Ilustrasi perundungan di kantor. (Sumber gambar: Freepik)

Penyebab Bullying di Kantor Hingga Dampak Psikologis yang Dialami Korban

15 June 2025   |   20:26 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Perundungan atau bullying di tempat kerja masih menjadi fenomena yang tidak dapat diabaikan. Terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari kekerasan verbal hingga fisik, tindakan ini memiliki dampak nyata bagi korban maupun orang terdekatnya.

Psikolog Klinik dari TigaGenerasi Psychology Center, Gaby Agire, mengatakan bentuk perundungan di dunia kerja juga bisa dalam permainan peran. Artinya, ketika pelaku punya kuasa atau jabatan yang lebih tinggi, dia merasa bisa menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan tindakan intimidatif atau merendahkan anak buahnya. 

Bentuk lainnya berupa konsep kepentingan. Misal, pelaku memanfaatkan kedekatannya dengan yang memiliki jabatan tinggi di kantor, lalu melakukan perundungan seperti melontarkan kata-kata negatif hingga kekerasan fisik. 

Baca juga: Dampak Bullying pada Kelompok Anak dan Dewasa Berbeda? Begini Kata Psikolog

“Atau, bisa juga karena dia insecure atau rendah diri, atau takut kalah, sehingga dia membully. Di kantor kan bisa kompetitif, ada yang ingin merasa paling unggul, atau mungkin flexing juga bisa,” terang Gaby kepada Hypeabis.id, beberapa waktu lalu.

Tindakan bullying di kantor ini bisa menyebabkan korban stres, depresi, hingga burn out alias kelelahan mental yang dapat mempengaruhi pekerjaannya. Kepercayaan diri dan harga diri korban seiring waktu ikut menurun. 

Belum lagi mereka mengalami gangguan tidur, tekanan darah tinggi, gangguan kecemasan, menjadi apatis dengan lingkungan sekitar, bahkan sampai pada titik mengalami psikosomatis. Oleh karena itu, butuh kebijakan penanganan serius terhadap kasus perundungan di tempat kerja.

Tempat kerja yang ideal, menurut Gaby, harus memiliki wadah untuk karyawan menyalurkan aspirasi atau keluhan seperti perundungan yang dialami. Tentu,  dengan melibatkan psikolog yang nantinya mengidentifikasi masalah yang terjadi. “Ada sistem pelaporannya untuk karyawan terbuka untuk menyampaikan apapun tanpa rasa takut,” sarannya.

Selain melakukan identifikasi masalah, psikolog akan melakukan pendampingan terhadap korban maupun pelaku. Khusus untuk pelaku, ketika sudah dipanggil divisi sumber daya manusia di tempat kerja, dan terbukti melakukan perundungan dari hasil identifikasi, psikolog kemudian akan melakukan coaching atau counseling, selain diberi sanksi tegas. 

Psikolog akan mengedukasi bahwa tindakan yang dilakukannya dapat berpengaruh terhadap target dan profit perusahaan. Hal ini penting agar tindakan serupa tidak terjadi di kemudian hari.

Gaby menyebut banyak perundung yang insaf dari perbuatannya. Namun, tidak sedikit pula yang masih melakukan karena memang sudah menjadi karakternya. 

Ya, beberapa orang memiliki kepribadian intimidatif dan manipulatif, yang sulit untuk dihilangkan. Kepribadian ini bisa dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tempat orang tersebut bertumbuh. “Dari beberapa penelitian, orang yang suka ngebully, memiliki empati yang rendah,” tambah Gaby.

Sementara itu, korban yang mengalami bullying mungkin membutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Bergantung pada karakteristik atau kepribadian, serta berapa dalam masalah maupun rasa traumatik yang dialami akibat kejadian ini, pemulihan bisa saja berlangsung 3 bulan, 6 bulan, bahkan 1 tahun. 

Selama pemulihan, Gaby menyebut korban wajib diberi affirmasi positif dan terapi khusus untuk membangkitkan kembali kepercayaan dirinya untuk menghadapi lingkungan di perusahaan.

Baca juga:  Mulai Syuting di Makassar, Film Cyberbullying Angkat Kisah Perundungan Remaja pada Era Digital

SEBELUMNYA

Pasar Konsol Gaming Genggam Kian Panas, Mana yang Jadi Pilihan?

BERIKUTNYA

Intip Tampilan Rumah Subsidi 18 Meter Persegi Sesuai Usulan Kementerian PKP

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: