Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser. (Dok. Hutan Itu Indonesia)

Wajib Tahu, Ini 4 Fakta Ekowisata Sebelum Menikmati Petualangan di Alam

22 October 2021   |   17:53 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Like
Ecotourism atau ekowisata sedang naik daun berkat popularitas destinasi wisata alam di kalangan traveler. Apalagi selama pandemi ini banyak destinasi wisata menutup pintunya untuk mengurangi kepadatan pengunjung serta mencegah risiko penularan Covid-19.

Project Coordinator Hutan Itu Indonesia (HII) Diyah Deviyanti menceritakan pengalamannya, ketika traveling ke destinasi ekowisata Tangkahan, yang tercakup dalam Taman Nasional Gunung Leuser. 

Diyah benar-benar merasakan kedamaian di tengah hutan yang keasliannya masih sangat dijaga, menyusuri jalan setapak kecil, sesekali terkena ranting pohon yang menjuntai. Dia menikmati air terjun yang airnya memang benar-benar jatuh secara alami, yang sekitarnya masih natural, tidak dengan sengaja ditambahkan spot untuk berfoto. 

“Begitulah gambaran destinasi ekowisata yang sesungguhnya. Pengelola tidak mengubah fungsi hutan sebagai sumber oksigen dan sumber kehidupan masyarakat sekitar," ujar Diyah melalui siaran pers, Jumat (22/10).

Dia menambahkan, tidak ada pembangunan fasilitas yang mengubah atau merusak ekosistem. Meskipun masih tidak ada campur tangan manusia, destinasi ekowisata sangat aman karena ditemani pemandu. Apalagi, sebelum perjalanan kita diberi informasi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Baca jugaIni 5 Destinasi Ekowisata di Indonesia yang Menarik untuk Dikunjungi

Beberapa waktu terakhir, alam asri seperti hutan juga disebut baik bagi kesehatan mental.

Hutan didominasi oleh vegetasi pohon. Keberadaan pohon dapat menurunkan suhu dan kebisingan, serta memberikan oksigen bagi manusia. Hutan juga memiliki berbagai jenis flora yang menghasilkan aroma yang menciptakan sensasi kenyamanan bagi jiwa dan raga. 

Meski begitu digemari, belum semua traveler memahami benar tentang ekowisata. Apa saja salah kaprah tentang ekowisata yang Genhype perlu ketahui?

 

Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser. (Dok. Hutan Itu Indonesia)

 

Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser. (Dok. Hutan Itu Indonesia)


1. Wisata alam pasti ekowisata.

Banyak di antara kita mungkin berpikir, jalan-jalan ke taman, kebun raya, air terjun, hutan, apalagi taman nasional, sudah pasti berkonsep ekowisata.

Namun, ada hal mendasar yang membedakan destinasi ekowisata dan tempat wisata secara umum, yaitu fasilitas pendukung. Di tempat wisata umum, meski menampilkan keindahan alam, biasanya terdapat bermacam fasilitas untuk mendukung kenyamanan pengunjung. Misalnya, toilet dan tempat makan. 

Di destinasi ekowisata, kita tidak akan menemukan fasilitas pendukung. Karena, tujuan ekowisata adalah melindungi kealamian suatu lingkungan, sekaligus menyejahterakan masyarakat sekitar.
 

2. Ekowisata itu murah.

Kita mungkin berpikir, karena traveling ke alam, artinya tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk menginap di hotel dengan fasilitas bagus atau untuk makan di resto. Jadi, sudah pasti biayanya akan lebih murah daripada jalan-jalan ke kota. Rupanya anggapan ini tak benar. Ekowisata justru cenderung memakan banyak biaya.

Diyah mencontohkan, kalau suatu tempat wisata dibuka secara besar-besaran, tiket masuknya akan lebih murah. Sedangkan pada destinasi ekowisata yang jumlah pengunjungnya dibatasi, biayanya akan lebih tinggi. Pembatasan pengunjung penting dilakukan agar alam tidak rusak. 

Dampaknya, pemasukan pengelolanya juga terpengaruh. Dana ini bukan hanya untuk pengelola, melainkan disebar untuk berbagai aspek. Sebagian besar untuk pemeliharaan tempat, sebagian juga untuk kas pemberdayaan masyarakat.
 

3. Kegiatan di lokasi ekowisata tak beda dari tempat wisata umum.

Di lokasi wisata berkonsep ekowisata, kita juga bisa melakukan banyak kegiatan yang menyenangkan. Di destinasi ekowisata Tangkahan, yang tercakup dalam Taman Nasional Gunung Leuser, tersedia pula rumah-rumah ramah lingkungan yang dilengkapi toilet. Pengunjung bisa memilih akan menginap di bangunan yang sudah disediakan warga, atau homestay di rumah warga.

“Menginap di hutan juga bisa. Ada area yang bisa digunakan untuk membangun tenda, tanpa membuka lahan. Di area sungai sering kali ada area bebatuan yang bisa dijadikan lokasi kemping. Atau, ada sejumlah area lapang di bawah pepohonan,” kata Diyah. 
 

4. Eco-friendly traveling sama dengan ecotourism.

Karena sama-sama ada kata ‘eco’, dan sama-sama mengandung unsur wisata, maka tak sedikit yang menyangka bahwa eco-friendly traveling sama dengan ecotourism. Sebenarnya tidak sama. Eco-friendly traveling lebih pada rasa kepedulian atau tanggung jawab sebagai traveler terhadap lingkungan.  

Baca juga7 Tips Liburan dengan Konsep Ekowisata, Agar Traveling Kalian Lebih Bermakna

Diyah menegaskan bahwa perilaku traveling ramah lingkungan wajib diterapkan saat berada di lokasi ekowisata. Jangan sampai lokasi yang sudah benar-benar dijaga malah dikotori oleh sampah. Jangan pula mengukir-ukir dan menulis sembarangan. Memang di destinasi ekowisata banyak sekali hal-hal yang sangat bagus. 

"Saking bagusnya, tak sedikit yang tergoda untuk mengukir nama. Percuma datang ke destinasi ekowisata, kalau ujung-ujungnya merusak juga. Harusnya kedatangan kita membuat tempat itu tetap bagus dan lestari," katanya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Ternyata UKM Lokal Sadar & Khawatir Isu Keamanan Siber

BERIKUTNYA

4 Rahasia Racikan Teh yang Wajib Dicoba

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: