Yuk Kenali Filosofi Kain Tradisional Ini
25 June 2021 |
09:06 WIB
Indonesia terkenal dengan kekayaan produk budaya salah satunya terdapat pada kain tradisional.
Ya, kain-kain tradisional yang ada di Indonesia bukan kain biasa, karena memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya lho Genhype.
Dilansir dari Indonesia Travel, berikut filosofi-filosofi yang terkandung dalam 5 kain tradisional Indonesia.
1. Ulos - Simbol Keberkatan
Kain ulos merupakan kain asal Suku Batak Sumatra Utara yang sudah sangat terkenal. Secara harfiah, ulos berarti selimut yang menghangatkan badan.
Cara pembuatan ulos ini mirip dengan pembuatan kain songket khas Palembang dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.
Warna dominan dari kain ini antara lain adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi dengan anyaman benang emas atau perak.
Ada banyak jenis ulos dari Batak Toba, di antaranya adalah ragi hidup, ragih otang, dan sibolang yang biasa dijadikan selendang.
Jenis ulos lainnya adalah ulos sadum angkola/ulos godang yang biasanya diberikan orang tua kepada sang anak tercinta dengan harapan, mendatangkan kegembiraan dan berkat bagi keluarga.
2. Kain Tapis - Simbol Perjalanan Hidup Manusia.
Masyarakat Lampung juga punya kain tenun kebanggaannya, yakni kain tapis. Kain ini merupakan jenis tenunan yang terbuat dari benang kapas serta diberi hiasan sulaman benang emas, benang perak, atau sutera.
Awalnya, kain tapis dibuat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan hanya dikenakan pada acara-acara adat atau ritual keagamaan.
Kini, kain tapis digunakan sehari-hari dan banyak dibuat untuk dijadikan sebagai buah tangan andalan dari Lampung.
Secara simbolis dan filosofis, kain tapis ini memiliki makna yang mendalam.
Sebagai contoh, kain tapis dengan motif kapal dianggap sebagai simbol perjalanan hidup manusia lantaran motif kapal dianggap sebagai kendaraan yang membawa perjalanan kehidupan manusia, mulai dari masa kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, masa perkawinan, hingga kematian.
Selain itu, penggunaan kain tapis juga mencerminkan status sosial seseorang dalam masyarakat adat, apakah dia sebagai tokoh adat atau tokoh masyarakat.
3. Tenun Gringsing Bali - Simbol Kesehatan.
Kain tradisional yang dibuat di Desa Tenganan, Bali merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat dengan teknik ikat ganda.
Masyarakat Bali, khususnya di Desa Tenganan, percaya bahwa kain ini memiliki kekuatan magis untuk melindungi mereka dari berbagai macam penyakit.
Kata gringsing sendiri berasal dari kata "gring" yang berarti sakit dan "sing" yang berarti tidak, sehingga jika digabungkan bermakna "tidak sakit".
4. Tenun Ikat Flores - Simbol Persatuan.
Kain tenun ikat Flores merupakan salah satu dari sekian banyak wastra nusantara yang bernilai seni tinggi.
Keindahan tersebut tak lepas dari rumitnya proses menenun sebuah kain ikat, yang harus melewati setidaknya 20 tahapan dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kain tradisional ini diproduksi di beberapa daerah di Flores, di antaranya Maumere, Sikka, Ende, Ngada, Nagekeo, Manggarai, Lio, dan Lembata.
Setiap daerah memiliki motif, corak, dan warna yang berbeda yang merepresentasikan ragam suku, adat istiadat, agama, dan kehidupan masyarakat Flores.
Tak hanya mencerminkan keragaman, beberapa pola yang terkandung dalam kain tenun ikat Flores juga sarat akan makna.
5. Tenun Sumba - Simbol dari Nilai Kehidupan Manusia.
Selain keindahan alamnya, Sumba juga dikenal dengan keindahan kain tenunnya. Proses membuat kain tradisional di sini masih menggunakan teknik tradisional.
Kain ini juga menggunakan pewarna yang diekstrak dari bahan alami, seperti akar mengkudu, serat kayu, dan lumpur.
Setelah diwarnai, dilanjutkan dengan proses pengikatan menggunakan daun gewang, dan kemudian proses pengeringan.
Untuk membuat selembar kain tenun Sumba, setidaknya ada 42 tahapan yang harus dilewati dan bisa memakan waktu hingga 3 tahun.
Dari motifnya, kain tenun Sumba tetap mempertahankan motif-motif fauna yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Sumba percaya, bahwa binatang-binatang tertentu layak untuk dijadikan sebagai simbol atau nilai kehidupan manusia.
Keistimewaan kain tenun Sumba tidak berhenti sampai di situ. Kain ini pun dianggap sakral oleh masyarakat setempat, sehingga dipakai dalam setiap momen-momen penting, seperti menyambut kelahiran, pernikahan, bahkan ritual penguburan.
Editor: Fajar Sidik
Ya, kain-kain tradisional yang ada di Indonesia bukan kain biasa, karena memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya lho Genhype.
Dilansir dari Indonesia Travel, berikut filosofi-filosofi yang terkandung dalam 5 kain tradisional Indonesia.
1. Ulos - Simbol Keberkatan
Kain ulos merupakan kain asal Suku Batak Sumatra Utara yang sudah sangat terkenal. Secara harfiah, ulos berarti selimut yang menghangatkan badan.
Cara pembuatan ulos ini mirip dengan pembuatan kain songket khas Palembang dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.
Warna dominan dari kain ini antara lain adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi dengan anyaman benang emas atau perak.
Ada banyak jenis ulos dari Batak Toba, di antaranya adalah ragi hidup, ragih otang, dan sibolang yang biasa dijadikan selendang.
Jenis ulos lainnya adalah ulos sadum angkola/ulos godang yang biasanya diberikan orang tua kepada sang anak tercinta dengan harapan, mendatangkan kegembiraan dan berkat bagi keluarga.
2. Kain Tapis - Simbol Perjalanan Hidup Manusia.
Masyarakat Lampung juga punya kain tenun kebanggaannya, yakni kain tapis. Kain ini merupakan jenis tenunan yang terbuat dari benang kapas serta diberi hiasan sulaman benang emas, benang perak, atau sutera.
Awalnya, kain tapis dibuat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan hanya dikenakan pada acara-acara adat atau ritual keagamaan.
Kini, kain tapis digunakan sehari-hari dan banyak dibuat untuk dijadikan sebagai buah tangan andalan dari Lampung.
Secara simbolis dan filosofis, kain tapis ini memiliki makna yang mendalam.
Sebagai contoh, kain tapis dengan motif kapal dianggap sebagai simbol perjalanan hidup manusia lantaran motif kapal dianggap sebagai kendaraan yang membawa perjalanan kehidupan manusia, mulai dari masa kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, masa perkawinan, hingga kematian.
Selain itu, penggunaan kain tapis juga mencerminkan status sosial seseorang dalam masyarakat adat, apakah dia sebagai tokoh adat atau tokoh masyarakat.
3. Tenun Gringsing Bali - Simbol Kesehatan.
Kain tradisional yang dibuat di Desa Tenganan, Bali merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat dengan teknik ikat ganda.
Masyarakat Bali, khususnya di Desa Tenganan, percaya bahwa kain ini memiliki kekuatan magis untuk melindungi mereka dari berbagai macam penyakit.
Kata gringsing sendiri berasal dari kata "gring" yang berarti sakit dan "sing" yang berarti tidak, sehingga jika digabungkan bermakna "tidak sakit".
4. Tenun Ikat Flores - Simbol Persatuan.
Kain tenun ikat Flores merupakan salah satu dari sekian banyak wastra nusantara yang bernilai seni tinggi.
Keindahan tersebut tak lepas dari rumitnya proses menenun sebuah kain ikat, yang harus melewati setidaknya 20 tahapan dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kain tradisional ini diproduksi di beberapa daerah di Flores, di antaranya Maumere, Sikka, Ende, Ngada, Nagekeo, Manggarai, Lio, dan Lembata.
Setiap daerah memiliki motif, corak, dan warna yang berbeda yang merepresentasikan ragam suku, adat istiadat, agama, dan kehidupan masyarakat Flores.
Tak hanya mencerminkan keragaman, beberapa pola yang terkandung dalam kain tenun ikat Flores juga sarat akan makna.
5. Tenun Sumba - Simbol dari Nilai Kehidupan Manusia.
Selain keindahan alamnya, Sumba juga dikenal dengan keindahan kain tenunnya. Proses membuat kain tradisional di sini masih menggunakan teknik tradisional.
Kain ini juga menggunakan pewarna yang diekstrak dari bahan alami, seperti akar mengkudu, serat kayu, dan lumpur.
Setelah diwarnai, dilanjutkan dengan proses pengikatan menggunakan daun gewang, dan kemudian proses pengeringan.
Untuk membuat selembar kain tenun Sumba, setidaknya ada 42 tahapan yang harus dilewati dan bisa memakan waktu hingga 3 tahun.
Dari motifnya, kain tenun Sumba tetap mempertahankan motif-motif fauna yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Sumba percaya, bahwa binatang-binatang tertentu layak untuk dijadikan sebagai simbol atau nilai kehidupan manusia.
Keistimewaan kain tenun Sumba tidak berhenti sampai di situ. Kain ini pun dianggap sakral oleh masyarakat setempat, sehingga dipakai dalam setiap momen-momen penting, seperti menyambut kelahiran, pernikahan, bahkan ritual penguburan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.