Koleksi Fesyen Berkelanjutan yang Etik dan Estetik
27 January 2025 |
06:00 WIB
Dunia mode kini makin gencar mengangkat isu keberlanjutan. Para desainer pun berlomba-lomba menghadirkan koleksi fesyen yang tidak hanya indah secara estetik tetapi juga etis dan ramah lingkungan, membawa pesan keberlanjutan dalam dunia fesyen
Beberapa bahan limbah dimanfaatkan oleh para desainer sebagai material utama dari desain yang ditampilkan. Misalnya saja, Jenahara yang memanfaatkan limbah bekas plastik untuk diolah menjadi hiasan eksklusif pada pakaian; hingga Dina Karuniasari yang menyulap logam bekas menjadi hiasan pada busana.
Dalam proses pengolahan limbah menjadi material utama untuk menghasilkan desain fesyen yang memukau, sejumlah desainer tersebut menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Misalnya saja Jenahara Nasution, Founder dan Creative Director brand JENAHARA yang menggandeng Daur Baur Micro Factory dalam menciptakan koleksi yang mengedepankan keberlanjutan.
Kolaborasi tersebut menghadirkan kancing eksklusif yang terbuat dari bahan daur ulang gelas plastik bekas dari Kopi Nako dan Cartridge bekas dari Tindik.Id. Bekerjasama dengan tim ONXSTUDIO, material-material ini diubah menjadi kancing yang tidak hanya berfungsi tetapi juga memberikan nilai estetika yang kuat pada koleksi terbaru JENAHARA.
“Melalui kolaborasi ini, kita ingin menunjukkan bahwa limbah sehari-hari dapat menjadi sesuatu yang bernilai,” paparnya.
Baca juga: Hypereport: Prediksi Tren Fashion 2025, Gaya Futuristis sampai Retro Klasik yang Modis
Salah satu keunikan koleksi JENAHARA x Daur Baur Micro Factory adalah desain yang inklusif dengan potongan gaya minimalis dan timeless. Didominasi warna monokrom seperti hitam, putih, dan navy denim dengan tetap mempertahankan kesederhanaan tanpa mengorbankan elemen desain.
Kolaborasi ini menghasilkan delapan produk inklusif dan unisex, seperti kemeja, knitwear, dan jumpsuit, dengan gaya minimalis yang menjadi ciri khas JENAHARA yang setiap produknya di mix dengan fesyen aksesoris kancing yang dibuat dari Daur Baur dengan warna khas yang bold dan terang.
“Melalui kolaborasi ini, kami ingin pelaku mode mulai bertanggung jawab atas produksi mereka," jelas Jenahara. Koleksi ini sudah tersedia di store JENAHARA dan situs resminya, dengan harga mulai Rp499.000 hingga Rp699.000.
Sementara itu, Dina Karuniasari, desainer muda dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, menghadirkan koleksi "Refulgent" yang memadukan modernitas dengan unsur tradisional.
Koleksi Refulgent merupakan koleksi ready to wear deluxe dengan Exotic-Dramatic Style yang gagasan visualnya mengacu pada fashion trend 2024/2025 Resilient, yakni perpaduan antara Heritage dan Cyberchic sub tema Avant Tech.
Sesuai dengan judulnya, Refulgent yang berarti berkilau atau kilau, koleksi ini terinspirasi dari perkembangan teknologi dan modernitas saat ini menjadi sebuah karya yang merepresentasikan kilauan logam dari inovasi material yang dibuat.
Dina juga mengintegrasikan motif Batik Banji, salah satu motif batik tertua di Indonesia, sebagai elemen desain. "Saya terinspirasi dari limbah logam di sekitar saya dan ingin mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai dalam bentuk karya fesyen," tuturnya.
Dalam koleksinya ini, Dina ingin menonjolkan ide out of the box dengan eksperimen material limbah logam. Dimana limbah logam tersebut dilelehkan dan dibentuk menciptakan embellishment unik.
“Penambahan logam pada busana tersebut akan menambah kesan misterius, padat, kuat, dan pantang menyerah,” jelasnya.
Penggunaan warna monokromatik dipilih untuk menampilkan kesan trendi yang memberikan kesan visual yang menstimulasi dan modern. Perpaduan warna klasik memberikan sentuhan sederhana, canggih dan kontemporer pada pakaian..
Modernitas bukan berarti harus meninggalkan budaya tradisi dan identitas yang sudah ada sebelumnya. Pada koleksi ini, modernitas disandingkan dengan unsur tradisional berupa penggunaan motif Batik Banji yang termasuk motif batik tertua yang ada di berbagai daerah Indonesia.
Garis-garis pada ujungnya dengan gaya melingkar kanan dan kiri yang membentuk pusaran atau inti. Motif seperti ini terkenal di berbagai kebudayaan kuno di seluruh dunia dan sering disebut Swastika.
Baca juga: Inovasi Hybrid Fashion Show Dorong Brand Fesyen Lokal Jadi Kompetitif
Motif Banji memiliki perlambangan yang sangat baik yang dimaksudkan untuk menjaga kemurnian spiritual penggunanya dan melindunginya dari segala macam marabahaya. Namun, terlepas dari makna yang dikandungnya, motif pada Batik Banji sangat menarik dan mendukung tema busana pada koleksi ini.
Visual karya dibangun dengan padu padan budaya modern khas masyarakat urban dan budaya tradisi, dikerjakan dengan sentuhan art eksperimental dan motif tradisi dalam balutan warna monokrom yang klasik. Dalam mengembangkan koleksinya kali ini, Dina berkolaborasi dengan Rekna Indriyani salah satu pembatik muda dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Editor: Fajar Sidik
Beberapa bahan limbah dimanfaatkan oleh para desainer sebagai material utama dari desain yang ditampilkan. Misalnya saja, Jenahara yang memanfaatkan limbah bekas plastik untuk diolah menjadi hiasan eksklusif pada pakaian; hingga Dina Karuniasari yang menyulap logam bekas menjadi hiasan pada busana.
Dalam proses pengolahan limbah menjadi material utama untuk menghasilkan desain fesyen yang memukau, sejumlah desainer tersebut menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Misalnya saja Jenahara Nasution, Founder dan Creative Director brand JENAHARA yang menggandeng Daur Baur Micro Factory dalam menciptakan koleksi yang mengedepankan keberlanjutan.
Kolaborasi tersebut menghadirkan kancing eksklusif yang terbuat dari bahan daur ulang gelas plastik bekas dari Kopi Nako dan Cartridge bekas dari Tindik.Id. Bekerjasama dengan tim ONXSTUDIO, material-material ini diubah menjadi kancing yang tidak hanya berfungsi tetapi juga memberikan nilai estetika yang kuat pada koleksi terbaru JENAHARA.
“Melalui kolaborasi ini, kita ingin menunjukkan bahwa limbah sehari-hari dapat menjadi sesuatu yang bernilai,” paparnya.
Baca juga: Hypereport: Prediksi Tren Fashion 2025, Gaya Futuristis sampai Retro Klasik yang Modis
Salah satu keunikan koleksi JENAHARA x Daur Baur Micro Factory adalah desain yang inklusif dengan potongan gaya minimalis dan timeless. Didominasi warna monokrom seperti hitam, putih, dan navy denim dengan tetap mempertahankan kesederhanaan tanpa mengorbankan elemen desain.
Kolaborasi ini menghasilkan delapan produk inklusif dan unisex, seperti kemeja, knitwear, dan jumpsuit, dengan gaya minimalis yang menjadi ciri khas JENAHARA yang setiap produknya di mix dengan fesyen aksesoris kancing yang dibuat dari Daur Baur dengan warna khas yang bold dan terang.
“Melalui kolaborasi ini, kami ingin pelaku mode mulai bertanggung jawab atas produksi mereka," jelas Jenahara. Koleksi ini sudah tersedia di store JENAHARA dan situs resminya, dengan harga mulai Rp499.000 hingga Rp699.000.
Sementara itu, Dina Karuniasari, desainer muda dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, menghadirkan koleksi "Refulgent" yang memadukan modernitas dengan unsur tradisional.
Dina Kurniasari (sumber : IFC)
Koleksi Refulgent merupakan koleksi ready to wear deluxe dengan Exotic-Dramatic Style yang gagasan visualnya mengacu pada fashion trend 2024/2025 Resilient, yakni perpaduan antara Heritage dan Cyberchic sub tema Avant Tech.
Sesuai dengan judulnya, Refulgent yang berarti berkilau atau kilau, koleksi ini terinspirasi dari perkembangan teknologi dan modernitas saat ini menjadi sebuah karya yang merepresentasikan kilauan logam dari inovasi material yang dibuat.
Dina juga mengintegrasikan motif Batik Banji, salah satu motif batik tertua di Indonesia, sebagai elemen desain. "Saya terinspirasi dari limbah logam di sekitar saya dan ingin mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai dalam bentuk karya fesyen," tuturnya.
Dalam koleksinya ini, Dina ingin menonjolkan ide out of the box dengan eksperimen material limbah logam. Dimana limbah logam tersebut dilelehkan dan dibentuk menciptakan embellishment unik.
“Penambahan logam pada busana tersebut akan menambah kesan misterius, padat, kuat, dan pantang menyerah,” jelasnya.
Penggunaan warna monokromatik dipilih untuk menampilkan kesan trendi yang memberikan kesan visual yang menstimulasi dan modern. Perpaduan warna klasik memberikan sentuhan sederhana, canggih dan kontemporer pada pakaian..
Modernitas bukan berarti harus meninggalkan budaya tradisi dan identitas yang sudah ada sebelumnya. Pada koleksi ini, modernitas disandingkan dengan unsur tradisional berupa penggunaan motif Batik Banji yang termasuk motif batik tertua yang ada di berbagai daerah Indonesia.
Garis-garis pada ujungnya dengan gaya melingkar kanan dan kiri yang membentuk pusaran atau inti. Motif seperti ini terkenal di berbagai kebudayaan kuno di seluruh dunia dan sering disebut Swastika.
Baca juga: Inovasi Hybrid Fashion Show Dorong Brand Fesyen Lokal Jadi Kompetitif
Motif Banji memiliki perlambangan yang sangat baik yang dimaksudkan untuk menjaga kemurnian spiritual penggunanya dan melindunginya dari segala macam marabahaya. Namun, terlepas dari makna yang dikandungnya, motif pada Batik Banji sangat menarik dan mendukung tema busana pada koleksi ini.
Visual karya dibangun dengan padu padan budaya modern khas masyarakat urban dan budaya tradisi, dikerjakan dengan sentuhan art eksperimental dan motif tradisi dalam balutan warna monokrom yang klasik. Dalam mengembangkan koleksinya kali ini, Dina berkolaborasi dengan Rekna Indriyani salah satu pembatik muda dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.