Sejumlah karya yang dipacak dalam pameran Baru, Baru di Rubanah Underground Jakarta (sumber gambar: Dokumentasi Rubanah/M. Revaldi)

Mewaspadai Sejarah yang Berulang di Pameran Rubanah Underground Jakarta

15 February 2025   |   07:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Apa hubungan antara karya seni dan kehidupan bermasyarakat. Seberapa jauh seni mampu membedah, atau mungkin dalam tataran terendahnya mengajukan serta memantik pertanyaan-pertanyaan terhadap situasi hari ini yang kian centang perenang?

Lintasan premis dan pertanyaan di muka, mungkin akan melesat dalam benak, saat kita memasuki Rubanah Underground. Salah satu galeri kontemporer di Jakarta itu, belum lama ini membuka pameran grup dari para seniman Indonesia dengan mengusung tajuk BARU,BARU. 

Baca juga: Bawa Tema Akulturasi, Karya Eldwin Pradipta Nangkring di Pameran Kongsi Museum Nasional

Sejumlah karya seniman senior, tak hanya dari Indonesia dikumpulkan. Mereka di antaranya adalah Agus Suwage, Arahmaiani, Tisna Sanjaya, Mella Jaarsma dan Riar Rizaldi. Ada pula Koken Ergun, Loranitha Theo, Ary Jimged Sendy with Cesar Augusto, dan Nadiah Bamadhaj.

Tak ada karya baru memang dalam pameran ini. Namun, di situlah justru letak kekuatannya. Para seniman dengan senarai karya, baik video art, lukisan, hingga karya foto seperti hendak meledek, bahwa kita adalah bangsa pelupa, atau mungkin tak pernah belajar dari sejarah.

Memasuki galeri bawah tanah ini, Genhype akan disambut nuansa remang. Sumber cahaya hanya dari sejumlah layar yang ditembaki proyektor. Sesekali suara video mengalun. Namun, yang jelas tertangkap hanyalah suasana sunyi. Seperti sejarah yang gelap dan terus berulang.

Adapun, untuk memudahkan ulasan 11 karya dalam pameran ini akan dimulai berdasarkan karya terlama tahun pembuatan serta terbaru. Pertama karya Arahmaiani bertajuk Kecelakaan (1980), dan selanjutnya karya Riar Rizaldi bertajuk Kasiterit (2019). 
 

karya Arahmaiani bertajuk Kecelakaan (1980) da

Karya Arahmaiani bertajuk Kecelakaan (1980)  dalam pameran Baru, Baru Rubanah Underground Jakarta (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Pada karya terlama, Genhype akan disuguhi sejumlah foto dokumentasi saat sang seniman membuat aksi performance di Bandung, untuk memprotes tingginya angka kecelakaan akibat balap liar. Total, terdapat 5 karya yang dipacak, di mana salah satunya Arahmaiani mengambil foto reka ulang kecelakaan.

Namun, entah karena bangsa kita tak pernah belajar dari sejarah, kasus kecelakaan akibat balap liar sepertinya terus saja berulang. Momen rekaman dari kecelakaan ini juga masih sering berseliweran di medsos, yang mayoritas dilakukan oleh remaja, baik di jalanan ibukota hingga kampung-kampung.

Beranjak ke karya kedua, kita akan bertemu buah tangan Riar Rizaldi yang direkam di Pulau Bangka. Premis dari video ini cukup unik, yakni munculnya kecerdasan buatan (AI) yang menelusuri asal-usulnya. AI yang memiliki rasa keingintahuan untuk menelusuri akar, yang dinarasikan layaknya sebuah puisi.

Tak dimungkiri, AI tak akan lahir tanpa adanya timah. Senyawa kimia ini adalah fondasi utama semua peralatan elektronik dan layar digital di dunia. Faktanya, sepertiga pasokan timah di dunia diekstraksi di Bangka. Dan makhluk bernama AI itu menelusuri lorong waktu untuk ke sana.
 

Seprang pengunjung menyomak video instalasi karya Riar Rizaldi bertajuk

Seorang pengunjung menyimak video instalasi karya Riar Rizaldi bertajuk Kasiterit (2019) dalam pameran Baru, Baru di Rubanah Underground Jakarta (sumber gambar: Dokumentasi Rubanah/M. Revaldi)


Menggunakan teknik video dokumenter, Riar seperti sedang membuat nubuat. Limbah elektronik akan membludak memenuhi bumi. Karya 2019 ini juga seperti jadi titik awal sang seniman sebelum menghasilkan video lain dengan tema sama pada 2023, yakni Fossilis. Sebuah gambaran Neraka Hijau dari sampah elektronik.

Baca juga: Menikmati Visual Seni Masa Depan di Pameran Pemenang The 5th VH Award 2024

Keunikan dari instalasi video ini adalah memadukan suara AI, dan Natasha Tontey -sebagai persona perempuan- yang menelusuri asal-usul material timah. Kedua karakter ini menarasikan keberadaan timah di Pulau Bangka, baik dari perspektif antropologi, geopolitik, filsafat waktu, hingga tibanya era otomatisasi.

"Orang-orang menganggap kecerdasan buatan seolah-olah muncul begitu saja. Padahal dia membutuhkan material yang sebagian besar esensinya berasal dari pulau kecil ini (Bangka) yang bahkan tidak banyak orang Indonesia kenal," katanya.


Dejavu Sejarah

Selain dua karya di muka, kita juga akan bertemu sejumlah karya lain yang juga menohok. Salah satunya bertajuk Aku Ingin Hidup Seribu Tahun Lagi (King Liar) karya dari Agus Suwage. Lukisan bertitimangsa 2008 ini mengimak wajah presiden RI ke-2, yakni Soeharto yang sedang merokok.

Dari judul, sepertinya sang seniman terinspirasi bait puisi Chairil Anwar bertajuk 'Aku'. Karya ini, kemungkinan besar adalah bagian dari 100 seri tokoh yang dibuat Agus Suwage saat memperingati usia 50 tahun dan menggelar pameran di Jogja National Museum pada 2009.

Ada semacam satir di sana. Khususnya saat direfleksikan pada situasi hari ini. Munculnya gejala otoritarianisme, dwifungsi ABRI, hingga senarai persoalan lain yang mengemuka dalam tataran kehidupan sosial kita. Mulai dari penggusuran, hingga makin tergencetnya akar rumput.

"Karya itu sebenarnya seri saya tentang tokoh-tokoh ikonik yang terinspirasi dari Chairil Anwar. Karya bergambar Soeharto itu sebenarnya hadiah untuk kurator pameran saya waktu itu, yakni Enin Supriyanto," katanya. 

Satu karya lain yang juga beririsan dengan karya Agus adalah buah tangan Nadiah Bamadhaj. Bertajuk Terpesona dengan Kegelisahan, karya video ini dibuat pada 2022. Isinya adalah bentuk slow motion dari kelimun tentara yang berajojing untuk menyemangati diri.

Dalam pembuatan video ini, Nadiah memang berkolaborasi dengan pasukan Garuda Merah dari Batalyon Infanteri 403 Yogyakarta yang tampil dengan lagu populer ‘Terpersona’. Namun, yang menarik dari setiap pameran seni adalah hadirnya sebuah asosiasi alias keterkaitan objek.
 

Karya Nadiah Bamadhaj bertajuk Terpesona dengan Kegelisahan

Karya Nadiah Bamadhaj bertajuk Terpesona dengan Kegelisahan dalam pameran Baru, Baru di Rubanah Underground Jakarta (sumber gambar: Dokumentasi Rubanah/M. Revaldi)


Kiwari, dejavu dwifungsi ABRI seolah makin terasa di Indonesia. Belum lama ini misal, Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk TNI aktif, yakni Mayjen Novi Helmy Prasetya untuk menjabat sebagai Direktur Utama Badan Urusan Logistik alias Bulog.

Baca juga: Menyimak Ragam Eksplorasi Perupa di Pameran Revisiting Art:1 New Museum Jakarta

Padahal, penunjukan TNI aktif di jabatan sipil dianggap menabrak Undang-undang. Momen ini juga bertentangan dengan prinsip demokrasi, serta mencederai Reformasi. Lantas, apa kabar Reformasi setelah berusia 27 tahun. Apakah ia akan mati muda seperti gambar tokoh Chairil Anwar yang dibuat Agus Suwage.

Kurator Grace Samboh mengatakan, pameran ini ingin menelisik pertanyaan mengenai kemungkinan  jangkauan karya seni, kerja seni, dan peran pekerja seni dalam kehidupan berwarga, bermasyarakat, dan berkemanusiaan. Termasuk pertanyaan tentang kelas [sosial], wawasan politik, serta penumpulan intelektualitas secara sistemik.

"Selain pameran keliling, kami juga berniat untuk menjamu diskusi, seminar, simposium, apapun namanya yang mempercakapkan kondisi demokrasi terkini dengan kesadaran serta kepedulian sejarah dan kemanusiaan yang tepat guna dalam ruang kehadiran dan keberadaannya," imbuh Grace.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Brian Khrisna Punya Alasan Menulis Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

BERIKUTNYA

Jisoo BLACKPINK Kasih Kejutan Valentine lewat Album Solo Baru AMORTAGE

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: