Banyak Salah Paham, Ketahui Mitos Seputar Jerawat
27 February 2022 |
13:54 WIB
Penanganan jerawat kerap dilakukan dengan sebatas penggunaan perawatan skincare kosmetik. Padahal, jerawat merupakan penyakit yang harus ditangani secara serius dan benar, sesuai dengan kaidah pengobatan medis seperti penyakit infeksi lain pada umumnya.
Banyak mispersepsi terhadap jerawat serta penanganannya. Hal ini menjadi lebih tidak terarah dengan maraknya penjualan produk kosmetik bebas yang dapat memberikan klaim penyembuhan jerawat secara instan diiringi dengan sederet pemahaman yang salah.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia Anthony Handoko menerangkan saat ini terdapat banyak mitos terkait penyakit jerawat seperti di antaranya jerawat hanya dialami selama masa remaja saja dan seharusnya orang tua tidak akan berjerawat, jerawat hanya terjadi di daerah wajah serta jerawat harus di-facial atau dipencet dan isinya harus dikeluarkan agar tuntas.
Ada juga anggapan bahwa jerawat dapat diobati dengan skincare atau facial di salon, jerawat disebabkan oleh konsumsi makanan tertentu (kacang, makanan berlemak, dll), jerawat hanya terjadi pada saat menstruasi dan biasanya akan sembuh sendiri, termasuk pengistilahan jerawat itu sendiri seperti jerawat batu, jerawat buntet, dan lain-lain yang sebenarnya tidak dikenal secara medis.
“Padahal fakta ilmiah mencatat, jerawat atau yang secara medis disebut Acne Vulgaris sebenarnya termasuk golongan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri,” ujar dr. Anthony dalam acara Virtual Media Briefing, baru-baru ini.
(Baca juga: Kenali 3 Masalah Kulit yang Sering Muncul selama Pandemi)
Penyebab Jerawat
Dokter Anthony juga menjelaskan jerawat disebabkan oleh gabungan beberapa faktor penyebab seperti proses peradangan, produksi kelenjar minyak sebum yang berlebihan, ketidakseimbangan hormonal dan sumbatan kelenjar minyak di kulit.
“Belum terdapat angka prevalensi yang pasti dan akurat untuk penyakit jerawat. Tetapi secara rasional, karena salah satu faktor penyebabnya adalah penyumbatan pada saluran keluar kelenjar sebasea/minyak serta produksi minyak yang berlebihan oleh kelenjar ini pada suhu panas, maka sangatlah wajar kasus penyakit jerawat sangat tinggi di daerah tropis khususnya di Indonesia,” paparnya.
Terdapat banyak faktor risiko penyakit jerawat antara lain gaya hidup, suhu udara, kesehatan mental dan tingkat stress, personal hygiene, komitmen dan ketaatan pasien dalam berobat, faktor genetik, kesadaran dan mindset pasien yang benar terhadap penyakit ini.
Lebih lanjut dr. Anthony menjelaskan bahwa penyebab jerawat bukanlah disebabkan oleh satu hal saja, tetapi merupakan hasil gabungan dari beberapa penyebab dan faktor risiko termasuk gaya hidup pasien.
Selain itu, yang terpenting adalah pemahaman dan mindset pasien yang benar, tidak menganggap remeh terhadap penyakit jerawat, serta pasien mengerti kemana untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
“Masyarakat diharapkan dapat membedakan mana mitos dan mana fakta seputar jerawat. Walaupun tidak mematikan, penyakit jerawat dapat mengganggu penampilan, kepercayaan diri dan kesehatan mental,” tutur dia.
Jerawat secara medis dapat dinilai dari tingkat keparahannya, yaitu kategori ringan, sedang dan berat. dr. Anthony menjelaskan dilihat dari segi bentuknya, maka jerawat dapat dikategorikan sebagai jerawat kecil, bernanah serta benjolan yang besar. Dari segi lokasi, jerawat dapat terjadi di wajah, dada, punggung dan lengan.
“Makin parah dan luas lokasi jerawat, maka diperlukan pengobatan yang berbeda sesuai dengan tingkat keparahan, mulai dari pemberian resep obat topikal/oles, oral dan tindakan medis yang diperlukan,” terangnya.
(Baca juga: 5 Gejala Omicron pada Kulit yang Patut Diwaspadai)
Selanjutnya: Cara Pengobatan (klik link Berikutnya di bawah ini).
Banyak mispersepsi terhadap jerawat serta penanganannya. Hal ini menjadi lebih tidak terarah dengan maraknya penjualan produk kosmetik bebas yang dapat memberikan klaim penyembuhan jerawat secara instan diiringi dengan sederet pemahaman yang salah.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia Anthony Handoko menerangkan saat ini terdapat banyak mitos terkait penyakit jerawat seperti di antaranya jerawat hanya dialami selama masa remaja saja dan seharusnya orang tua tidak akan berjerawat, jerawat hanya terjadi di daerah wajah serta jerawat harus di-facial atau dipencet dan isinya harus dikeluarkan agar tuntas.
Ada juga anggapan bahwa jerawat dapat diobati dengan skincare atau facial di salon, jerawat disebabkan oleh konsumsi makanan tertentu (kacang, makanan berlemak, dll), jerawat hanya terjadi pada saat menstruasi dan biasanya akan sembuh sendiri, termasuk pengistilahan jerawat itu sendiri seperti jerawat batu, jerawat buntet, dan lain-lain yang sebenarnya tidak dikenal secara medis.
“Padahal fakta ilmiah mencatat, jerawat atau yang secara medis disebut Acne Vulgaris sebenarnya termasuk golongan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri,” ujar dr. Anthony dalam acara Virtual Media Briefing, baru-baru ini.
(Baca juga: Kenali 3 Masalah Kulit yang Sering Muncul selama Pandemi)
Ilustrasi (Dok. Anna Nekrashevich/Pexels)
Dokter Anthony juga menjelaskan jerawat disebabkan oleh gabungan beberapa faktor penyebab seperti proses peradangan, produksi kelenjar minyak sebum yang berlebihan, ketidakseimbangan hormonal dan sumbatan kelenjar minyak di kulit.
“Belum terdapat angka prevalensi yang pasti dan akurat untuk penyakit jerawat. Tetapi secara rasional, karena salah satu faktor penyebabnya adalah penyumbatan pada saluran keluar kelenjar sebasea/minyak serta produksi minyak yang berlebihan oleh kelenjar ini pada suhu panas, maka sangatlah wajar kasus penyakit jerawat sangat tinggi di daerah tropis khususnya di Indonesia,” paparnya.
Terdapat banyak faktor risiko penyakit jerawat antara lain gaya hidup, suhu udara, kesehatan mental dan tingkat stress, personal hygiene, komitmen dan ketaatan pasien dalam berobat, faktor genetik, kesadaran dan mindset pasien yang benar terhadap penyakit ini.
Lebih lanjut dr. Anthony menjelaskan bahwa penyebab jerawat bukanlah disebabkan oleh satu hal saja, tetapi merupakan hasil gabungan dari beberapa penyebab dan faktor risiko termasuk gaya hidup pasien.
Selain itu, yang terpenting adalah pemahaman dan mindset pasien yang benar, tidak menganggap remeh terhadap penyakit jerawat, serta pasien mengerti kemana untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
“Masyarakat diharapkan dapat membedakan mana mitos dan mana fakta seputar jerawat. Walaupun tidak mematikan, penyakit jerawat dapat mengganggu penampilan, kepercayaan diri dan kesehatan mental,” tutur dia.
Jerawat secara medis dapat dinilai dari tingkat keparahannya, yaitu kategori ringan, sedang dan berat. dr. Anthony menjelaskan dilihat dari segi bentuknya, maka jerawat dapat dikategorikan sebagai jerawat kecil, bernanah serta benjolan yang besar. Dari segi lokasi, jerawat dapat terjadi di wajah, dada, punggung dan lengan.
“Makin parah dan luas lokasi jerawat, maka diperlukan pengobatan yang berbeda sesuai dengan tingkat keparahan, mulai dari pemberian resep obat topikal/oles, oral dan tindakan medis yang diperlukan,” terangnya.
(Baca juga: 5 Gejala Omicron pada Kulit yang Patut Diwaspadai)
Selanjutnya: Cara Pengobatan (klik link Berikutnya di bawah ini).
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.