Ilustrasi pebisnis pemula (Sumber gambar: Unsplash/Clay Banks)

Kalian Lagi Merintis Usaha? Perencana Keuangan Ingatkan Pentingnya Memisahkan Uang Pribadi dan Bisnis

25 May 2022   |   15:00 WIB

Salah satu hal krusial dalam menjalankan bisnis adalah pengelolaan keuangan. Terlebih ketika bisnis tersebut masih baru, bercampurnya uang pribadi dan perusahaan sangat mungkin terjadi. Pemisahan keuangan bisnis dan pribadi pun menjadi perlu untuk melindungi bisnis dari kehancuran. 

Dengan pemisahan tersebut dapat membantu kalian untuk melihat nilai kekayaan bisnis yang telah ditekuni. Bahkan, laporan keuangannya pun menjadi efisien dan efektif karena bisa meminimalisir salah sasaran dan salah kelola dalam penyusunan laporan laba rugi. 

Umpamanya dengan membagi laba dalam tiga bagian. Bagian pertama untuk memperkuat modal, kedua untuk dana darurat jika ada pengeluaran mendadak dan ketiga untuk disimpan atau bisa diambil.

Baca juga: Simak 5 Cara Membangun Brand Community agar Bisnis Kalian Kian Dikenal
 

Pengaturan secara berbeda

Dalam Bisnis Indonesia Weekly edisi April 2018, perencana keuangan  ZAPFinance Prita Hapsari Ghozie mengatakan,  perlu pengaturan secara berbeda. Pengelolaan keuangan bisnis digunakan untuk menjalankan usaha , di mana keuntungan usaha akan  menjadi sumber pemasukan bagi keuangan pribadi.  Sedangkan keuangan pribadi ditujukan untuk membiayai hidup rutin untuk mencapai tujuan di masa depan.
 

Tujuan pemisahan keuangan

Pemisahaan pengelolaan keuangan bisnis dan pribadi bisa membantu untuk memonitor kemana uang akan mengalir atau mengetahui pola transaksi pengeluaran dan pemasukan yang akhirnya dapat mempermudah pengambilan keputusan bisnis. 

Selanjutnya dalam periode waktu tertentu dipindahkan ke buku kas besar. Dari situ bakal ketahuan berapa besar pembelian dan penjualan. Selisihnya adalah laba kotor.  

 “Untuk bisnis yang masih berskala kecil, gunakan rekening tabungan bisnis meskipun atas nama pribadi, pisahkan rekening untuk kebutuhan operasional. Pencatatan keuangan untuk bisnis juga sebaiknya dipisahkan dengan pengeluaran untuk keuangan pribadi,” kata Prita.

Baca juga: Tertarik Investasi Waralaba? Simak dulu Penjelasan Ini biar Cuan Besar
 

Risiko besar bila tidak dipisah

Mencampurkan keuangan bisnis dan pribadi bisa berisiko fatal terhadap aset-aset yang dimiliki. Perlu diketahui, berbisnis selalu dibayang-bayangi risiko merugi. Oleh karena itu, bila tidak ada pemisahan mana aset bisnis dan aset pribadi akan sulit untuk menghitung dengan pasti apakah bisnis membawa laba atau rugi. Terlebih lagi, hal tersebut akan merepotkan apabila bisnis semakin besar dan kemudian ada investor atau penambahan pemilik bisnis. 

“Itu nanti juga untuk urusan perpajakan, maka harus dipahami bentuk dari bisnisnya. Apabila bisnis tidak berbentuk PT, maka semua peredaran usaha memang harus dimasukkan ke dalam pelaporan pajak pribadi. Sedangkan, jika berbentuk PT maka pelaporannya terpisah dengan perpajakan pribadi,” jelasnya.
 

Disiplin dan ingat dana cadangan

Selain mengetahui betapa pentingnya pemisahan keuangan bisnis dan pribadi. Langkah selanjutnya adalah disiplin. Misalnya harus mematuhi porsi yang telah diatur atau ditetapkan sebelumnya. “Hasil dari keuntungan bisnis biasanya diambil sebesar 50%-70% untuk keuangan pribadi. Sedangkan, 30% digunakan kembali kedalam perputaran bisnis lagi,” katanya.

Adapun apabila terdapat kebutuhan mendesak, dana darurat untuk keuangan pribadi harus terpisah dengan dana cadangan untuk keuangan bisnis,  dalam hal bisnis yang sudah memiliki fixed overhead seperti sewa lokasi usaha, gaji karyawan. 

“ Maka harus punya dana cadangan terpisah. Sebagai dana berjaga-jaga apabila pemasukan bisnis sedang turun atau pun pembayaran tidak dalam bentuk kas tunai,” katanya.

Baca juga: Mau Usaha Kedai Kopi? Jangan Lupa Perhatikan 4 Hal ini
 

Saran untuk pengusaha pemula

Perencana keuangan Aidil Akbar menambahkan tidak dipisahkan keuangan pribadi dan bisnis adalah kesalahan nomor satu yang dilakukan oleh pengusaha pemula. Menurutnya banyak dari mereka yang menganggap keuangan bisnis termasuk dalam keuangan pribadi. Bahkan, banyak yang tidak mengetahui modal awal mereka berapa untuk berbisnis.

“Rata-rata orang yang baru mulai berbisnis itu tidak bisa menghitung modal usahanya berapa, apalagi kalau ikut makan di situ misalnya bisnis catering, kalau seperti itu nggak bakal bisa menghitung berapa modal awal, harga jual berapa, keuntungannya bersihnya berapa, dan biaya lain-lain berapa. Kalau sudah menghitung , dari keuntungan tersebut berapa persen yang bisa ditarik bisa 50% atau 30%,” paparnya.

Apabila seorang pengusaha tidak mengerti modal awal yang dia gunakan, lanjutnya harga jual pun hanya menebak-nebak saja, sehingga hasilnya keuntungannya pun yang terjadi akan biasa-biasa saja. Akibat fatalnya, perusahaan baru berjalan tiga bulan langsung tutup gara-gara tidak bisa menghitung modal awal, dan bahkan hasil dipakai untuk urusan pribadi  dan tidak ada modal yang harus diputar untuk berbisnis lagi.

Dia mengatakan banyak pengusaha muda yang belum mengerti, misalnya dari online shopping, ataupun buka toko, sebagian besar dari mereka tidak paham keuangan. “Mereka terlalu fokus dengan marketing, dapat sale tapi keuangan berantakan, padahal menghitung keuangan sama pentingnya,” jelasnya.

Baca juga: Punya Puluhan Ribu Konsumen, Mie Gacoan Fokus Ekspansi di Pulau Jawa

Sebagai salah satu ilustrasi katakanlah anda memiliki modal Rp10.000 untuk membuat es untuk dijual seharga Rp15.000. Perolehan Rp15.000 itu akan masuk kantong pribadi , dia lupa bahwa dari Rp15.000 itu keuntungannya hanya Rp5.000 per harga jual. Padahal dari keuntungan tersebut tidak seluruhnya dapat diambil semua, karena memiliki kewajiban untuk membayar macam-macam. Misalnya listrik,biaya transportasi, dan juga gaji pegawai.

Saksikan juga:

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Choi Woo-shik & Son Suk-ku Akan Bermain Drama Korea Adaptasi Webtoon Thriller

BERIKUTNYA

Berbagai Masalah Utama yang dihadapi Pasangan Muda Indonesia, dari Fulus hingga Jealous

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: