Sejumlah karya yang dipamerkan di Art:1 New Museum dalam seteleng bertajuk Revisting (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Menyimak Ragam Eksplorasi Perupa di Pameran Revisiting Art:1 New Museum Jakarta

06 February 2025   |   17:33 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Dalam ekosistem seni rupa, tidak banyak galeri yang memamerkan ulang karya-karya para seniman di pengujung atau awal tahun. Namun, peluang tersebut dilihat oleh Art:1 New  Museum, untuk kembali memacak ragam karya buah tangan seniman di Tanah Air, agar dilihat lagi oleh khalayak.

Tak tanggung-tanggung, total terdapat belasan seniman lintas generasi yang karyanya kembali dipacak di galeri seni kontemporer di kawasan Jakarta Pusat itu. Mengusung tajuk Revisiting 2024:  Year In Review, ekshibisi ini menampilkan sekitar puluhan karya seni rupa, baik 2 dan 3 dimensi.

Program Director Art:1 New Museum, Monica Gunawan mengatakan, pameran tersebut memang sengaja menampilkan koleksi khusus dari galerinya. Terutama, untuk menyajikan kembali highlight pada pameran-pameran yang sudah digelar sepanjang 2024.

Baca Juga: Pameran Arung di Can's Gallery: Saat Pulau Dewata Direfleksikan Lewat Karya Seni

Refleksi tersebut terejawantah dalam karya perupa Yawara Oky Rahmawati bertajuk Rahayu Semesta. Menggunakan kain perca, seniman asal Tulungagung, Jawa Timur itu, seperti menghadirkan kenangan lewat pilinan benang wol dan batik dengan cara yang unik.
 

Karya

Sejumlah karya  yang dipamerkan di Art:1 New Museum dalam seteleng bertajuk Revisting (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Alih-alih menjahit material dengan pola yang rapi, dia justru memasangnya secara acak di atas kanvas. Bahkan, sang seniman juga melubangi kanvas tersebut, sehingga menghasilkan dimensi ruang yang menembus batasan lukis yang tak terpaku pada 2 dimensi.

Karya ini, sepintas mengingatkan keindahan alam yang tak tepermanai. Dalam silang sengkarut benang dan perca, sang seniman berhasil menghadirkan visual layaknya lamun laut yang melambai saat terkena ombak, atau mungkin juga tumbuhan liar di belakang rumah.

"Retrospektif ini tidak hanya hadir semata-mata untuk merayakan keberhasilan pameran-pameran lalu, tapi juga menjadi suatu cara untuk merefleksikan sifat seni yang terus berkembang," katanya.

Lain dari itu ada juga karya dari Syamsul Arifin bertajuk Rekonstruksi 2. Menggunakan media cat fosfor di atas kanvas, seniman asal Kalimantan itu, menggambarkan sejumlah orangutan yang habitatnya makin tergerus oleh pembangunan, khususnya Ibukota Nusantara.

Dengan gaya realis, primata tersebut dilukis lewat raut yang murung di bawah pepohonan. Lukisan ini jadi semacam kritik sang seniman terhadap pembangunan yang tidak menghargai kehidupan liyan. Termasuk abai terhadap aspek keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

 

Augmented Reality


Seniman Bibiana Lee juga hadir dengan karya berbeda, yaitu lewat lukisan berjudul The Heritage. Menggunakan media campuran, dia menggambarkan motif bunga serunai dalam tradisi membatik. Uniknya, karya ini juga memiliki Augmented Reality (AR) yang dapat dipindai oleh pengunjung.

Saat dipindai, bunga-bunga di dalam lukisan tersebut akan bermunculan di telapak tangan. Menurut sang seniman  ini merupakan simbolisme estafet dari generasi tua ke yang muda untuk terus mengaktualisasikan tradisi membatik, yang kini mulai luntur, dan dilupakan generasi muda.

"AR merupakan teknologi yang terintegrasi antara dunia digital dan dunia nyata. Dalam pameran ini teknologi yang digunakan perupa juga dapat memberikan pengalaman estetis secara atraktif, imersif, imajinatif, sekaligus edukatif," katanya.
 

Sejumlah karya di Art:1 Museum dalam seteleng bertjuk Revisting (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Karya Vincent Wiranata bertajuk Blooming Joy (kiri)  di Art:1 New Museum dalam seteleng bertajuk Revisting (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
 

Ada pula karya Vincent Wiranata bertajuk Blooming Joy (string art, 80 cm, 2024). Menggunakan media benang, seniman ini berhasil membentuk pola desain yang rumit tapi menawan bergambar bulan purnama. Pola benang yang dililitkan juga menghasilkan gradasi warna yang unik.

Kurator Smita Parama mengatakan, ihwal dihelatnya pameran ini selain menyajikan presentasi mini dari setiap pemeran sebelumnya, juga untuk membaca seberapa jauh pihaknya memandang wacana seni rupa selama setahun terakhir, termasuk menghadirkan kembali esensi dan narasi dari tiap acara.

Menurutnya pameran ini adalah refleksi dari pameran sebelumnya sperti ‘Berpilin bagai Kelindan’ oleh Yawara Oky Rahmawati, ‘Are You a Peranakan?’ dari Bibiana Lee, hingga Community Program yang menghadirkan pendekatan kesenian segar serta penceritaan visual yang baru dari seniman muda.

"Tujuan dari pameran ini juga untuk menyatakan kembali komitmen kami dalam mengapresiasi seni. termasuk menguatkan reputasi pasar seni rupa serta mewadahi seniman-seniman Tanah Air yang penuh potensi agar bisa berkembang," katanya.

Baca Juga: Bermain dengan Data Ala Seniman Ryoji Ikeda di Pameran Scan.Tron.Flux.

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Hypeprofil Desainer Danny Satriadi, Proses Kreatif Merancang Cheongsam nan Kaya Filosofi Budaya

BERIKUTNYA

Fresh! SBS Umumkan Jadwal Tayang dan Daftar Pemain Taxi Driver 3

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: