KHAYAE Hadirkan Warna Bumi & Material Daur Ulang di Indonesia Fashion Week 2025
01 June 2025 |
22:30 WIB
Panggung runway Indonesia Fashion Week menjadi tempat bagi jenama-jenama mode Tanah Air untuk menampilkan identitas kreatif mereka salah satunya label Khayae yang menghadirkan koleksi bertema Habitat Leluhur dalam gelaran parade APPMI dalam sesi ketiga, opening show IFW 2025.
Digawangi oleh empat perempuan kreatif, Elok Re Napio, Mawadah Maslikhan Ilona, Yati Silvia, dan Nathania Caya Dewi, Khayae menampilkan karya yang menyatukan estetika, filosofi, dan keberlanjutan. Koleksi ini menggali hutan sebagai habitat tidak hanya ekologis, tetapi juga spiritual, tempat budaya tumbuh dan berakar.
Setiap busana yang ditampilkan menjadi representasi dari pohon, akar, daun, hingga makhluk-makhluk hutan dalam bentuk yang simbolik dan magis.
Digawangi oleh empat perempuan kreatif, Elok Re Napio, Mawadah Maslikhan Ilona, Yati Silvia, dan Nathania Caya Dewi, Khayae menampilkan karya yang menyatukan estetika, filosofi, dan keberlanjutan. Koleksi ini menggali hutan sebagai habitat tidak hanya ekologis, tetapi juga spiritual, tempat budaya tumbuh dan berakar.
Setiap busana yang ditampilkan menjadi representasi dari pohon, akar, daun, hingga makhluk-makhluk hutan dalam bentuk yang simbolik dan magis.
Baca Juga: Semarak Koleksi Busana Anak yang Ceria dan Penuh Imajinasi di Panggung IFW 2025
"Koleksi busana ini mengeksplorasi hubungan antara manusia, lingkungan, dan identitas melalui interpretasi artistik terhadap berbagai habitat di dunia dari rimba tropis, gurun yang sunyi, lautan dalam, hingga kota urban yang padat," ujar Elok Re Napio.
Desain Khayae menampilkan gaun panjang dengan potongan flowy dan ujung yang menyerupai akar menjuntai. Dilengkapi dengan cape atau outer panjang menyerupai kanopi atau sayap burung hutan sedangkan atasannya memiliki berbahan texture yang menyerupai tekstur kulit pohon.
Adapun material yang digunakan adalah serat alam berupa tenun bulu dan kain daur ulang. Selain itu juga felted technique sehingga menciptakan efek moss (lumut) atau permukaan pohon.
Sementara itu teknik yang digunakan berupa teknik timbul dan sulam yang menyerupai siluet akar, dedaunan, dan makhluk hutan seperti kupu- kupu, tokek, dan burung. "Kami menggunakan pewarnaan alam dari tumbuhan hutan (daun indigo, kulit pohon, akar mengkudu) untuk memberi dampak keberlanjutan," jelasnya.
Koleksi ini menggambarkan simbiosis antara manusia, alam, dan budaya melalui siluet
yang menyerupai batang pohon, akar, lumut dan dedaunan. Warna-warna yang digunakan pun sangat membumi yakni hijau lumut, coklat tanah, krem akar, hitam batu, dan merah saga dilengkapi aksen emas matte yang memberi nuansa mistis.
IFW dikenal sebagai panggung utama bagi desainer Indonesia untuk menampilkan karya yang mengangkat nilai budaya, kerajinan lokal, dan inovasi mode. Tahun ini, IFW mengangkat tema “Ronakultura Jakarta” yang mencerminkan kekayaan dan keberagaman budaya Ibu Kota dalam lanskap mode kontemporer.
Baca Juga: Fashion Show Mantra di IFW 2025, Eksplorasi Tenun Tolaki dan Batik Wakaroros
Baca Juga: Fashion Show Mantra di IFW 2025, Eksplorasi Tenun Tolaki dan Batik Wakaroros
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.