Ilustrasi bullying (Sumber gambar: RDNE Stock project/Pexels)

Dampak Bullying pada Kelompok Anak dan Dewasa Berbeda? Begini Kata Psikolog

27 August 2024   |   23:20 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Fenomena perpeloncoan di kampus-kampus Indonesia belakangan menjadi topik hangat. Kasus perundungan atau bullying terus terjadi tak memandang jurusan atau fakultas tertentu. Kondisi tersebut kerap terjadi saat mahasiswa memasuki masa orientasi baik siswa atau mahasiswa.

Bullying merupakan masalah serius yang dapat terjadi pada berbagai usia, baik anak-anak maupun dewasa. Meskipun dampak negatif bullying pada kedua kelompok ini sama-sama merugikan, tetapi ada perbedaan signifikan dalam dampak yang dirasakan dan diproses oleh anak-anak dan dewasa.

Psikolog Lusiana Bintang Siregar menjelaskan, secara umum, dampak bullying pada anak dan dewasa memang tidak jauh berbeda. Kedua kelompok ini dapat mengalami dampak baik jangka panjang ataupun pendek, ditandai dengan kecemasan, trauma, dan depresi.

Baca juga: Marak Kasus Bullying Remaja di Sekolah, Ini Penyebabnya Kata Psikolog Anak

Namun, terdapat perbedaan signifikan terkait bagaimana dampak akibat perilaku bullying ini dirasakan. “Ketika seseorang mengalami bullying pada usia dewasa, dampak kecemasan yang dirasakannya sering kali tidak seberat yang dialami oleh seseorang yang mengalami bullying sejak kecil,” kata Lusiana. 

Penyebab dari perbedaan ini terjadi karena mereka yang telah dewasa memiliki perkembangan kognitif dan pengalaman hidup yang lebih matang. Menurutnya, usia dewasa sudah memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memilah situasi dan menentukan apakah suatu situasi dinyatakan berbahaya atau tidak. 

Namun, ini tentunya tidak berlaku untuk semua orang. "Hal ini dikecualikan jika seorang dewasa tersebut mengalami perkembangan kognitif yang tidak signifikan serta minim pengalaman dan kurang dukungan," tegas Lusiana.

Jika hal ini terjadi pada orang dewasa, maka dampak dari bullying bisa sama beratnya dengan yang dialami anak-anak.

Sementara itu, anak-anak yang mengalami bullying cenderung lebih rentan dalam menyerap perlakuan tersebut. Sebab, anak-anak masih dalam tahap perkembangan. Luisiana menilai, anak-anak belum memiliki kemampuan yang lebih dalam menyaring untuk membedakan apakah perlakuan yang mereka terima adalah sesuatu yang wajar atau tidak.

"Jika seseorang terdampak bullying semenjak anak-anak, umumnya anak menyerap apa yang terjadi sehingga dia akan langsung menginternalisasi ke dirinya apa yang dikatakan atau dilakukan pelaku bully," imbuhnya.  

Hal tersebut bisa menyebabkan dampak jangka panjang pada harga diri dan kesehatan mental anak-anak yang berdampak panjang hingga dewasa.


Mengubah Opini Sosial

Ilustrasi bullying di masa perkuliahan (Sumber gambar: RDNE Stock project/Pexels)

Ilustrasi bullying di masa perkuliahan (Sumber gambar: RDNE Stock project/Pexels)

Tidak hanya pada anak-anak, fenomena bullying di lingkungan kampus juga merupakan masalah yang serius. Praktik yang sering kali terjadi bentuk perpeloncoan yang dianggap sebagai bagian dari proses pengenalan diri dalam orientasi kampus.

Lusiana menyoroti pentingnya penanganan yang tegas terhadap praktik yang sering kali dianggap sebagai tradisi yang diturunkan oleh para senior tersebut.

Menurutnya, kampus bisa berperan proaktif dalam meminimalisir bahkan mencegah maraknya perpeloncoan di lingkungan mereka. Kampus juga harus memahami bahwa perpeloncoan masuk bentuk bullying yang harus ditindaklanjuti. Hukuman kepada pelaku bully harus jelas.

"Harus tegas. Konsekuensi hukuman kepada pelaku bully-nya. Kalau perlu ada aturan tertulis yang jelas yang berlaku baik bagi mahasiswa maupun dosen, dan pihak manapun," ujarnya. .

Lusiana juga menekankan pentingnya perubahan opini sosial mengenai bullying. Baginya, masyarakat juga perlu mengubah pandangan bahwa menjadi pelaku bully adalah sesuatu yang hebat atau menunjukkan kekuatan.

Justru sebaliknya, menjadi pelaku bully menunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan berempati terhadap orang lain. Oleh karena itu, edukasi dan perubahan budaya sosial dinilai penting untuk mengatasi masalah ini perpeloncoan ini. 

Baca juga: Upaya Pendampingan yang Perlu Dilakukan untuk Anak Korban Bullying

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

5 Efek Penggunaan Gas Air Mata Bagi Kesehatan, Bisa Memicu Masalah Kulit

BERIKUTNYA

Turnamen Esports Counter-Strike & Dota 2 Termegah di Asia Tenggara Segera Hadir di Singapura

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: