Ilustrasi keuangan (Sumber gambar: Christiann Koepke/Unsplash)

Rawan Pengaruhi Kesehatan Finansial, Psikolog Ingatkan Tetap Bijak Gunakan Fitur Paylater

13 February 2025   |   20:30 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Layanan paylater kini menjadi salah satu solusi keuangan yang makin populer di Indonesia utamanya di kalangan generasi muda. Paylater memungkinkan penggunanya untuk membeli barang atau jasa dengan cara mencicil tanpa harus membayar di awal.
 
Namun, meski kemudahan yang ditawarkan sangat menarik, fenomena ini tak jarang mendapat pandangan negatif.  Di satu sisi, ada yang menyebut penggunaan paylater sebagai pintu menuju perilaku konsumtif berlebihan. Akan tetapi di sisi lain, ada pula yang melihatnya sebagai solusi finansial yang praktis dan menguntungkan.

Baca juga: OJK Siapkan Aturan Batas Usia dan Minimal Gaji Bagi Pengguna Paylater
 
Meskipun banyak yang menikmati kemudahan penggunaan paylater, ada kekhawatiran yang melingkupi layanan ini terutama terkait dengan kebiasaan pengguna dalam mengelola keuangan. Satu hal yang sering ditekankan adalah potensi kecenderungan untuk berbelanja tanpa kontrol. Ketika pembayaran bisa ditunda, banyak orang merasa dapat membeli lebih banyak barang daripada yang seharusnya mereka beli tanpa mempertimbangkan dampaknya pada kondisi keuangan mereka.
 
Kekhawatiran lainnya adalah risiko keterlambatan pembayaran yang bisa berujung pada denda atau bunga yang tinggi. Apabila pengguna tidak bijak dalam mengatur keuangan dan gagal melakukan pembayaran tepat waktu, mereka bisa terjerat utang yang berlebihan. Hal ini bisa memperburuk masalah finansial pribadi mereka, apalagi jika tidak dilengkapi dengan pemahaman yang cukup mengenai cara kerja paylater.
 
Namun, meskipun ada sisi negatifnya, paylater juga membawa sejumlah manfaat. SVP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari menyebut, paylater memiliki peran penting sebagai solusi finansial yang dapat memberikan akses kredit yang lebih mudah, cepat, dan terjangkau.
 
Manfaat ini terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan yang menunjukkan bahwa penggunaan paylater di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan pembiayaan paylater oleh perusahaan pembiayaan meningkat sebesar 63,89% pada Oktober 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menggambarkan tingginya permintaan masyarakat akan akses kredit, terutama di kalangan generasi muda yang cenderung belum memiliki riwayat kredit sebelumnya.
 
Namun di balik sisi kontra paylater, Indina mengatakan bahwa menjadi tanggung jawab perusahaan layanan paylater juga untuk memastikan layanan ini tetap digunakan secara bijak. Indina menjelaskan, Kredivo juga terjun dalam mengedukasi pengguna agar mereka dapat memanfaatkan paylater dengan bijak dan bertanggung jawab melalui berbagai kampanye agar generasi muda dapat mengelola keuangan yang tetap sehat. “Kami ingin membangun pola pikir pengelolaan keuangan yang sehat pada generasi muda, sehingga mereka dapat menggunakan paylater secara bijak,” katanya.
 
Pentingnya edukasi ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebab, dengan pemahaman yang baik mengenai risiko dan manfaat paylater, pengguna dapat menghindari jebakan utang berlebih dan dapat memanfaatkan layanan ini untuk mendukung kebutuhan finansial mereka secara bijak.
 
Indina mengatakan, salah satu cara Kredivo memastikan penggunaan paylater tetap sehat adalah dengan menerapkan prinsip responsible lending. Dengan menggunakan teknologi untuk memprediksi tingkat kelayakan kredit seseorang ini, Kredivo memberikan limit kredit yang proporsional dengan kemampuan bayar pengguna. Hal ini turut menjaga ekosistem kredit agar tetap sehat dan bertanggung jawab serta mengurangi kemungkinan terjadinya gagal bayar.
 
Kredivo juga berhasil mempertahankan tingkat Non-Performing Loan (NPL) yang berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yang menunjukkan manajemen risiko yang efektif dalam menjalankan bisnis paylater ini.  “Kami berkomitmen untuk memastikan penggunaan paylater Kredivo tetap sehat dan memberikan dampak optimal bagi para pengguna,” katanya.
 

Pengaruh Psikologis

Ilustrasi keuangan (Sumber gambar: Christiann Koepke/Unsplash)

Ilustrasi keuangan (Sumber gambar: Christiann Koepke/Unsplash)


Kepraktisan dan kemudahan dalam bertransaksi tanpa perlu membayar langsung sukses memikat banyak generasi muda. Namun, selain soal kekhawatiran mengenai dampak finansial, penggunaan paylater juga digadang  dapat mempengaruhi kesehatan mental penggunanya.
 
Dari sudut pandang psikologis, penggunaan paylater sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kecemasan dan stres. Ketika seseorang menggunakan paylater, mereka sering kali merasa seolah-olah membeli barang atau layanan tanpa beban. Padahal nantinya mereka harus mengembalikan uang tersebut. Penggunaan yang tidak bijak atau didorong oleh alasan emosional seperti rasa ingin memiliki sesuatu dengan cepat atau tekanan sosial ini dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan mental.
 
Psikolog Klinis Disya Arinda mengungkapkan, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa kesehatan mental merupakan aspek yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan yang sehat termasuk ketika menggunakan paylater. “Penggunaan paylater dapat memberikan manfaat yang signifikan dan memberikan peace of mind jika didorong oleh motivasi positif, seperti mengelola arus kas atau memenuhi kebutuhan penting,” kata Disya. Namun, Disya memperingatkan sebaliknya, jika motivasinya dipicu oleh tren fear of missing (FOMO)  atau you only live once(YOLO), maka risiko kecemasan dan stres pun akan meningkat.
 
Kecemasan ini biasanya muncul ketika seseorang merasa tertekan untuk memenuhi keinginan atau standar yang ditunjukkan oleh media sosial. Selain itu, bisa aja kecemasan muncul saat merasa membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya untuk mengikuti tren. Hal ini dapat memicu perasaan tidak cukup, membebani mental, dan bahkan menambah stres.
 
Jika melihat sisi positif, ketika motivasi di balik penggunaan paylater adalah untuk tujuan yang konstruktif seperti mengelola arus kas atau memenuhi kebutuhan penting, maka layanan ini dapat memberikan dampak yang menenangkan pikiran. Dengan memberikan kesempatan untuk membeli barang atau membayar layanan dengan cara mencicil, paylater memberi kebebasan finansial sementara dan memungkinkan penggunanya merasa lebih terorganisir secara keuangan.
 
Penggunaan paylater dapat membantu seseorang merasa lebih tenang dan terkendali. Sebab, mereka memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan pembayaran tanpa harus langsung menguras tabungan atau menghadapi kesulitan finansial. Ini tentu saja berdampak baik bagi kesehatan mental karena dapat mengurangi tekanan finansial yang sering kali menjadi penyebab stres.
 
Salah satu hal yang perlu ditekankan dalam penggunaan paylater adalah pentingnya mindset yang sehat. Disya menekankan bahwa penggunaan paylater bukanlah penyebab utama dari gaya hidup konsumtif yang sering kali dikaitkan dengan generasi muda. Menurutnya, pola hidup konsumtif dan doom spending dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk penggunaan sosial media. Sehingga, tanpa hadirnya akses keuangan seperti paylater, pinjaman digital, atau kartu kredit pun, generasi muda ini juga tetap dapat hidup boros. “Kuncinya berada pada mindset dalam penggunaan uang, agar paylater digunakan sesuai tujuannya yaitu sebagai alat pembayaran yang mendukung pengelolaan keuangan,” katanya.
 
Disya melanjutkan, pola pikir yang benar sangat penting dalam menghindari konsumsi berlebihan dan memastikan bahwa penggunaan paylater tidak berubah menjadi kebiasaan yang merugikan. Jika paylater digunakan dengan tujuan yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan, maka pengguna dapat merencanakan keuangan mereka lebih baik tanpa terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang berlebihan.
 
Selain itu, Disya juga menyoroti pengaruh sosial media terhadap perilaku konsumtif. Saat ini, banyak individu terutama generasi muda yang terpapar oleh gaya hidup yang terlihat mewah dan konsumtif melalui platform sosial media. Hal ini seringkali memicu keinginan untuk membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan demi memenuhi ekspektasi diri atau mengikuti tren yang sedang berkembang.
 
Penting untuk diingat bahwa tanpa adanya akses ke paylater atau produk keuangan lainnya, kecenderungan gaya hidup konsumtif ini tetap bisa terjadi. Oleh karena itu, edukasi mengenai pengelolaan keuangan yang sehat menjadi kunci utama.

Penggunaan paylater yang bijak dapat menjadi salah satu alat yang membantu mengatur keuangan dengan lebih baik, asalkan digunakan dengan niat yang benar. “Maka penting bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan mental, baik sebelum maupun setelah menggunakan paylater, guna menghindari motivasi dan dampak negatif dalam penggunaannya,” tutupnya.

Baca juga: Gen Z Catat, Ini 4 Langkah Terhindar dari Jeratan Pinjol & Paylater

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Alice in Borderland Kembali! Arisu & Usagi Hadapi Babak Terakhir?

BERIKUTNYA

Tren Hidup Sehat Meningkat, Bisnis Healthy Food Makin Ramai

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: