisasi dan perusahaan sejak awal. Hal ini perlu dilakukan agar mereka bisa ikut serta dalam perubahan sedari dini, tidak hanya menjadi pengikut ketika teknologinya sudah makin masif di adopsi.
Keempat tren itu adalah pertama WebMe, yang mengeksplorasi bagaimana internet tengah di tata ulang, dengan munculnya metaverse sebagai evolusi alami. Alih-alih menjadi kumpulan situs dan aplikasi yang berbeda, teknologi ini mengarah pada lingkungan tiga dimensi yang memungkinkan orang ‘berpindah’ dari satu ruangan ke ruangan yang lain.
Kedua adalah Programmable World, yakni bagaimana teknologi semakin masuk ke lingkungan fisik manusia saat ini dengan cara yang kian canggih. Perkembangan pesat teknologi basis seperti 5G, ambient computing, augmented reality, hingga smart material akan meleburkan dunia digital ke dunia nyata.
Tren ketiga ialah apa yang disebut sebagai The Unreal. Tidak hanya dunia fisik dan virtual yang semakin kabur, tapi mesin yang semakin canggih dan mirip manusia. Artificial intelligence (AI) akan menjadi top of mind pemanfaatan operasional bisnis dalam banyak hal, termasuk kekhawatiran akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan.
Keempat atau tren terakhir bernama Computing the Impossible, dengan munculnya mesin-mesin baru yang mendorong perusahaan untuk memperluas cakupan jenis pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh komputer tradisional. Misalnya quantum computing hingga biology-inspired computing yang akan membuka peluang baru dan menembus batas komputasi saat ini.
Baca Juga : 25 Persen Orang akan Menghabiskan 1 Jam per Hari di Metaverse
Prie mengatakan bahwa hal ini tampaknya masih sangat samar. Akan tetapi, lanjutnya, metaverse diyakini oleh para peneliti merupakan evolusi dari internet sehingga memunculkan topik ini sedari dini sangat penting.
Selain itu, beberapa perusahaan sudah memulai jalur eksplorasinya terkait hal ini. Sebut saja kantor berita China Xinhua yang telah meluncurkan ruang berita virtual dengan pembawa berita berbasis AI. Dengan memanfaatkan teknologi itu, mereka dapat menyampaikan berita terkini kepada audiens selama 24 jam.
Ada juga Vail Ski Resort yang membangun digital twin dengan detail seperti waktu nyata hujan salju, data cuaca, hingga kondisi geografis gunung untuk melakukan pemantauan dan pengoptimalan operasional bisnis mereka.
Editor: Gita Carla
Laporan terbaru dari perusahaan solusi teknologi Accenture bertajuk Meet Me in the Metaverse: The Continuum of Technology and Experience Reshaping Business, menyatakan bahwa 97 persen eksekutif perusahaan di Indonesia percaya kemajuan teknologi menjadi faktor paling dapat diandalkan untuk menentukan strategi jangka panjang.
Lebih menarik lagi, laporan menyatakan 55 persen eskekutif juga menyebut bahwa metaverse akan memberikan dampak positif bagi organisasi/perusahaan, dengan 25 persen di antaranya yakin teknologi tersebut akan menjadi terobosan yang transformasional.
Baca juga: Begini Tren Investasi pada Kalangan Milenial Tahun Ini, Metaverse Bakal Digandrungi!
Managing Director Accenture di Indonesia, Prie Prihadiyanto, mengatakan bahwa gelombang baru transformasi digital yang tengah berlangsung saat ini akan mengubah banyak cara masyarakat hidup, memandang realitas dan dunia virtual.
“Kami melihat metaverse bukan hanya sekadar teknologi biasa, tapi teknologi campuran antara internet of place dan internet of ownership yang akan mengkoneksikan realitas fisik dan virtual,” katanya.
Baca Juga : Ini Hal-Hal yang Akan Berubah Saat Era Metaverse Tiba
Laporan Accenture Technology Vision 2022 itu mengidentifikasi empat tren utama yang perlu menjadi perhatian organisasi dan perusahaan sejak awal. Hal ini perlu dilakukan agar mereka bisa ikut serta dalam perubahan sedari dini, tidak hanya menjadi pengikut ketika teknologinya sudah makin masif di adopsi.
Keempat tren itu adalah pertama WebMe, yang mengeksplorasi bagaimana internet tengah di tata ulang, dengan munculnya metaverse sebagai evolusi alami. Alih-alih menjadi kumpulan situs dan aplikasi yang berbeda, teknologi ini mengarah pada lingkungan tiga dimensi yang memungkinkan orang ‘berpindah’ dari satu ruangan ke ruangan yang lain.
Kedua adalah Programmable World, yakni bagaimana teknologi semakin masuk ke lingkungan fisik manusia saat ini dengan cara yang kian canggih. Perkembangan pesat teknologi basis seperti 5G, ambient computing, augmented reality, hingga smart material akan meleburkan dunia digital ke dunia nyata.
Tren ketiga ialah apa yang disebut sebagai The Unreal. Tidak hanya dunia fisik dan virtual yang semakin kabur, tapi mesin yang semakin canggih dan mirip manusia. Artificial intelligence (AI) akan menjadi top of mind pemanfaatan operasional bisnis dalam banyak hal, termasuk kekhawatiran akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan.
Keempat atau tren terakhir bernama Computing the Impossible, dengan munculnya mesin-mesin baru yang mendorong perusahaan untuk memperluas cakupan jenis pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh komputer tradisional. Misalnya quantum computing hingga biology-inspired computing yang akan membuka peluang baru dan menembus batas komputasi saat ini.
Baca Juga : 25 Persen Orang akan Menghabiskan 1 Jam per Hari di Metaverse
Prie mengatakan bahwa hal ini tampaknya masih sangat samar. Akan tetapi, lanjutnya, metaverse diyakini oleh para peneliti merupakan evolusi dari internet sehingga memunculkan topik ini sedari dini sangat penting.
Selain itu, beberapa perusahaan sudah memulai jalur eksplorasinya terkait hal ini. Sebut saja kantor berita China Xinhua yang telah meluncurkan ruang berita virtual dengan pembawa berita berbasis AI. Dengan memanfaatkan teknologi itu, mereka dapat menyampaikan berita terkini kepada audiens selama 24 jam.
Ada juga Vail Ski Resort yang membangun digital twin dengan detail seperti waktu nyata hujan salju, data cuaca, hingga kondisi geografis gunung untuk melakukan pemantauan dan pengoptimalan operasional bisnis mereka.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.