Cara Agar Bisnis Keluarga Bertahan Lama
13 July 2022 |
15:20 WIB
Membangun bisnis keluarga yang berkelanjutan dan bertahan hingga beberapa generasi tentu menjadi impian banyak orang. Namun, impian ini bukan pula perkara mudah. Tidak sedikit bisnis keluarga yang sebenarnya potensial, tetapi harus terhenti di tengah jalan.
Konflik antar anggota keluarga biasanya menjadi salah satu faktor penyebabnya. Lantas bagaimana agar bisnis keluarga bisa melaju berkesinambungan?
Mengutip Bisnis Indonesia Weekend edisi 18 Desember 2016, Michael Goenawan, Entrepreneurial and Private Clients Leader Pricewater Cooper Indonesia mengatakan, bisnis keluarga memiliki perbedaan utama dengan model bisnis lainnya.
Baca juga: Ingin Memulai Bisnis Online? Pahami Dulu Kelebihan dan Kekurangannya
Jika bisnis pada umumnya menitikberatkan pada aspek laba, bisnis keluarga fokus menjaga keberlanjutan dan stabilitas. Oleh karena itu, perkembangan bisnis keluarga biasanya relatif stabil dari masa ke masa.
“Salah satu poin pentingnya adalah membedakan antara pemimpin di keluarga dan pemimpin bisnis,” ujarnya.
Michael menuturkan, sebagian besar bisnis keluarga berbentuk wirausaha, streamline, serta memiliki proses pengambilan keputusan yang lebih cepat. Bisnis keluarga juga harus memiliki mekanisme yang jelas untuk menangani konflik keluarga, demi meminimalisir risiko mengenai hal tersebut. Persoalan suksesi juga menjadi perhatian bagi bisnis keluarga.
Pasalnya, survei Pricewater Cooper menunjukkan hanya 12 persen bisnis keluarga di Indonesia yang bisa mencapai generasi ke-3. Padahal, prinsip keberlanjutan inilah yang menjadi idaman semua pelaku usaha.
Ng Siew Quan, Entrepreneurial Private Clients Asia Pasific Leader PwC Singapura, mengatakan suksesi bisnis merupakan salah satu faktor yang sulit dilakukan. Suksesi bukan hanya sekadar mewariskan bisnis, tetapi juga mewariskan leadership, manajemen, dan pengetahuan mengelola perusahaan.
Jika gagal melakukannya, masalah besar akan menanti bisnis keluarga tersebut. Quan juga menyarankan agar bisnis keluarga memiliki semacam dewan keluarga untuk menentukan langkah bisnis ke depan.
Melibatkan anggota keluarga dalam strategi bisnis juga penting untuk meredam potensi konflik yang akan timbul.
Sebanyak 88 persen bisnis keluarga menargetkan pertumbuhan, sedangkan 44 persen memperkirakan pertumbuhan yang pesat dan agresif.
Baca juga: 7 Keterampilan di Bidang Bisnis yang Penting untuk Dimiliki
Survei juga menunjukkan banyak bisnis keluarga Indonesia yang akan terus mengandalkan modal mereka sendiri. Namun, hal ini tidak bisa tidak bisa terus dilakukan. Michael menuturkan agar bisa tumbuh lebih dari 10 persen per tahun, bisnis keluarga harus mulai menjajaki pembiayaan eksternal.
Editor: Dika Irawan
Konflik antar anggota keluarga biasanya menjadi salah satu faktor penyebabnya. Lantas bagaimana agar bisnis keluarga bisa melaju berkesinambungan?
Mengutip Bisnis Indonesia Weekend edisi 18 Desember 2016, Michael Goenawan, Entrepreneurial and Private Clients Leader Pricewater Cooper Indonesia mengatakan, bisnis keluarga memiliki perbedaan utama dengan model bisnis lainnya.
Baca juga: Ingin Memulai Bisnis Online? Pahami Dulu Kelebihan dan Kekurangannya
Jika bisnis pada umumnya menitikberatkan pada aspek laba, bisnis keluarga fokus menjaga keberlanjutan dan stabilitas. Oleh karena itu, perkembangan bisnis keluarga biasanya relatif stabil dari masa ke masa.
Tantangan bisnis keluarga
Tantangan ini sebenarnya serupa dengan jenis korporasi lainnya. Mulai dari kondisi ekonomi, inovasi, hingga adaptasi terhadap perkembangan digital. Namun, satu aspek yang sangat penting adalah soal profesionalitas anggota keluarga yang ikut mengurus jalannya bisnis.“Salah satu poin pentingnya adalah membedakan antara pemimpin di keluarga dan pemimpin bisnis,” ujarnya.
Michael menuturkan, sebagian besar bisnis keluarga berbentuk wirausaha, streamline, serta memiliki proses pengambilan keputusan yang lebih cepat. Bisnis keluarga juga harus memiliki mekanisme yang jelas untuk menangani konflik keluarga, demi meminimalisir risiko mengenai hal tersebut. Persoalan suksesi juga menjadi perhatian bagi bisnis keluarga.
Pasalnya, survei Pricewater Cooper menunjukkan hanya 12 persen bisnis keluarga di Indonesia yang bisa mencapai generasi ke-3. Padahal, prinsip keberlanjutan inilah yang menjadi idaman semua pelaku usaha.
Ng Siew Quan, Entrepreneurial Private Clients Asia Pasific Leader PwC Singapura, mengatakan suksesi bisnis merupakan salah satu faktor yang sulit dilakukan. Suksesi bukan hanya sekadar mewariskan bisnis, tetapi juga mewariskan leadership, manajemen, dan pengetahuan mengelola perusahaan.
Jika gagal melakukannya, masalah besar akan menanti bisnis keluarga tersebut. Quan juga menyarankan agar bisnis keluarga memiliki semacam dewan keluarga untuk menentukan langkah bisnis ke depan.
Melibatkan anggota keluarga dalam strategi bisnis juga penting untuk meredam potensi konflik yang akan timbul.
Tetap bertumbuh
Survei bertajuk The Missing Middle: Brigding the Strategy Gap in Family Firms yang dilakukan oleh Pricewater Coopers (PwC) menunjukkan, kendati kondisi makroekonomi saat ini tidak sepesat tahun lalu, bisnis keluarga masih tetap bergairah dan ambisius untuk meraih pertumbuhan.Sebanyak 88 persen bisnis keluarga menargetkan pertumbuhan, sedangkan 44 persen memperkirakan pertumbuhan yang pesat dan agresif.
Baca juga: 7 Keterampilan di Bidang Bisnis yang Penting untuk Dimiliki
Survei juga menunjukkan banyak bisnis keluarga Indonesia yang akan terus mengandalkan modal mereka sendiri. Namun, hal ini tidak bisa tidak bisa terus dilakukan. Michael menuturkan agar bisa tumbuh lebih dari 10 persen per tahun, bisnis keluarga harus mulai menjajaki pembiayaan eksternal.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.