Koleksi NAIIA dari KHA|SOE (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)

Cerita Rumah Mode KHA|SOE Eksplorasi Tenun Pulau Rote dalam Blazer Formal-Kasual

31 January 2025   |   15:30 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Desainer dan rumah mode lokal makin kreatif mengeksplorasi kain wastra Nusantara, lalu mengolahnya dalam siluet busana yang memadukan unsur formal-kasual. Mulai dari kain ikat, batik, sampai tenun, setiap helai kain diinterpretasikan ulang melalui desain-desain modern. 

Perpaduan gaya tersebut tak hanya menampilkan estetika yang elegan tetapi juga memperkuat identitas budaya dalam ranah fesyen kontemporer. Melalui koleksi busananya, para pelaku industri mode membuktikan bahwa wastra nusantara dapat beradaptasi dengan mode masa kini tanpa kehilangan esensinya.

KHA|SOE adalah rumah mode yang dikenal lewat desainnya yang memadukan gaya kontemporer dengan sentuhan wastra Nusantara. Didirikan oleh dua sahabat, Kharisma Bibitani dan Caroline Soerachmat, merek KHA|SOE merupakan gabungan dari kedua nama pendirinya. 

Baca juga: Menengok Busana Modest Trendi Tenun Ikat Sumba Karya Melinda Looi dari Malaysia

Pada koleksi debutnya yang bertajuk TRESNO, KHA|SOE menghormati akar budaya dan warisan Pulau Jawa dengan mengintegrasikan wastra batik dalam setiap desainnya. Adapun Tresno berarti CINTA dalam bahasa Jawa. Melalui koleksi ini, tresno memiliki arti yang lebih dalam dari sekadar cinta, namun dimaknai sebagai rasa syukur yang ilahi.

Salah satu produk unggulan dalam koleksi ini, yakni jas oversized dengan sentuhan batik dalam palet warna gelap seperti hitam dan cokelat yang elegan. Busana ini langsung menarik perhatian pasar global, khususnya pembeli dari Eropa dan Asia saat dipamerkan dalam acara Premiere Classe Fall/Winter Paris Fashion Week 2024. 
 

Koleksi Tresno (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)

Koleksi Tresno (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)

Melanjutkan perjalanan kreatifnya, KHA|SOE melakukan eksplorasi budaya di seluruh Nusantara untuk koleksi keduanya. Perjalanan ini berujung di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, yang kemudian menjadi inspirasi utama untuk koleksi kedua mereka yang berjudul NAIIA. 

Dalam bahasa lokal Rote, NAIIA berarti perempuan dan kebahagiaan. Dalam proses kreatifnya, mereka berkolaborasi dengan perajin perempuan dari Pulau Rote untuk membuat wastra tenun secara handmade

“Perempuan adalah tulang punggung dari merek kami, dimulai dari kami berdua sebagai pendiri, hingga tim kami yang sebagian besar adalah perempuan. Dengan setiap jahitan, kami menciptakan narasi pemberdayaan,”kata Kharisma Bibitani, pendiri dan Direktur Kreatif KHA|SOE. 
 

 (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)

Pendiri KHA|SOE Caroline dan Kharisma (kanan-kiri), bersama desainer Galuh Nurita (tengah) (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)

Bersama rekannya Caroline Soerachmat, mereka berdua memiliki visi untuk memberdayakan perempuan di Pulau Rote yang punya semangat dan tujuan yang sama, yaitu memperkenalkan budaya tradisional Indonesia melalui fesyen.

Pulau Rote yang dikelilingi oleh keindahan laut dan alamnya yang masih asri, merepresentasikan elemen inti dari koleksi NAAIA. Terdiri dari 14 look, koleksi ini menonjolkan warna-warna pastel yang elegan. Mencakup berbagai item, seperti blazer, atasan, dan celana pendek. Setiap item bisa dipadu-padankan sehingga menciptakan tampilan busana yang beragam.

Adapun, koleksi KHA|SOE berjudul NAIIA telah dipamerkan pada ajang mode bergengsi Premiere Classe Spring/Summer Collection di Paris Fashion Week 2025 pada Oktober 2024. 

Melalui rumah mode yang didirikannya, Kharisma Bibitani dan Caroline Soerachmat turut berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Bekerja sama dengan para pelaku UKM yang didirikan oleh para perempuan Indonesia, KHA|SOE memperoleh kain wastra sisa untuk kemudian digunakan kembali melalui metode upcycle dalam koleksi mereka. 

Selain itu, rumah mode ini juga melakukan upcycle sampah plastik untuk membuat kancing. Ini berangkat dari keresahan mereka, lantaran Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia, setelah China. 

Setiap tahun, sekitar 1,29 juta metrik ton sampah plastik dari Indonesia berakhir di lautan. Masalah ini memiliki dampak serius untuk ekosistem laut dan kerusakan terumbu karang. Selain itu, sampah plastik juga dapat memasuki rantai makanan manusia melalui konsumsi ikan yang terkontaminasi.

"Kami selalu mencoba menerapkan aksi sustainable, lewat pemanfaatan limbah kain dan plastik, meskipun belum 100 persen tapi kamu selalu berusaha," kata Caroline.

Tak ketinggalan, KHA|SOE juga bekerja sama dengan perempuan dari desa-desa kurang beruntung di Jawa Barat untuk memproduksi kemasan mulai dari kotak sampai kertas pembungkus. Ini merupakan bentuk komitmen dan tanggung jawab mereka untuk memberdayakan perempuan Indonesia. 

Baca juga: Menengok 3 Wastra Tenun Karya Oscar Lawalata Culture sampai Era Soekamto di JFW 2025
 

Proses Kreatif Koleksi NAIIA Bersama Perajin Pulau Rote

Koleksi NAIIA dari KHA|SOE merupakan hasil kolaborasi kreatif antara desainer Galuh Nurita dengan para perajin perempuan dari Pulau Rote yang membuat wastra tenun dengan tangan.

"Ini jenis tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) dari benang dicelup pewarna baru ditenun, prosesnya memakan waktu sampai tiga bulan untuk satu motif," ujarnya.

Lantaran dibuat dengan tangan, setiap motif yang dihasilkan beda antara satu kain dan kain lainnya sehingga menciptakan keunikannya tersendiri. Lebih lanjut Galuh juga memperkaya koleksi busananya dengan hiasan bordir dari motif-motif tradisional Pulau Rote. Umumnya terdiri dari motif wajik yang menjadi hiasan pada kantong, bahu, dan pada ikat pinggang.

Adapun, untuk palet warnanya didominasi nuansa pastel seperti hijau mint, kuning, ungu, pink, ungu, abu-abu. Merepresentasikan keindahan laut pulau Rote dan nuansa musim panas.
 

Koleksi NAIIA (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)

Koleksi NAIIA (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila) 

Mengusung gaya formal-kasual, koleksi NAIIA terdiri dari blazer, atasan kemeja, kemben, dan outer laser cut motif daun-daun. Bawahannya ada celana panjang yang menjadi setelan blazer dan celana pendek santai.

Gaya formal-kasual ini cocok untuk para wanita karier ingin berbusana formal menggunakan blazer, tapi di sisi lain ingin bergaya kasual dengan kemeja dan celana pendek.

"Busana formal-kasual cocok untuk wanita karier yang ingin hang-out bersama teman-teman setelah pulang kerja, tapi malas pulang ke rumah dulu untuk ganti baju," kata Galuh.

Menurutnya blazer, kemeja, serta celana pendek dan panjang, bisa dipadu padankan menjadi berbagai gaya sehingga menciptakan beberapa look yang tak terbatas. Misalnya blazer dan kemeja ditambahkan belt untuk menciptakan siluet pinggang yang ramping. 

Selain itu, atasan laser cut yang tembus pandang, bisa menjadi innerwear atau outerwear bagi yang ingin tampil lebih modest. Busana-busana bergaya kasual-formal juga terbilang timeless sehingga masih tetap modis dikenakan dalam beberapa tahun ke depan. 

Materialnya yang ringan dan sejuk juga membuat koleksi ini cocok dikenakan di daerah tropis seperti Indonesia. Bahan yang digunakan 100 persen natural fabric, yaitu linen. "Bahan linen sebetulnya kalau kusut justru terlihat lebih bagus, memang karakter itu yang ditonjolkan," ujar Galuh.

Selain itu, bahan linen memiliki tampilan yang lebih shiny alias berkilau alami dibandingkan katun biasa. Ini disebabkan oleh serat alami linen yang lebih panjang dan permukaannya lebih halus dibandingkan serat katun, sehingga mampu memantulkan cahaya dengan lebih baik. 

Baca juga: Makna Motif Tenun pada Koleksi Sandya Niskala, Seragam Atlet Paralimpiade Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Kemendikdasmen Resmi Ganti Nama PPDB Menjadi SPMB, Simak Perubahannya!

BERIKUTNYA

Ini Lo 7 Mimpi Paling Umum Dialami dan Makna di Baliknya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: