Ilustrasi (dok. Pexels)

7 Terapi Ini Dibutuhkan untuk Mengatasi Trauma Masa Kecil

08 September 2021   |   21:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Trauma masa kecil dapat menyebabkan efek buruk bahkan hingga masa depan. Trauma bisa disebabkan oleh beberapa hal mulai dari pelecehan seksual, perundungan, bencana alam, penelantaran, hingga kehilangan orang yang dicintai secara tiba-tiba.

Bagi anak-anak yang mengalami peristiwa traumatis mungkin mereka akan dilingkupi kecemasan, kesulitan tidur, emosi yang tidak labil, hilangnya nafsu makan, dan sering menangis.

Sementara pada remaja, trauma bisa menyebabkan depresi, kesulitan berkonsentrasi, gangguan makan dan perilaku menyakiti diri sendiri, peningkatan perilaku seperti aktivitas seksual dan alkohol atau penggunaan narkoba, hingga timbul keinginan untuk bunuh diri,

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, pada orang dewasa, trauma masa kanak-kanak terutama yang mengalami pelecehan seksual dan penangananya tidak baik,dapat menimbulkan tanda-tanda gangguan stres pascatrauma (PTSD), persepsi diri yang menyimpang, rasa malu, ketakutan, rasa bersalah, menyalahkan diri sendiri, penghinaan, dan rasa sakit fisik kronis,

Oleh karena itu, penting untuk menangani kejadian traumatis agar kualitas hidup mereka yang mengalami bisa menjadi lebih baik. Melansir Healthline, berikut terapi yang bisa dilakukan untuk menangani trauma.

1. Terapi pemrosesan kognitif (CPT)
Terapi pemrosesan kognitif (CPT) adalah salah satu bentuk dari terapi perilaku kognitif. CPT sering menjadi pilihan pertama saat mengobati PTSD, terutama saat menangani efek jangka panjang dari trauma masa kanak-kanak pada orang dewasa.

Untuk PTSD, American Psychiatric Association merekomendasikan perawatan selama 12 sesi. Biasanya ini melibatkan pelatihan mengenai pikiran dan emosi PTSD diikuti dengan pemrosesan formal dari trauma dan pengembangan keterampilan untuk mengidentifikasi serta mengatasi pemikiran yang tidak membantu terkait dengan peristiwa traumatis.

2. Terapi perilaku kognitif yang berfokus pada trauma (TF-CBT).
Model berbasis bukti ini menggabungkan intervensi sensitif trauma dengan teknik perilaku kognitif, prinsip humanistik, dan dukungan keluarga yang bergantung pada partisipasi orang tua dan pengasuh tepercaya dalam proses perawatan.

TF-CBT efektif untuk anak-anak dan remaja yang memiliki kesulitan emosional dari peristiwa traumatis. Durasi tipikal dalam terapi ini adalah 12 hingga 15 sesi.

3. Desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR).
Desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata adalah terapi lain untuk mengobati trauma dan PTSD. EMDR menggunakan gerakan mata berulang untuk mempola ulang ingatan dari trauma.

Ada delapan fase EMDR termasuk sejarah, persiapan, penilaian, pengobatan, dan evaluasi. Penelitian menunjukkan bahwa EMDR adalah pengobatan yang divalidasi secara empiris untuk mengatasi ingatan yang belum diproses terkait dengan pengalaman dan trauma hidup yang merugikan.

4. Terapi paparan berkepanjangan (PE).
Terapi ini sering berlangsung lebih dari 3 bulan. Selama sesi, terapis membantu menghadapi ingatan, ketakutan, perasaan, dan situasi terkait trauma. Hubungan terapeutik harus stabil sebelum paparan dimulai di ruang terapi dan di luar terapi.

Perawatan untuk anak-anak akan berbeda dari perawatan untuk remaja dan orang dewasa. Karena itu, anak-anak memerlukan terapi khusus yang dirancang untuk mengakomodasi tingkat perkembangan dan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam proses tersebut.

5. Terapi paparan naratif (NET).
Terapi pemaparan naratif adalah alternatif TF-CBT untuk mereka yang mengalami traumatis termasuk anak-anak dengan PTSD. NET adalah intervensi individu jangka pendek yang berfokus pada penyisipan paparan trauma ke dalam konteks otobiografi yang dikenal sebagai garis waktu.

Garis waktu ini tetap bersama pasien setelah terapi selesai. NET paling efektif dalam mengobati orang dengan beberapa peristiwa traumatis.

6. Terapi bermain.
Terapi bermain menggunakan kekuatan untuk membantu anak-anak mengatasi trauma. Kelompok sasaran terapi bermain adalah anak-anak usia 3 sampai 12 tahun.

Selama sesi terapi bermain, terapis dapat mengamati anak melalui permainan. Mereka juga dapat menggunakan perilaku yang sesuai dengan usia ini untuk mengatasi trauma dan mengembangkan strategi koping.

Strategi coping bertujuan untuk menghadapi situasi yang menyebabkan stres atau trauma psikologis.

7. Terapi seni.
Terapi seni menggunakan ekspresi kreatif untuk mengatasi dan menyembuhkan efek dari peristiwa traumatis. Media seni meliputi menggambar, mewarnai, melukis, kolase, dan patung.

Asosiasi Terapi Seni Amerika mengatakan terapi seni memberikan jalan keluar tanpa kata-kata. Ini dapat membantu meningkatkan kognisi, menumbuhkan harga diri dan kesadaran diri, mengurangi konflik dan stres, dan menumbuhkan ketahanan emosional.

Buat kamu yang mengalami trauma masa lalu, lebih baik segera berkonsultasi ke ahli terkait dan menjalani terapi yang dinilai cocok untuk kamu ya. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

PURPLE KISS Berpesta dengan Kumpulan Zombie di Video Klip Teranyar

BERIKUTNYA

Nam Joo-hyuk, Kim Tae-ri & 3 Aktor Ini Bakal Bintangi Drama Romansa tvN

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: