Yuk Biasakan 8 Kiat Ini untuk Mengurangi Sampah Makanan
21 October 2021 |
17:19 WIB
Sampah makanan menjadi salah satu penyumbang terbesar permasalahan sampah di Indonesia. Laporan terbaru Bappenas mengenai food lost and waste (FLW) menemukan bahwa saat ini terdapat 115-184 kg/kapita/tahun timbulan susut dan limbah pangan yang sebagian besar dihasilkan dari sisi konsumsi.
Dampak dari FLW bukan hanya menimbulkan kerugian ekonomi yang diestimasi setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia, tetapi juga kenaikan emisi gas rumah kaca. Selain itu, timbulan FLW juga bisa menyebabkan kehilangan kandungan zat gizi seperti energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi.
Sebenarnya untuk mengurangi FLW di skala rumah tangga kita tidak perlu melakukan dengan program yang besar, banyak hal kecil yang bisa dilakukan oleh kita untuk mengurangi FLW seperti menurut CEO Garda Pangan, Eva Bachtiar, berikut ini.
1. Food waste audit
Cara ini sebenarnya mirip dengan waste audit yang lain yaitu intinya mencatat sampah apa saja yang dihasilkan di rumah tangga. Misalnya, sampah makanan dikumpulkan dalam satu wadah lalu tiap seminggu sekali sampah itu dicatat komposisinya, sehingga akan diketahui sampah makanan apa yang paling banyak dihasilkan.
“Jadi dari situ dapat terlihat, oh ternyata dalam seminggu saya sering membuang nasi atau susu kadaluarsa misalnya. Lalu memikirkan apa yang harus dilakukan untuk paling tidak mengurangi proporsi sampah makanan terbesar yang dihasilkan,” ujar Eva.
2. Belanja secara berkesadaran (mindful buying)
Belanja lebih baik dilakukan secara mindful atau berkesadaran. Sebuah riset menunjukkan, seseorang yang belanja lebih sering tapi skalanya kecil itu lebih baik dibandingkan langsung belanja dalam skala besar dan banyak. Sebab, belanja dalam jumlah besar efeknya membuat kita lebih mudah luput dan lupa terhadap barang-barang yang sudah sudah dibeli.
“Misalnya belanjaan yang banyak itu kita taruh di dapur, ketumpuk-tumpuk itu bikin kita sering lupa. Ternyata ada susu yang sudah mau expired, karena ketumpuk-tumpuk itu tadi,” kata Eva.
3. Memanfaatkan sisa komponen bahan makanan
Sebenarnya ada banyak sisa komponen bahan makanan seperti sayur dan buah yang selama ini dibuang tetapi sebenarnya masih bisa dimanfaatkan. Misalnya, batang brokoli yang biasa dibuang sia-sia, padahal itu bisa dimanfaatkan menjadi macam-macam sayur atau camilan yang rasanya mirip labu siam.
Sampah kulit telur bisa jadi pupuk karena kalsiumnya tinggi, sisa nasi diolah menjadi nasi goreng, pisang yang sudah berwarna gelap kecoklatan biasanya orang tidak tertarik untuk memakannya bisa diolah menjadi pisang nugget, beberapa bumbu dapur juga bisa di-regrow atau ditanam kembali, serta ampas kopi yang bisa dijadikan bahan lulur.
4. Mengatur isi kulkas
Hal sederhana seperti mengatur isi kulkas juga berpengaruh terhadap pengurangan sampah makanan. Sebab, ketika barang ditumpuk, membuat kita mudah luput sehingga bahan- bahan itu ternyata sudah busuk atau berkurang kualitasnya. Hal itu juga menimbulkan sirkulasi udara yang kurang baik sehingga memperpendek umur makanan di kulkas.
Selain itu, sayur dan buah sebaiknya dipisah karena ketika matang, buah akan mengeluarkan zat etilen yang membuat makanan di sekitarnya ikut menjadi cepat matang dan busuk. “Ketika isi kulkas rapi, kita bisa melihat jelas dan teringat dengan bahan2 yang masih tersedia,” kata Eva.
Dampak dari FLW bukan hanya menimbulkan kerugian ekonomi yang diestimasi setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia, tetapi juga kenaikan emisi gas rumah kaca. Selain itu, timbulan FLW juga bisa menyebabkan kehilangan kandungan zat gizi seperti energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi.
Sebenarnya untuk mengurangi FLW di skala rumah tangga kita tidak perlu melakukan dengan program yang besar, banyak hal kecil yang bisa dilakukan oleh kita untuk mengurangi FLW seperti menurut CEO Garda Pangan, Eva Bachtiar, berikut ini.
1. Food waste audit
Ilustrasi (Dok. Garda Pangan)
“Jadi dari situ dapat terlihat, oh ternyata dalam seminggu saya sering membuang nasi atau susu kadaluarsa misalnya. Lalu memikirkan apa yang harus dilakukan untuk paling tidak mengurangi proporsi sampah makanan terbesar yang dihasilkan,” ujar Eva.
2. Belanja secara berkesadaran (mindful buying)
Ilustrasi (Dok. Garda Pangan)
“Misalnya belanjaan yang banyak itu kita taruh di dapur, ketumpuk-tumpuk itu bikin kita sering lupa. Ternyata ada susu yang sudah mau expired, karena ketumpuk-tumpuk itu tadi,” kata Eva.
3. Memanfaatkan sisa komponen bahan makanan
Ilustrasi (Dok. Garda Pangan)
Sampah kulit telur bisa jadi pupuk karena kalsiumnya tinggi, sisa nasi diolah menjadi nasi goreng, pisang yang sudah berwarna gelap kecoklatan biasanya orang tidak tertarik untuk memakannya bisa diolah menjadi pisang nugget, beberapa bumbu dapur juga bisa di-regrow atau ditanam kembali, serta ampas kopi yang bisa dijadikan bahan lulur.
4. Mengatur isi kulkas
Ilustrasi (Dok. Garda Pangan)
Selain itu, sayur dan buah sebaiknya dipisah karena ketika matang, buah akan mengeluarkan zat etilen yang membuat makanan di sekitarnya ikut menjadi cepat matang dan busuk. “Ketika isi kulkas rapi, kita bisa melihat jelas dan teringat dengan bahan2 yang masih tersedia,” kata Eva.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.