Seniman Yuli Prayitno Merekam Bayangan Lewat Seteleng Long Exposure di Rubanah Underground Hub
31 October 2024 |
06:00 WIB
Seniman Yuli Prayitno sepertinya tak henti lelah untuk berkarya. Setelah bertahun-tahun menggeluti seni patung dan instalasi, perupa asal Bandung, Jawa barat itu, kini hadir dengan sepilihan lukisan bertajuk Long Exposure, di Rubanah Underground Hub, Jakarta pada 26 Oktober sampai 17 November 2024.
Seteleng ini menjadi debut Yuli Prayitno dalam memamerkan senarai lukisannya ke publik. Seniman jebolan Institut Seni Yogyakarta, itu pertama kali menggarap lukisannya pada 2021, bersama kelimun yang tergabung dalam Kantor Bersama Urusan Seni Rupa Jalanpulang (KBUSR Jalanpulang).
Baca juga: Ragam Ekspresi Kisah Panji dalam Pertunjukan Seni Tradisi & Kontemporer
Walakin, sesaat setelah memasuki galeri di gedung paling bawah Jakarta Art Hub, Genhype akan dibuat bertanya-tanya. Sebab, selain memacak lukisan, kita juga bersitatap dengan puluhan ketam kayu yang ditata sedemikian rupa oleh sang seniman. Ada pula, kursi kayu, troli, bonsai, dan garpu tanah.
Ragam pertanyaan pun bergulingan di kepala. Apa hubungan antara objek-objek tersebut dengan ekshibisi ini?
"Berbagai benda yang dihadirkan dalam pameran sebenarnya adalah alat bantu untuk menggambar. Ini juga merujuk pada seri berikutnya mengenai proyek terbaru yang masih aku kerjakan," kata Yuli.
Saat mata pengunjung beralih mengamati senarai lukisan Yuli, kita akan melihat pengimakan objek-objek tersebut dengan pola garis yang repetitif. Namun, di dalamnya juga terdapat gradasi, dan nuansa ruang ruang, laiknya kita sedang melihat karya-karya trimatra di atas sebidang kanvas.
Misalnya dalam karya bertajuk 1 Garis rekam 2 garis bantu 25102022.-7,850524,110.345417. Lukisan berdimensi 112 X 234 cm menggunakan medium akrilik di atas kanvas itu, mengimba bentuk kursi dengan gradasi yang memudar. Sementara itu, di latar belakangnya, dipenuhi palet kebiruan, yang menghasilkan warna kontras.
Selain sudut pandang estetika, yang menarik dari sepilihan lukisan Yuli adalah bagaimana sang seniman mengkomunikasikan bahasa rupanya ke publik sebagai suatu cara berpikir. Dalam karya di muka, dan karya lain, misalnya, Yuli Prayitno sebenarnya sedang melukis bayangan dari objek yang dilukis, serta menulis tanggal dimulai dan berakhirnya lukisan, plus titik koordinat lokasi.
Meminjam istilah fotografi, long exposure atau pajanan panjang, pola pengkaryaan Yuli berusaha untuk merekam pergerakan dan perubahan 'momen'. Namun, jika dalam fotografi teknik tersebut membutuhkan rana (shutter), sang seniman justru menggunakan tangan dan tubuhnya sebagai alat perekam, dengan bantuan matahari sebagai sumber cahaya.
Hasilnya, adalah ragam bentuk lukisan otentik dengan corak yang khas. Genhype mungkin akan melihat sebuah kursi, atau objek-objek lain yang dijadikan sandaran alat bantu tersebut saat ditaruh di atas kanvas. Kendati begitu, apakah citraan yang dihasilkan hanya sekadar salinan objek, atau memberikan impresi lain, itulah yang menjadi soal.
"Salah satu pertimbanga untuk menggunakan alat bantu dan cahaya matahari itu, karena aku tidak tahu akhirnya akan seperti apa. Aku mungkin bisa mengira-ngira sedikit hasil lukisannya kan seperti ini. Tapi ternyata hasilnya kadang-kadang luput juga. Surprise inilah yang cukup menyenangkan saat melukis garis dari objek di bidang datar,"imbuhnya.
Kurator Grace Samboh, dalam kuratorial mengungkap, upaya Yuli untuk merekam momen—Samboh menggunakan frasa 'saat'—merupakan bentuk perilaku untuk mendokumentasikan, mencatat, dan merekam. Bagi Yuli, menggambar bayangan demi bayangan, dan menyertakan waktu serta lokasi, adalah cara untuk menegaskan sifat kesementaraan.
Menurut Grace Samboh, metode berkarya Yuli bisa diterapkan oleh sang seniman dalam berbagai ruang, waktu dan konteks.
"Sebagai kawan dan sesama pekerja seni, saya sangat menantikan beragam aplikasi dari metode ini ke depannya. Sebab, saya percaya bahwa kerja perekaman, pendokumentasian, dan pencatatan, adalah kerja yang perlu, apapun bidangnya," tulisnya.
Total, terdapat sekitar 6 karya dwimatra yang dilukis Yuli menggunakan metode yang digelutinya selama beberapa tahun terakhir itu. Pada seteleng ini, Genhype juga bisa ikut berpartisipasi membuat karya di atas kanvas berukuran besar yang disediakan sang seniman, agar publik mengetahui bagaimana dia bekerja dan berproses kreatif.
Baca juga: Karya-karya Seni Affordable Hadir di Pameran ICAD By The Bay 2024 di IDD PIK 2
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Seteleng ini menjadi debut Yuli Prayitno dalam memamerkan senarai lukisannya ke publik. Seniman jebolan Institut Seni Yogyakarta, itu pertama kali menggarap lukisannya pada 2021, bersama kelimun yang tergabung dalam Kantor Bersama Urusan Seni Rupa Jalanpulang (KBUSR Jalanpulang).
Baca juga: Ragam Ekspresi Kisah Panji dalam Pertunjukan Seni Tradisi & Kontemporer
Walakin, sesaat setelah memasuki galeri di gedung paling bawah Jakarta Art Hub, Genhype akan dibuat bertanya-tanya. Sebab, selain memacak lukisan, kita juga bersitatap dengan puluhan ketam kayu yang ditata sedemikian rupa oleh sang seniman. Ada pula, kursi kayu, troli, bonsai, dan garpu tanah.
Sejumlah ketam kayu manual koleksi Yuli Prayitno yang dijadikan alat bantu dalam melukis (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Ragam pertanyaan pun bergulingan di kepala. Apa hubungan antara objek-objek tersebut dengan ekshibisi ini?
"Berbagai benda yang dihadirkan dalam pameran sebenarnya adalah alat bantu untuk menggambar. Ini juga merujuk pada seri berikutnya mengenai proyek terbaru yang masih aku kerjakan," kata Yuli.
Saat mata pengunjung beralih mengamati senarai lukisan Yuli, kita akan melihat pengimakan objek-objek tersebut dengan pola garis yang repetitif. Namun, di dalamnya juga terdapat gradasi, dan nuansa ruang ruang, laiknya kita sedang melihat karya-karya trimatra di atas sebidang kanvas.
Misalnya dalam karya bertajuk 1 Garis rekam 2 garis bantu 25102022.-7,850524,110.345417. Lukisan berdimensi 112 X 234 cm menggunakan medium akrilik di atas kanvas itu, mengimba bentuk kursi dengan gradasi yang memudar. Sementara itu, di latar belakangnya, dipenuhi palet kebiruan, yang menghasilkan warna kontras.
Selain sudut pandang estetika, yang menarik dari sepilihan lukisan Yuli adalah bagaimana sang seniman mengkomunikasikan bahasa rupanya ke publik sebagai suatu cara berpikir. Dalam karya di muka, dan karya lain, misalnya, Yuli Prayitno sebenarnya sedang melukis bayangan dari objek yang dilukis, serta menulis tanggal dimulai dan berakhirnya lukisan, plus titik koordinat lokasi.
Meminjam istilah fotografi, long exposure atau pajanan panjang, pola pengkaryaan Yuli berusaha untuk merekam pergerakan dan perubahan 'momen'. Namun, jika dalam fotografi teknik tersebut membutuhkan rana (shutter), sang seniman justru menggunakan tangan dan tubuhnya sebagai alat perekam, dengan bantuan matahari sebagai sumber cahaya.
Karya bertajuk 1 Garis rekam 2 garis bantu 25102022.-7,850524,110.345417. (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Hasilnya, adalah ragam bentuk lukisan otentik dengan corak yang khas. Genhype mungkin akan melihat sebuah kursi, atau objek-objek lain yang dijadikan sandaran alat bantu tersebut saat ditaruh di atas kanvas. Kendati begitu, apakah citraan yang dihasilkan hanya sekadar salinan objek, atau memberikan impresi lain, itulah yang menjadi soal.
"Salah satu pertimbanga untuk menggunakan alat bantu dan cahaya matahari itu, karena aku tidak tahu akhirnya akan seperti apa. Aku mungkin bisa mengira-ngira sedikit hasil lukisannya kan seperti ini. Tapi ternyata hasilnya kadang-kadang luput juga. Surprise inilah yang cukup menyenangkan saat melukis garis dari objek di bidang datar,"imbuhnya.
Kurator Grace Samboh, dalam kuratorial mengungkap, upaya Yuli untuk merekam momen—Samboh menggunakan frasa 'saat'—merupakan bentuk perilaku untuk mendokumentasikan, mencatat, dan merekam. Bagi Yuli, menggambar bayangan demi bayangan, dan menyertakan waktu serta lokasi, adalah cara untuk menegaskan sifat kesementaraan.
Menurut Grace Samboh, metode berkarya Yuli bisa diterapkan oleh sang seniman dalam berbagai ruang, waktu dan konteks.
"Sebagai kawan dan sesama pekerja seni, saya sangat menantikan beragam aplikasi dari metode ini ke depannya. Sebab, saya percaya bahwa kerja perekaman, pendokumentasian, dan pencatatan, adalah kerja yang perlu, apapun bidangnya," tulisnya.
Total, terdapat sekitar 6 karya dwimatra yang dilukis Yuli menggunakan metode yang digelutinya selama beberapa tahun terakhir itu. Pada seteleng ini, Genhype juga bisa ikut berpartisipasi membuat karya di atas kanvas berukuran besar yang disediakan sang seniman, agar publik mengetahui bagaimana dia bekerja dan berproses kreatif.
Baca juga: Karya-karya Seni Affordable Hadir di Pameran ICAD By The Bay 2024 di IDD PIK 2
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.