Seorang pengunjung menikmati pameran Ireland's Eye di WTC Jakarta, Senin (17/3/25). (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Pameran Ireland's Eye Hadir di WTC Jakarta, Pacak Karya 6 Seniman Irlandia

17 March 2025   |   22:18 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Kedutaan Besar Irlandia di Indonesia dan ISA Art Gallery kembali menggelar pameran Ireland's Eye dalam rangka merayakan St. Patrick’s Day. Dihelat di lobi World Trade Center 2 Jakarta, pameran ini terbuka untuk umum dan akan berlangsung sampai 11 April 2025. Menjadi acara perhelatan tahun keempat, kali ini terdapat enam perupa yang turut memacak karya-karyanya.

Mereka adalah Isobel McCarthy, Olivia Normile, Mary Sullivan, Aaron Sunderland Carey, serta duo Electronic Shee Sheep (Brenda Aherne dan Helen Delany).

Baca juga: Cek 5 Agenda Pameran Seni Maret 2025, Cocok untuk Ngabuburit Bareng

Kurator Mark Joyce mengatakan, karya-karya yang dipamerkan menyoroti ketegangan antara tradisi dan modernitas, serta pengalaman hidup di Irlandia. Lain dari itu, dia juga memlih senarai karya dinamis untuk mempertontonkan evolusi dan keanekaragaman seni rupa Irlandia.  

"Termasuk menelusuri lanskap sosial dan budaya Irlandia kontemporer, di mana identitas yang saling bersinggungan membentuk topografi dinamis," kata Mark Joyce dalam keterangan tertulis.

Selaras, kurator dari ISA Art Gallery, Kenenza Michiko mengatakan, pameran ini menghadirkan konteks urban maupun rural, individu maupun kolektif; dari pulau-pulau terpencil di Atlantik hingga denyut energi kota Dublin dalam berbagai narasi.

Berbeda dari sebelumnya, pameran ini justru menyoroti Irlandia bukan sebagai entitas yang statis, melainkan sebagai sebuah entitas yang hidup—terus berkembang dan dibentuk oleh perubahan sosial serta lingkungan, baik dari migrasi hingga kompleksitas globalisasi.

"Para seniman ini juga memiliki sudut pandang unuk tentang bagaimana komunitas di Irandia saat ini bekerja, serta bagaimana keseharian masyarakat di sana berlangsung," katanya saat press tour pada Senin, (17/3/25).
 

aha

Seorang pengunjung menikmati pameran Ireland's Eye di WTC Jakarta, Senin (17/3/25). (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)


Menurut Kenenza, sepanjang sejarahnya, Irlandia telah menjadi tanah dengan batas-batas yang berpori—baik secara politik, geografis, maupun psikologis. hal ini misalanya terejawantah dalam karya bideo The Fine Line dari Mary Sullivan.

Berdurasi sekitar 5 menit, karya ini merangkai pola-pola kehidupan di wilayah pinggiran Irlandia dengan subtil tetapi mendalam. Sullivan juga merefleksikan keberadaan perempuan yang sekaligus menjadi tukang punggung di komunitas tersebut. 

Dalamm karyanya, Sullivan melakukan aktivitas memancing dengan tali pancing—yang penuh ketelitian, kesabaran, dan repetisi. Menurut Kenenza, ini menjadi alegori kuat bagi gaya hidup yang kian tergerus tetapi tetap tertanam dalam kesadaran budaya. 

"Karya Sullivan berbicara tentang sejarah panjang kerja perempuan di Irlandia—generasi ibu, pekerja, dan perawat yang kontribusinya jarang tercatat dalam sejarah resmi," imbuhnya.

Lain lagi karya Isobel McCarthy, yang mengeksplorasi lapisan-lapisan ingatan personal dan kolektif, lewat karya bertajuk A Reminder for The Swan (Cyanotype toned in yerba mated, 900 cm X 125 cm, 2024) yang mengimak seekor angsa di depan pintu.

Karya ini seolah ingin menggali sisa-sisa kehidupan sehari-hari. Termasuk menghadirkan objek, tekstur, dan ritual domestik guna membangun ruang yang berayun antara keintiman dan ketidaklaziman. Palet yang dihadirkan juga tampil dengan warna monokrom.

Menurut Kenenza, sebagai sebuah bangsa yang muncul dari bayang-bayang kolonialisme, Irlandia telah melewati siklus pergolakan, dab penemuan kembali identitasnya. Namun, lukayang ditinggalkan oleh emigrasi paksa, dan gejolak politik tetap terukir di lanskapnya.

 

karya bertajuk Seanachas, dari seniman Aaron Sunderland Carey.

karya bertajuk Seanachas, dari seniman Aaron Sunderland Carey. (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)
 

Refleksi tersebut juga hadir dalam karya bertajuk Seanachas, dari seniman Aaron Sunderland Carey. Terdiri dari 8 panel lukisan tentang komunitas marginal yang menghadapi pengabaian sistemik dan siklus kemiskinan yang turun-temurun di Irlandia.

Baca juga: Sajian Artistik Agus Suwage dalam Pameran Fragmen di Nadi Gallery

Carey memiliki latar belakang pendidikan S2 dalam seni dan aksi sosial. Praktik seninya dalam penggunaan beragam media memantik empati dan pemahaman seputar isu sosial. Dalam karya ini dia juga berkolaborasi dengan komunitas akar rumput di Ballymun.

"Karya ini terasa sederhana tetapi menggugah, menangkap perjuangan tak kasatmata orang-orang yang tinggal di Ballymun dalam menghadapi masyarakat yang tidak menawarkan banyak jaminan akan rasa memiliki," kata Kenenza.
 

SEBELUMNYA

Kronologi Pengangkatan CASN 2024 Sempat Ditunda hingga Resmi Dipercepat

BERIKUTNYA

Menelusuri Sejarah Lewat Pameran Filateli Buitenzorg Pada Sekeping Kartu Pos

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: