Penikmat Seni Merapat, Ekshibisi Ireland's Eye Kembali Dihelat di WTC Jakarta
19 March 2024 |
19:45 WIB
Kabar gembira buat para penikmat seni rupa di Jakarta. Kedutaan Besar Irlandia di Indonesia dan ISA Art Gallery kembali menggelar pameran Ireland's Eye dalam rangka merayakan St. Patrick’s Day. Dihelat di lobi World Trade Center 2 Jakarta, pameran ini berlangsung sampai dengan 12 April 2024.
Menjadi acara perhelatan ketiga, tahun ini terdapat lima perupa yang turut memacak karya-karyanya dalam pameran tersebut. Mereka di antaranya seniman Patryk Gizicki, Katerina Gribkoff, Ethan McGarry, Asha Murray, dan Jan O'Connell yang mengeksplorasi berbagai ragam media untuk ditampilkan pada publik seni.
Baca juga: Mengungkai Isu Lingkungan & Konsumerisme di Pameran Biophilia Shattering Illusion
Masih sama seperti tahun sebelumnya, ekshibisi Ireland's Eye secara umum juga masih mengeksplorasi mengenai hubungan seni dengan alam. Kendati begitu, yang cukup menonjol dalam pameran terbaru ini adalah hubungan yang mendalam antara praktik yang digagas oleh para seniman dalam menyoal kelindan isu ekologi.
Hal itu misalnya, terefleksi lewat karya fotografi dari seniman Jan O'Connell yang menghadirkan karya fotografi berjudul Pillars of Survival (photograph on smooth cotton rag, 150x150 cm, 2023). Lewat karya tersebut sang seniman menampilkan foto bebatuan karang yang dipotret apa adanya, yang justru memberi nuansa estetika yang unik.
Tak hanya itu, hadirnya karang yang menjulang itu juga seolah merepresentasikan bagaimana kekuatan alam mampu memberikan visual yang autentik.
Menurut sang seniman, batu-batuan tersebut mewakili kelompok marginal, yang keberadaannya, baik disengaja maupun tidak telah dipisahkan dari norma-norma arus utama yang saat ini terjadi hampir di penjuru bumi.
"Bebatuan itu juga merepresentasikan pilar keberlangsungan hidup saya, lambang ketahanan, dan penjaga keberanian yang dibangun di pantai untuk mengingatkan kita akan jalan baru [dari masa depan seni]," katanya dalam catatan karya.
Tema praktik kesenian yang selaras dengan alam juga terefleksi dalam karya Katerina Gribkoff lewat karya berjudul Paper Quilt with Plant Inks (paper, natural ink, thread, 156x260 cm, 2024). Membuat kolase dari kumpulan kertas yang diberi pewarna alam, sang seniman seperti mengimak lukisan abstrak yang terdiri dari beragam palet dalam arsitektur modern.
Uniknya, dalam mewarnai kertas-kertas berbentuk persegi panjang itu, sang seniman tetap menggunakan berbagai macam tanaman yang tumbuh di kebunnya untuk membuat berbagai macam tinta pewarna dan pigmen. Bahkan pada proyek terbarunya, dia juga membuat sebuah manual untuk tim ISA Art cara membuat tinta dari tanaman-tanaman lokal di Indonesia.
"Kolase ini memang dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai proses pembuatan tinta dari tumbuhan. Seperti kunyit, telang (klitoria), kayu secang, manggis, kayu putih, dan sebagainya," katanya.
Isu yang cukup berbeda juga dinarasikan Ethan McGarry lewat video art berjudul In Between, We Navigate (variable dimension, 2023). Berdurasi sekitar lima menit karya ini merupakan potongan video 3D tersirat yang membandingkan perbedaan antara gambaran harapan dan aspirasi dengan realita yang dilebih-lebihkan.
Adapun, dua proyeksi itu diputar dalam dua layar yang berbeda, sehingga meminta publik untuk mencurahkan fokus perhatian di antara dua layar yang kontras. Tak hanya itu, bentuk visual yang berbeda juga menampilkan fluktuasi hingga kontras yang cukup emosional bagi publik yang menikmatinya.
Asisten Project Manager ISA Art Gallery, Ningtyas Benita mengatakan, kelima seniman tersebut memang mengeksplorasi isu-isu seperti perubahan iklim dan globalisasi dalam pameran ini. Tak hanya itu, mereka juga meneroka soal ketimpangan sosial, hingga perihal perubahan teknologi yang dilihat dari perspektif Irlandia, sebuah negara pulau yang diapit oleh benua Eropa dan Amerika.
Baca juga: Cek 5 Karya Unik Pameran Common Sanctum Bunga Yuridespita di Galeri Salihara
"Irlandia saat ini memang tengah menghadapi pergeseran generasi yang pesat. Tak hanya itu, para seniman muda saat ini juga sedang merestrukturisasi tradisi budaya dan ekspresi khas pulau itu ke dalam bentuk-bentuk yang baru," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Menjadi acara perhelatan ketiga, tahun ini terdapat lima perupa yang turut memacak karya-karyanya dalam pameran tersebut. Mereka di antaranya seniman Patryk Gizicki, Katerina Gribkoff, Ethan McGarry, Asha Murray, dan Jan O'Connell yang mengeksplorasi berbagai ragam media untuk ditampilkan pada publik seni.
Baca juga: Mengungkai Isu Lingkungan & Konsumerisme di Pameran Biophilia Shattering Illusion
Masih sama seperti tahun sebelumnya, ekshibisi Ireland's Eye secara umum juga masih mengeksplorasi mengenai hubungan seni dengan alam. Kendati begitu, yang cukup menonjol dalam pameran terbaru ini adalah hubungan yang mendalam antara praktik yang digagas oleh para seniman dalam menyoal kelindan isu ekologi.
Hal itu misalnya, terefleksi lewat karya fotografi dari seniman Jan O'Connell yang menghadirkan karya fotografi berjudul Pillars of Survival (photograph on smooth cotton rag, 150x150 cm, 2023). Lewat karya tersebut sang seniman menampilkan foto bebatuan karang yang dipotret apa adanya, yang justru memberi nuansa estetika yang unik.
Tak hanya itu, hadirnya karang yang menjulang itu juga seolah merepresentasikan bagaimana kekuatan alam mampu memberikan visual yang autentik.
Menurut sang seniman, batu-batuan tersebut mewakili kelompok marginal, yang keberadaannya, baik disengaja maupun tidak telah dipisahkan dari norma-norma arus utama yang saat ini terjadi hampir di penjuru bumi.
"Bebatuan itu juga merepresentasikan pilar keberlangsungan hidup saya, lambang ketahanan, dan penjaga keberanian yang dibangun di pantai untuk mengingatkan kita akan jalan baru [dari masa depan seni]," katanya dalam catatan karya.
Karya fotografi berjudul Pillars of Survival dari seniman Jan O'Connell (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Uniknya, dalam mewarnai kertas-kertas berbentuk persegi panjang itu, sang seniman tetap menggunakan berbagai macam tanaman yang tumbuh di kebunnya untuk membuat berbagai macam tinta pewarna dan pigmen. Bahkan pada proyek terbarunya, dia juga membuat sebuah manual untuk tim ISA Art cara membuat tinta dari tanaman-tanaman lokal di Indonesia.
"Kolase ini memang dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai proses pembuatan tinta dari tumbuhan. Seperti kunyit, telang (klitoria), kayu secang, manggis, kayu putih, dan sebagainya," katanya.
Isu yang cukup berbeda juga dinarasikan Ethan McGarry lewat video art berjudul In Between, We Navigate (variable dimension, 2023). Berdurasi sekitar lima menit karya ini merupakan potongan video 3D tersirat yang membandingkan perbedaan antara gambaran harapan dan aspirasi dengan realita yang dilebih-lebihkan.
karya Katerina Gribkoff berjudul Paper Quilt with Plant Inks (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Adapun, dua proyeksi itu diputar dalam dua layar yang berbeda, sehingga meminta publik untuk mencurahkan fokus perhatian di antara dua layar yang kontras. Tak hanya itu, bentuk visual yang berbeda juga menampilkan fluktuasi hingga kontras yang cukup emosional bagi publik yang menikmatinya.
Asisten Project Manager ISA Art Gallery, Ningtyas Benita mengatakan, kelima seniman tersebut memang mengeksplorasi isu-isu seperti perubahan iklim dan globalisasi dalam pameran ini. Tak hanya itu, mereka juga meneroka soal ketimpangan sosial, hingga perihal perubahan teknologi yang dilihat dari perspektif Irlandia, sebuah negara pulau yang diapit oleh benua Eropa dan Amerika.
Baca juga: Cek 5 Karya Unik Pameran Common Sanctum Bunga Yuridespita di Galeri Salihara
"Irlandia saat ini memang tengah menghadapi pergeseran generasi yang pesat. Tak hanya itu, para seniman muda saat ini juga sedang merestrukturisasi tradisi budaya dan ekspresi khas pulau itu ke dalam bentuk-bentuk yang baru," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.