Perilaku finansial kelas menengah di Indonesia cukup positif. (Sumber gambar: Towfiqu B/Unsplash)

Survei: Enggan Berutang, Kelas Menengah Lebih Andalkan Tabungan

18 February 2025   |   22:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Perilaku finansial kelas menengah di Indonesia cukup positif. Hal ini terungkap dalam hasil survei Katadata Insight Center (KIC) yang dirilis hari ini, Selasa (18/2/2025). Laporan itu menemukan bahwa sebagian besar kelas menengah di Indonesia mampu menghindari pinjaman/utang, dan lebih memilih memakai tabungan untuk bertahan hidup.

Hasil survei yang melibatkan 472 responden itu menyebutkan bahwa sebanyak 70 persen kelas menengah di Indonesia telah melakukan perencanaan keuangan. 1 dari 2 responden sudah memisahkan uang untuk tagihan dan keperluan sehari-hari. Bahkan, 40 persen dari mereka mencatat pengeluaran mereka. 

"Kebiasaan-kebiasaan ini merupakan indikator penting dari perilaku finansial yang sehat dan menunjukkan adanya upaya yang kuat untuk menjaga keamanan finansial," demikian tulis laporan hasil survei tersebut. 

Baca juga: Kiat Menyiasati Utang yang Menumpuk

Perilaku positif itu juga tercermin saat kelas menengah mengalami pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Menurut survei tersebut, sebanyak 70 persen kelas menengah di Indonesia mengaku pernah mengalami situasi ketika pengeluaran lebih besar dari pendapatan mereka. 

Dalam menghadapi situasi tersebut, mayoritas atau sebanyak 76,3 persen responden memilih untuk menggunakan tabungan mereka, sementara hanya sebagian kecil atau 15 persen dari mereka yang memilih opsi pinjaman berbunga.

"Perilaku ini menunjukkan pengelolaan keuangan yang tergolong baik karena kelas menengah cenderung menghindari utang, dan lebih mengandalkan cadangan keuangan pribadi untuk menutupi kekurangan," demikian tulis laporan tersebut.

Lebih lanjut, laporan itu juga menyatakan bahwa pengeluaran kelas menengah Indonesia sudah menunjukkan kecenderungan yang cukup baik dan bijak dalam pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, kesulitan mereka untuk naik kelas ekonomi tidak sepenuhnya dapat disalahkan pada perilaku finansialnya.

"Faktor eksternal seperti tekanan ekonomi, inflasi dan kenaikan biaya hidup kemungkinan sangat berpengaruh dalam membatasi kemampuan mereka untuk berkembang secara ekonomi," tulis KIC.

Hal ini juga diperkuat dengan temuan bahwa kelas menengah secara umum atau 19,3 persen responden telah mengalokasikan penghasilannya untuk tabungan. Sebagian besar atau 63,1 persen dari mereka berencana menggunakan tabungan tersebut sebagai dana darurat.

Meskipun, alokasi untuk tujuan jangka panjang atau perencanaan masa depan masih relatif rendah yakni kurang dari 40 persen. Hal ini dapat menunjukkan bahwa perencanaan keuangan jangka panjang belum menjadi prioritas utama dan perlu diupayakan perubahan secara bertahap. 

Baca juga: Rawan Pengaruhi Kesehatan Finansial, Psikolog Ingatkan Tetap Bijak Gunakan Fitur Paylater 
 

Pekerjaan Tambahan/Sampingan

Di sisi lain, demi memenuhi biaya hidup, kelas menengah di Indonesia menjalankan pekerjaan sampingan atau side hustle. Berdasarkan survei KIC, hampir 50 persen masyarakat di segmen ini memiliki pekerjaan sampingan. Persentase ini juga terdistribusi cukup merata di antara kelompok umur yakni Gen X, Milenial, dan Gen Z. 

Alasan utama kelas menengah memiliki pekerjaan tambahan/sampingan didominasi oleh faktor ekonomi, bukan karena dorongan minat pribadi (passion). Tiga alasan utama yang melatarbelakangi mereka menekuni pekerjaan sampingan yakni untuk menambah pendapatan (70,6 persen), meningkatkan tabungan (42,2 persen), dan mencapai tujuan finansial (30,7 persen).

Sementara itu, alasan nonfinansial yang berkaitan dengan minat dan bakat hanya menjadi faktor pendorong bagi kurang dari 30 persen responden. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan tambahan/sampingan kemungkinan besar adalah respons terhadap tekanan ekonomi, bukan sekadar pilihan gaya hidup.

Lebih lanjut, mayoritas kelas menengah yang sudah memiliki pekerjaan tambahan/sampingan berencana untuk terus menjalankannya pada masa mendatang, setidaknya dalam 5 tahun ke depan sebagaimana diakui oleh 92,7 persen responden.

KIC menyebut hal ini mencerminkan bahwa pekerjaan tambahan/sampingan telah menjadi salah satu strategi utama-bahkan mungkin sebuah kebutuhan-bagi kelas menengah untuk bertahan dan meningkatkan kesejahteraan di tengah kondisi ekonomi yang menantang.

"Fenomena ini menggarisbawahi pentingnya pendapatan tambahan maupun diversifikasi sumber penghasilan sebagai elemen penting dalam kehidupan finansial kelas menengah di Indonesia," pernyataan KIC. 

Baca juga: Soft Saving Jadi Rencana Finansial Gen Z yang Coba Imbangi Gaya Hidup dan Menabung

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

10 Kota Layak Huni di Dunia, Wina Austria sampai Auckland Selandia Baru

BERIKUTNYA

Dorong Data Terpadu & Digitalisasi Asuransi, Pemerintah Berencana Kembangkan Health Index

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: