Semarak Koleksi Busana Anak yang Ceria dan Penuh Imajinasi di Panggung IFW 2025
31 May 2025 |
21:04 WIB
Runway fashion show yang selama ini identik dengan model-model dewasa bertubuh jangkung dan ramping, namun pemandangan berbeda dihadirkan menjadi panggung ekspresi yang ceria diisi tawa dan imajinasi anak-anak. Indonesia Fashion Week (IFW) 2025 turut menampilkan peragaan busana anak bertajuk Spectra.
Sebanyak 12 desainer terlibat dalam pagelaran ini, bukan sekadar memamerkan busana rancangan mereka, tetapi juga memberikan ruang kepada anak-anak untuk tampil dan mengekspresikan diri di tengah gemerlap pekan mode terbesar Indonesia.
Baca juga: Fenomena Fast Fashion dan Upaya Merajut Industri Mode Berkelanjutan
Ketua Umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) sekaligus Presiden IFW, Poppy Dharsono mengatakan bahwa IFW berkomitmen untuk menjadi platform inklusif bagi seluruh pelaku industri mode, termasuk desainer busana anak.
“Kami ingin semua pelaku, dari desainer, pemilik brand, pengrajin kriya, hingga pelaku UMKM, ikut merayakan kekayaan budaya Indonesia, termasuk melalui busana anak-anak,” ujarnya.
Deretan nama seperti Andy Sugix, Adi Sufrianto lewat PURWAKANTHI.CO, Nandio (Kids dan Teens), Hi.Ma.Weary by Alena, hingga Boy Barja dan label Uchiqu, menghadirkan koleksi yang menjadikan runway terasa lebih luwes dan menyenangkan, penuh warna dan semangat khas anak-anak.
Koleksi pembuka datang dari Andy Sugix yang menampilkan sembilan tampilan bertema Victorian Splendor. Terinspirasi dari kemegahan era Ratu Victoria abad ke-19, busana ini didominasi potongan bervolume, bahan lace, organza, serta detail bunga dan kristal.
Meski bergaya klasik, Andy berhasil membawanya menjadi lebih ceria dan relevan untuk anak dan remaja. Terdiri dari busana laki-laki berupa setelan tuxedo dan celana panjang. Dalamannya kemeja dengan kerah berenda dan hiasan jaring-jaring, serta obi belt sebagai statement.
Tak sampai di sana, tampilan sang bocah makin necis dengan hiasan bulu-bulu yang disampirkan di bahunya, topi bulat berhiaskan kembang ungu, sarung tangan putih, dan pantopel baby blue yang cerah.
Sementara busana anak perempuan berupa gaun satin baby blue yang atasannya dilapisi outer jaring-jaring, sementara roknya dibuat bertingkat dengan bordiran bunga sebagai hiasannya. Gaya rambutnya disanggul kecil dengan hiasan pita, tak ketinggalan sarung tangan renda dan sepatu model balet.
Selanjutnya NANDIO Kids dan Teens menampilkan 9 looks koleksi bertajuk Abracadabra, yang membawa penonton ikut masuk ke dunia magis penuh mimpi dan keceriaan anak-anak. Penggunaan warna-warna pastel seperti pink, ungu, kuning, mint serta ornamen-ornamen bunga, bola bulu, renda, pita dan boneka kelinci menambah semarak peragaan busana tersebut.
Gaun terakhir bernuasna ungu dan kuning menjadi sorotan. Mengusung konsep avant-garde yang memadukan estetika fantasi, budaya pop, dan elemen kekanak-kanakan dalam satu tampilan yang teatrikal. Siluetnya dramatis, dengan bagian rok yang menyerupai sangkar terbuka, dihiasi boneka, pom-pom, pita, dan berbagai ornamen warna-warni yang mengingatkan pada istana anak-anak.
Bagian atas busana dihiasi puff besar berwarna kuning dan ungu yang membentuk bahu yang lebar dan mencolok, sementara area dada dipenuhi hiasan menyerupai permen dan bunga, menambah kesan playful sekaligus maksimalis.
NANDIO Kids dan Teens mengeluarkan koleksi berikutnya berupa gaun-gaun couture untuk remaja. Gaun terakhir tampil mencolok dengan paduan warna ungu tua dan fuchsia yang dramatis, menghadirkan nuansa mewah sekaligus teatrikal di atas panggung.
Siluetnya yang megah dengan rok berlapis-lapis membentuk struktur berundak yang memberi kesan bervolume. Detail bunga tiga dimensi yang diaplikasikan di bagian bodice dan lengan memperkaya tekstur serta mempertegas tema romantisisme.
Lainnya ada Adi Sufrianto dari PURWAKANTHI.CO menampilkan 9 busana anak perempuan bertema "Pesona Warna Yoni", mengadaptasi simbol feminin dari dasar Tugu Monas. Warna-warna lembut seperti cornflower blue dan willow green dipadu detail tiga dimensi bernuansa emas menggambarkan api perjuangan yang tak pernah padam.
Sementara itu, Alena dari Hi.Ma.Weary mempersembahkan koleksi Sparkling Blue, yang menggambarkan impian anak-anak untuk bersinar seperti bintang di langit. Dengan sentuhan etnik Tapis Lampung dalam mini dress sederhana namun elegan, Alena memadukan budaya dan modernitas dalam sembilan tampilan memikat.
“Mini dress ini didesain agar anak-anak tetap tampil sesuai usia mereka, yakni riang, ceria, dan penuh harapan. Tapis Lampung menjadi simbol kecintaan pada budaya yang dikemas dalam gaya modern yang anggun,” jelas Alena Kalashnikov, desainer koleksi tersebut.
Desainer lainnya, yakni Basundhari Hardy, memadukan unsur pakaian tradisional dengan gaun couture mewah. Gaun panjang berwarna dominan hijau dengan motif burung merak ini memberikan nuansa anggun dan eksotis, diperkuat oleh detail payet dan bordiran berkilau yang membentuk pola bulu merak di bagian depan.
Lengan panjang transparan menambah kesan lembut, sementara elemen tassel atau rumbai emas yang menjuntai di bagian bawah memberikan dinamika gerak yang indah saat model berjalan. Aksesori berupa mahkota kepala berbunga dan anting panjang memperkuat tampilan etnik yang memikat, menciptakan perpaduan sempurna antara budaya dan estetika haute couture anak.
Baca juga: Fashion Show Mantra di IFW 2025, Eksplorasi Tenun Tolaki dan Batik Wakaroros
Terakhir Uchiqu menampilkan pakaian anak perempuan dengan sentuhan etnik suku Indian dengan dominasi warna cokelat, abu-abu, dan krem. Elemen seperti ikat kepala bermotif, rompi dengan detail tali panjang, serta rok bermotif geometris memberikan kesan tribal yang kuat namun tetap modis.
Sepatu boot putih tinggi menambahkan sentuhan kontemporer, menciptakan kontras menarik yang memperkuat tampilannya secara keseluruhan. Busana ini tak hanya menampilkan kreativitas dalam desain, tetapi juga membawa pesan tentang pelestarian budaya dalam balutan gaya modern.
Seluruh karya busana para desainer menambah nuansa hangat dan penuh keceriaan di atas panggung, menjadikan pagelaran busana anak kali ini sebagai representasi masa depan industri mode yang lebih inklusif.
Dengan menghadirkan anak-anak sebagai bagian dari panggung utama, Indonesia Fashion Week 2025 tak hanya menyuguhkan estetika busana, tapi juga membuka ruang baru bagi generasi muda untuk tumbuh bersama mode dan budaya Indonesia.
Sebanyak 12 desainer terlibat dalam pagelaran ini, bukan sekadar memamerkan busana rancangan mereka, tetapi juga memberikan ruang kepada anak-anak untuk tampil dan mengekspresikan diri di tengah gemerlap pekan mode terbesar Indonesia.
Baca juga: Fenomena Fast Fashion dan Upaya Merajut Industri Mode Berkelanjutan
Ketua Umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) sekaligus Presiden IFW, Poppy Dharsono mengatakan bahwa IFW berkomitmen untuk menjadi platform inklusif bagi seluruh pelaku industri mode, termasuk desainer busana anak.
“Kami ingin semua pelaku, dari desainer, pemilik brand, pengrajin kriya, hingga pelaku UMKM, ikut merayakan kekayaan budaya Indonesia, termasuk melalui busana anak-anak,” ujarnya.
Deretan nama seperti Andy Sugix, Adi Sufrianto lewat PURWAKANTHI.CO, Nandio (Kids dan Teens), Hi.Ma.Weary by Alena, hingga Boy Barja dan label Uchiqu, menghadirkan koleksi yang menjadikan runway terasa lebih luwes dan menyenangkan, penuh warna dan semangat khas anak-anak.
Koleksi pembuka datang dari Andy Sugix yang menampilkan sembilan tampilan bertema Victorian Splendor. Terinspirasi dari kemegahan era Ratu Victoria abad ke-19, busana ini didominasi potongan bervolume, bahan lace, organza, serta detail bunga dan kristal.
Meski bergaya klasik, Andy berhasil membawanya menjadi lebih ceria dan relevan untuk anak dan remaja. Terdiri dari busana laki-laki berupa setelan tuxedo dan celana panjang. Dalamannya kemeja dengan kerah berenda dan hiasan jaring-jaring, serta obi belt sebagai statement.
Tak sampai di sana, tampilan sang bocah makin necis dengan hiasan bulu-bulu yang disampirkan di bahunya, topi bulat berhiaskan kembang ungu, sarung tangan putih, dan pantopel baby blue yang cerah.
Sementara busana anak perempuan berupa gaun satin baby blue yang atasannya dilapisi outer jaring-jaring, sementara roknya dibuat bertingkat dengan bordiran bunga sebagai hiasannya. Gaya rambutnya disanggul kecil dengan hiasan pita, tak ketinggalan sarung tangan renda dan sepatu model balet.
Koleksi Andy Sugix (Sumber Foto: IFW 2025)
Selanjutnya NANDIO Kids dan Teens menampilkan 9 looks koleksi bertajuk Abracadabra, yang membawa penonton ikut masuk ke dunia magis penuh mimpi dan keceriaan anak-anak. Penggunaan warna-warna pastel seperti pink, ungu, kuning, mint serta ornamen-ornamen bunga, bola bulu, renda, pita dan boneka kelinci menambah semarak peragaan busana tersebut.
Gaun terakhir bernuasna ungu dan kuning menjadi sorotan. Mengusung konsep avant-garde yang memadukan estetika fantasi, budaya pop, dan elemen kekanak-kanakan dalam satu tampilan yang teatrikal. Siluetnya dramatis, dengan bagian rok yang menyerupai sangkar terbuka, dihiasi boneka, pom-pom, pita, dan berbagai ornamen warna-warni yang mengingatkan pada istana anak-anak.
Bagian atas busana dihiasi puff besar berwarna kuning dan ungu yang membentuk bahu yang lebar dan mencolok, sementara area dada dipenuhi hiasan menyerupai permen dan bunga, menambah kesan playful sekaligus maksimalis.
Koleksi NANDIO (Sumber Foto: IFW 2025)
NANDIO Kids dan Teens mengeluarkan koleksi berikutnya berupa gaun-gaun couture untuk remaja. Gaun terakhir tampil mencolok dengan paduan warna ungu tua dan fuchsia yang dramatis, menghadirkan nuansa mewah sekaligus teatrikal di atas panggung.
Siluetnya yang megah dengan rok berlapis-lapis membentuk struktur berundak yang memberi kesan bervolume. Detail bunga tiga dimensi yang diaplikasikan di bagian bodice dan lengan memperkaya tekstur serta mempertegas tema romantisisme.
Lainnya ada Adi Sufrianto dari PURWAKANTHI.CO menampilkan 9 busana anak perempuan bertema "Pesona Warna Yoni", mengadaptasi simbol feminin dari dasar Tugu Monas. Warna-warna lembut seperti cornflower blue dan willow green dipadu detail tiga dimensi bernuansa emas menggambarkan api perjuangan yang tak pernah padam.
Sementara itu, Alena dari Hi.Ma.Weary mempersembahkan koleksi Sparkling Blue, yang menggambarkan impian anak-anak untuk bersinar seperti bintang di langit. Dengan sentuhan etnik Tapis Lampung dalam mini dress sederhana namun elegan, Alena memadukan budaya dan modernitas dalam sembilan tampilan memikat.
“Mini dress ini didesain agar anak-anak tetap tampil sesuai usia mereka, yakni riang, ceria, dan penuh harapan. Tapis Lampung menjadi simbol kecintaan pada budaya yang dikemas dalam gaya modern yang anggun,” jelas Alena Kalashnikov, desainer koleksi tersebut.
Koleksi Hi.Ma.Weary (Sumber Foto: IFW 2025)
Desainer lainnya, yakni Basundhari Hardy, memadukan unsur pakaian tradisional dengan gaun couture mewah. Gaun panjang berwarna dominan hijau dengan motif burung merak ini memberikan nuansa anggun dan eksotis, diperkuat oleh detail payet dan bordiran berkilau yang membentuk pola bulu merak di bagian depan.
Lengan panjang transparan menambah kesan lembut, sementara elemen tassel atau rumbai emas yang menjuntai di bagian bawah memberikan dinamika gerak yang indah saat model berjalan. Aksesori berupa mahkota kepala berbunga dan anting panjang memperkuat tampilan etnik yang memikat, menciptakan perpaduan sempurna antara budaya dan estetika haute couture anak.
Baca juga: Fashion Show Mantra di IFW 2025, Eksplorasi Tenun Tolaki dan Batik Wakaroros
Terakhir Uchiqu menampilkan pakaian anak perempuan dengan sentuhan etnik suku Indian dengan dominasi warna cokelat, abu-abu, dan krem. Elemen seperti ikat kepala bermotif, rompi dengan detail tali panjang, serta rok bermotif geometris memberikan kesan tribal yang kuat namun tetap modis.
Sepatu boot putih tinggi menambahkan sentuhan kontemporer, menciptakan kontras menarik yang memperkuat tampilannya secara keseluruhan. Busana ini tak hanya menampilkan kreativitas dalam desain, tetapi juga membawa pesan tentang pelestarian budaya dalam balutan gaya modern.
Koleksi Uchiqu (Sumber Foto: IFW 2025)
Seluruh karya busana para desainer menambah nuansa hangat dan penuh keceriaan di atas panggung, menjadikan pagelaran busana anak kali ini sebagai representasi masa depan industri mode yang lebih inklusif.
Dengan menghadirkan anak-anak sebagai bagian dari panggung utama, Indonesia Fashion Week 2025 tak hanya menyuguhkan estetika busana, tapi juga membuka ruang baru bagi generasi muda untuk tumbuh bersama mode dan budaya Indonesia.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.