Kendati kumpulan cerpen, bukan persoalan mudah untuk mengkategorikan berbagai karya di dalam ini sebagai fiksi atau bukan fiksi. (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Resensi Kumcer dari Yerusalem ke Armageddon, Solidaritas Sastra dari Danarto untuk Palestina

07 April 2025   |   20:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Penulis, perupa, dan sastrawan Danarto telah pergi 7 tahun silam. Namun senarai tulisan dan karyanya masih berdentang hingga sekarang:"Ada sebuah desa di Palestina, Armageddon namanya. Di desa inilah seluruh kekuatan dunia berkumpul untuk menyelenggarakan Perang Dunia III". (Danarto- O, Yerusalem, 2007). 

Secuplik kutipan tersebut mungkin, bisa menjadi benang merah untuk mengungkai keresahan Danarto saat melihat kemanusiaan yang compang-camping. Khususnya dalam  kumpulan cerpen (kumcer) Dari Yerusalem ke Armageddon: Sepilihan Cerpen Danarto Seputar Palestina (1968-2009)

Baca juga: Wujud Kepedulian, Artis & Pelaku Seni Indonesia Ramai-ramai Bikin Karya Bertema Palestina

Apa yang tersaji dalam kumcer ini, sebenarnya sudah pernah berserakan di berbagai media, dan kumcer Danarto yang lain. Namun, ibarat nubuat, apa yang dituliskan sastrawan asal Sragen, itu semakin terasa daya letupnya. Saat Palestina menjadi ladang pembantaian berdarah.

Secara umum, kumcer ini memang dipilah oleh Danarto dkk, kelimun pekerja lintas disiplin untuk mengaji dan mengarsipkan berbagai pemikiran Danarto. Total terdapat, 9 cerpen karya Danarto- mayoritas tentang perang- dan 2 esai yang menguliti karya tersebut dengan sudut pandang termutakhir.
 
 


Kendati kumpulan cerpen, bukan persoalan mudah untuk mengkategorikan berbagai karya di dalam ini sebagai fiksi atau bukan fiksi. Atau mungkin, tidak ada gunanya juga memperdebatkan hal itu, karena Danarto memasukkan yang aktual dan faktual, yang lempang, sekaligus berkelok.

Dalam Cerpen Puputan PLO, misal (halaman 56). Danarto menyajikan kisah yang sureal, saat Yasser Arafat, memimpin shalat para gerilyawan. Arkian, saat memberikan khotbah, dia melihat vision rakyat Palestina, termasuk ibu dan bayi dalam gendongan ikut mengokang senjata melawan Israel.

Uniknya, vision yang dilihat muncul dengan gambar perang Puputan Badung, pada 1906 di Bali. Kala itu, militer Belanda menginfiltrasi Sanur, setelah rakyat dituduh merampas isi kapal Belanda. Raja Badung, hulubalang, dan rakyat melawan. Dan peluru yang tak habis-habisnya itu menyambut mereka terus.

Cerpen ini dibuat pada 1982, berdekatan dengan peristiwa setelah pasukan pertahanan Israel menginvasi Lebanon Selatan. Invasi inilah yang kelak memicu perang antara militer Israel dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang konfliknya masih berlanjut hingga sekarang, 43 tahun kemudian.

Lantas, mengapa Bali? Itulah pertanyaan yang bergolak di kepala penulis saat membaca cerpen ini. Apakah ini menjadi semacam bentuk solidaritas Danarto -baca bangsa Indonesia- untuk kembali melibatkan diri sebagai 'penonton' yang tak hanya membatu, saat menyaksikan bagaimana genosida itu terus bergulir setiap detik.

Tidak hanya dalam  tulisan, Danarto juga menggambarkan perang selalu tak memberikan manfaat. Dengan tipografi, dan sketsa, Danarto juga menghadirkan terobosan cerpen yang tak melulu mengandalkan huruf. Ada permainan tipografi di sana, yang kelak memberi gambaran visual pembaca untuk menyelami alam pikirnya, yang tak terikat ruang dan waktu.

Baca juga: Pameran Ireland's Eye Hadir di WTC Jakarta, Pacak Karya 6 Seniman Irlandia

Hal itu misalnya dalam cerpen 'Ngung-Cak' (34); Lempengan-lempengan Cahaya (63), atau Bintang Betlehem (98). Ketiga cerpen ini juga mendedah tentang perang, atau armageddon- tempat terjadinya peristiwa akhir zaman- yang justru berpangkal dari kelalaian atau keserakahan manusia bahwa mereka diciptakan menjadi khalifah, memayu hayuning bawana.

Namun, apa yang terjadi? Saat dunia bergolak, dan nyawa tak lagi ada harganya, kita hanya bisa terdiam. Atau mungkin kita tidak diam, tapi suara kita mampat di ruang yang semakin riuh, tapi rendah itu. Ibarat dengungan-dengungan yang tak diketahui artikulasinya, sebelum kita semua ikut terlibat. Sebagai penonton yang berbahaya, di ruang-ruang maya.

Data Buku
  • Judul: Dari Yerusalem ke Armageddon: Sepilihan Cerpen Danarto Seputar Palestina (1968-2009)
  • Penulis: Danarto
  • Penyunting: Danarto, dkk
  • Ilustrasi Sampul: Arie Syarifudin
  • Ilustrasi Isi: Danarto
  • Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2024
  • Jumlah Halaman: 126 Halaman
  • Penerbit: Penerbit Gang Kabel
  • ISBN:9786238844869

SEBELUMNYA

Kenali Gangguan, Layanan Perawatan & Daftar RS Tangani Kecanduan Judi Online

BERIKUTNYA

Resensi Buku Garda Detak: Antologi Gawat Darurat, Kisah Menyentuh dari Ruang IGD

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: