Hypereport: Prediksi Tren Fashion 2025, Gaya Futuristis sampai Retro Klasik yang Modis
26 November 2024 |
13:39 WIB
Fesyen selama ini telah menjadi cerminan dari gaya hidup, identitas dan budaya masyarakat yang terus berevolusi. Menyongsong 2025, lanskap mode Tanah Air diperkirakan bakal menghadirkan berbagai tren gaya berbusana yang makin modis.
Sektor fesyen memberikan kontribusi sebesar 17,6 persen dari total nilai tambah ekonomi kreatif kepada ekonomi Indonesia yaitu Rp225 triliun. Fesyen juga masih menjadi andalan ekspor ekonomi kreatif Indonesia dengan nilai kontribusi sebesar 61,6 persen. Diikuti oleh kriya sebesar 30,95 persen dan kuliner 6,76 persen.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Tren Sektor Perfilman 2025, Penuh Keberagaman Cerita & Eksplorasi
2. Hypereport: Tren Arsitektur & Desain Interior 2025, Gaya Personal Tiap Generasi Jadi Kunci
3. Hypereport: Joy of Missing Out Bakal Jadi Tren Wisata 2025
Busana modest Indonesia juga menunjukan kinerja yang baik di pasar nasional dan global. Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan RI, memaparkan bahwa modest fashion berhasil menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk menjadi pusat busana muslim dunia.
Potensi pasar modest fashion global diperkirakan mencapai US$375 miliar pada 2025. Hal ini membuat Indonesia punya peluang besar untuk memperluas jangkauan pasarnya ke luar negeri dan mengokohkan posisinya sebagai pemain utama di bidang ini.
Meneropong tren fesyen 2025, para pelaku industri mode kini ditantang untuk menciptakan karya-karya yang tidak hanya memikat mata lewat estetika, tetapi juga relevan dengan tantangan dan kebutuhan zaman.
Indonesian Fashion Chamber (IFC) telah menyusun Fashion Tren Forecasting (FTF) bertemakan Strive, isinya mencakup prediksi gaya berbusana yang diprediksi akan populer pada 2025/2026. FTF yang berada di bawah koordinasi Research & Development IFC, setiap tahunnya merumuskan tren bidang fesyen, bekerja sama dengan kelompok komunitas dan akademisi dari bidang terkait.
Tren fesyen diprediksi berdasarkan sejumlah pemicu, mulai dari aspek seni budaya, ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan keberlanjutan. Inilah yang nantinya akan membentuk kelompok-kelompok pengguna dalam menentukan gaya busananya.
Wedha Gita, akademisi sekaligus praktisi mode yang juga merupakan anggota IFC, memaparkan akan ada empat tema gaya berbusana yang menjadi tren, yakni Indie Rebellion, Quiet Artisty, Hyperconnected Flux, dan Neo Nostalgic.
"Empat tema ini dipecah lagi menjadi beberapa sub tema, mengingat karakrter desainer dan pengguna fesyen yang beragam, sehingga tren-tren fesyen ini bisa mengakomodir gaya berbusana yang juga lebih beragam," katanya.
Indie Rebellion yang menyoroti ekspresi individualitas. Busana dengan bold statement yang mewakili unsur rebel yang menonjolkan karakter berani. Diwujudkan dalam gaya kontemporer penuh detail dengan siluet oversize dan warna-warna kalem seperti hitam, putih, dan abu-abu redup, sampai metalik.
"Melalui gaya berbusana ini, orang-orang ingin menyampaikan sesuatu lewat fesyen, misalnya motif grafiti berupa ungkapan protes yang dituangkan secara halus pada pakaian," ujar Wedha.
Quiet Artisty merepresentasikan kelompok yang menghargai dan menerapkan gaya hidup slow living dan estetika keberlanjutan. Identik dengan gaya minimalis-artistik. Penggunaan warna-warna tenang seperti krem, putih tulang, dipadukan dengan sage dan biru muda atau warna pastel lembut.
"Gaya busana ini diwujudkan dengan padu-padan 1-2 tone warna tapi bermain di teksturnya, seperti teknik patchwork (penggabungan potongan kain perca) yang prosesnya sangat ramah lingkungan," katanya.
Hyperconnected Flux mencerminkan kelompok generasi muda yang dekat dengan teknologi, sehingga muncul gaya-gaya berbusana yang futuristik dan inovatif dalam desainnya. Gaya ini identik dengan warna silver, biru elektrik, gradasi abu, metalik, dan hijau neon.
"Gaya busana yang merepresentasikan konsep virtual dan realita, ditekankan pada permainan motif penuh ilusi dan tampilan yang fluid," katanya.
Di sisi lain, gaya ini juga tidak hanya mengutamakan estetika tapi juga fungsinya. Mengadaptasi teknologi menjadi produk fashion-wearable tech, misalnya aksesori olahraga seperti sepatu dan kacamata, yang tidak hanya fungsional tapi juga modis.
Neo Nostalgic, tren ini umumnya digemari kelompok dewasa tapi tidak menutup kemungkinan juga disukai generasi muda. Secara umum gaya ini cocok untuk mereka yang menghargai masa kini dan memori masa lampau. Diwujudkan dalam gaya berbusana retro klasik, elektik dan ada sentuhan craftmanship yang menarik.
"Gaya retro bukan sesuatu yang baru, akan terus ada dan berulang karena fesyen ada siklusnya, Gaya retro klasik 60, 70, 80, sampai 90-an pun akan terus berulang, tapi tetap ada twist kebaruan atau unsur kekinian yang relevan dengan gaya masa kini," ujarnya.
Tren berbusana ini identik dengan motif-motif retro-geometris, floral vintage, serta detail patchwork, rajutan bertekstur, dan renda. Gaya ini juga bisa lebih berani dari segi permainan warna dan tektur, lebih tabrak-menambrak tapi komposisinya menarik secara visual.
Selain itu juga, terkadang menampilkan keindahan eklektik budaya dan seni partikular dengan sentuhan kriya bernilai tinggi. Motif-motifnya banyak mengeksplorasi tradisi distilasi kontemporer dengan detail tapestri (kain tenun dekoratif), bordir, dan patchwork.
Material yang banyak digunakan adalah katun, linen, sutra, rayon, dan wool. Sementara palet warnanya merah bata, biru dongker, dan kuning kunyit. Bisa juga lebih eksotis dan berani seperti terakota, indigo, hijau zaitun, merah bata, dan coklat tua.
Pada edisi ke-17 yang dihelat tahun ini, JFW 2025 mengangkat tema Future Fusion: Tradition Meets Innovation. Melalui tema tersebut, industri fesyen Indonesia dan para pelakunya ditantang untuk tidak hanya menggali kekayaan tradisi, tetapi juga menciptakan terobosan baru yang inovatif demi masa depan fesyen Indonesia.
"Tahun ini dengan tema Future Fusion: Tradition Meets Innovation, kami ingin menunjukkan di tengah pesatnya inovasi modern, kekayaan tradisi Indonesia tetap menjadi sumber inspirasi yang kuat," kata Svida Alisjahbana, Chairman JFW.
Modestwear kini hadir dengan aneka gaya yang makin beragam. Karakter desain mulai dari yang minimalis hingga maksimalis, dari yang business-ready hingga yang santai penuh corak. Semua gaya dapat dieksplorasi oleh tiap orang sesuai style masing-masing. Berikut beberapa tren modest wear versi JFW 2025.
Kasual dan Effortless: Gaya busana modest kasual dapat memberikan kesan nyaman dan trendi. Misalnya satu set atasan dan bawahan dengan motif print yang eye-catching, dipadukan dengan hijab simpel. Kini, busana effortless tengah menjadi tren berpakaian yang sangat digemari karena persiapannya yang minimal namun hasil tampilannya cantik maksimal.
Sharp dan Minimalist: Gaya busana formal kasual yang sharp dan minimalis paling sering diadopsi dalam desain baju-baju modestwear sehari-hari. Baik dikenakan dengan atau tanpa hijab, gaya ini memberikan aura elegan dan well-put pada pemakainya.
Menekankan pada pemilihan kain yang berkualitas, kerapian jahitan yang memberi kesan mahal dan siluet berstruktur yang elegan, serta permainan layering yang sederhana tetapi pintar. Tanpa aksesori berlebihan, tanpa tabrakan warna dan corak-corak, gaya ini dikenal timeless atau tak lekang waktu.
Siluetnya cenderung struktural atau boxy dan tidak membentuk badan. Dipadukan dengan pilihan kain seperti katun dobby, semi wool, dan bonded cotton. Pemilihan warnanya pun relatif aman, seperti biru, putih, cokelat, kelabu, dan hitam.
Siluet Maksimalis: Tren busana modest juga mulai berani dengan menghadirkan soluet maksimalis yang kuat dan wlegan. Menekankan siluet lebar megah dipadu dengan motif menawan yang menarik perhatian namun tetap anggun. Gaya busana seperti ini cocok untuk acara-acara formal dan keperluan show.
Motif Bunga Feminin: Motif bunga dalam busana modestwear akan populer, baik dalam bentuk print di kain hijab, detail pemanis pada kemeja, hingga aksen pada rok-rok megah. Memberi kesan feminin, sedikit playful, tapi tetap anggun dan dewasa.
Print bunga bisa menjadi pemanis pada rok dan tunik, dipercantik dengan aksen bunga timbul yang lebih memberikan poin fokus. Dipadukan dengan blazer atau kemeja, bahkan kain dengan corak ramai pun dapat terlihat rapi dan serasi dengan styling yang tepat. Aksesorinya topi anyaman dan bucket bag yang manis bisa membuat tampilan jadi lebih kasual dan ramah.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sektor fesyen memberikan kontribusi sebesar 17,6 persen dari total nilai tambah ekonomi kreatif kepada ekonomi Indonesia yaitu Rp225 triliun. Fesyen juga masih menjadi andalan ekspor ekonomi kreatif Indonesia dengan nilai kontribusi sebesar 61,6 persen. Diikuti oleh kriya sebesar 30,95 persen dan kuliner 6,76 persen.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Tren Sektor Perfilman 2025, Penuh Keberagaman Cerita & Eksplorasi
2. Hypereport: Tren Arsitektur & Desain Interior 2025, Gaya Personal Tiap Generasi Jadi Kunci
3. Hypereport: Joy of Missing Out Bakal Jadi Tren Wisata 2025
Busana modest Indonesia juga menunjukan kinerja yang baik di pasar nasional dan global. Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan RI, memaparkan bahwa modest fashion berhasil menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk menjadi pusat busana muslim dunia.
Potensi pasar modest fashion global diperkirakan mencapai US$375 miliar pada 2025. Hal ini membuat Indonesia punya peluang besar untuk memperluas jangkauan pasarnya ke luar negeri dan mengokohkan posisinya sebagai pemain utama di bidang ini.
Meneropong tren fesyen 2025, para pelaku industri mode kini ditantang untuk menciptakan karya-karya yang tidak hanya memikat mata lewat estetika, tetapi juga relevan dengan tantangan dan kebutuhan zaman.
Indonesian Fashion Chamber (IFC) telah menyusun Fashion Tren Forecasting (FTF) bertemakan Strive, isinya mencakup prediksi gaya berbusana yang diprediksi akan populer pada 2025/2026. FTF yang berada di bawah koordinasi Research & Development IFC, setiap tahunnya merumuskan tren bidang fesyen, bekerja sama dengan kelompok komunitas dan akademisi dari bidang terkait.
Tren fesyen diprediksi berdasarkan sejumlah pemicu, mulai dari aspek seni budaya, ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan keberlanjutan. Inilah yang nantinya akan membentuk kelompok-kelompok pengguna dalam menentukan gaya busananya.
Wedha Gita, akademisi sekaligus praktisi mode yang juga merupakan anggota IFC, memaparkan akan ada empat tema gaya berbusana yang menjadi tren, yakni Indie Rebellion, Quiet Artisty, Hyperconnected Flux, dan Neo Nostalgic.
"Empat tema ini dipecah lagi menjadi beberapa sub tema, mengingat karakrter desainer dan pengguna fesyen yang beragam, sehingga tren-tren fesyen ini bisa mengakomodir gaya berbusana yang juga lebih beragam," katanya.
Indie Rebellion yang menyoroti ekspresi individualitas. Busana dengan bold statement yang mewakili unsur rebel yang menonjolkan karakter berani. Diwujudkan dalam gaya kontemporer penuh detail dengan siluet oversize dan warna-warna kalem seperti hitam, putih, dan abu-abu redup, sampai metalik.
"Melalui gaya berbusana ini, orang-orang ingin menyampaikan sesuatu lewat fesyen, misalnya motif grafiti berupa ungkapan protes yang dituangkan secara halus pada pakaian," ujar Wedha.
Tren Quiet Artisty (Sumber Foto: IFC)
Quiet Artisty merepresentasikan kelompok yang menghargai dan menerapkan gaya hidup slow living dan estetika keberlanjutan. Identik dengan gaya minimalis-artistik. Penggunaan warna-warna tenang seperti krem, putih tulang, dipadukan dengan sage dan biru muda atau warna pastel lembut.
"Gaya busana ini diwujudkan dengan padu-padan 1-2 tone warna tapi bermain di teksturnya, seperti teknik patchwork (penggabungan potongan kain perca) yang prosesnya sangat ramah lingkungan," katanya.
Tren Hyperconnected Flux (Sumber Foto: IFC)
Hyperconnected Flux mencerminkan kelompok generasi muda yang dekat dengan teknologi, sehingga muncul gaya-gaya berbusana yang futuristik dan inovatif dalam desainnya. Gaya ini identik dengan warna silver, biru elektrik, gradasi abu, metalik, dan hijau neon.
"Gaya busana yang merepresentasikan konsep virtual dan realita, ditekankan pada permainan motif penuh ilusi dan tampilan yang fluid," katanya.
Di sisi lain, gaya ini juga tidak hanya mengutamakan estetika tapi juga fungsinya. Mengadaptasi teknologi menjadi produk fashion-wearable tech, misalnya aksesori olahraga seperti sepatu dan kacamata, yang tidak hanya fungsional tapi juga modis.
Neo Nostalgic, tren ini umumnya digemari kelompok dewasa tapi tidak menutup kemungkinan juga disukai generasi muda. Secara umum gaya ini cocok untuk mereka yang menghargai masa kini dan memori masa lampau. Diwujudkan dalam gaya berbusana retro klasik, elektik dan ada sentuhan craftmanship yang menarik.
"Gaya retro bukan sesuatu yang baru, akan terus ada dan berulang karena fesyen ada siklusnya, Gaya retro klasik 60, 70, 80, sampai 90-an pun akan terus berulang, tapi tetap ada twist kebaruan atau unsur kekinian yang relevan dengan gaya masa kini," ujarnya.
Tren berbusana ini identik dengan motif-motif retro-geometris, floral vintage, serta detail patchwork, rajutan bertekstur, dan renda. Gaya ini juga bisa lebih berani dari segi permainan warna dan tektur, lebih tabrak-menambrak tapi komposisinya menarik secara visual.
Selain itu juga, terkadang menampilkan keindahan eklektik budaya dan seni partikular dengan sentuhan kriya bernilai tinggi. Motif-motifnya banyak mengeksplorasi tradisi distilasi kontemporer dengan detail tapestri (kain tenun dekoratif), bordir, dan patchwork.
Material yang banyak digunakan adalah katun, linen, sutra, rayon, dan wool. Sementara palet warnanya merah bata, biru dongker, dan kuning kunyit. Bisa juga lebih eksotis dan berani seperti terakota, indigo, hijau zaitun, merah bata, dan coklat tua.
Tren Modest Wear 2025 dari JFW
Pekan mode bergengsi Tanah Air, Jakarta Fashion Week (JFW) 2025 juga meluncurkan tren modest wear yang diprediksi bakal populer pada 2025 mendatang. Sukses digelar dari tahun ke tahun, JFW tidak pernah absen menyoroti jenama-jenama dan tren-tren modestwear terkini tiap tahunnya.Pada edisi ke-17 yang dihelat tahun ini, JFW 2025 mengangkat tema Future Fusion: Tradition Meets Innovation. Melalui tema tersebut, industri fesyen Indonesia dan para pelakunya ditantang untuk tidak hanya menggali kekayaan tradisi, tetapi juga menciptakan terobosan baru yang inovatif demi masa depan fesyen Indonesia.
"Tahun ini dengan tema Future Fusion: Tradition Meets Innovation, kami ingin menunjukkan di tengah pesatnya inovasi modern, kekayaan tradisi Indonesia tetap menjadi sumber inspirasi yang kuat," kata Svida Alisjahbana, Chairman JFW.
Modestwear kini hadir dengan aneka gaya yang makin beragam. Karakter desain mulai dari yang minimalis hingga maksimalis, dari yang business-ready hingga yang santai penuh corak. Semua gaya dapat dieksplorasi oleh tiap orang sesuai style masing-masing. Berikut beberapa tren modest wear versi JFW 2025.
Tren gaya effortless busana modest Jenama Zaskia Sungkar dan NASL (Sumber Foto: JFW 2025)
Kasual dan Effortless: Gaya busana modest kasual dapat memberikan kesan nyaman dan trendi. Misalnya satu set atasan dan bawahan dengan motif print yang eye-catching, dipadukan dengan hijab simpel. Kini, busana effortless tengah menjadi tren berpakaian yang sangat digemari karena persiapannya yang minimal namun hasil tampilannya cantik maksimal.
Sharp dan Minimalist: Gaya busana formal kasual yang sharp dan minimalis paling sering diadopsi dalam desain baju-baju modestwear sehari-hari. Baik dikenakan dengan atau tanpa hijab, gaya ini memberikan aura elegan dan well-put pada pemakainya.
Menekankan pada pemilihan kain yang berkualitas, kerapian jahitan yang memberi kesan mahal dan siluet berstruktur yang elegan, serta permainan layering yang sederhana tetapi pintar. Tanpa aksesori berlebihan, tanpa tabrakan warna dan corak-corak, gaya ini dikenal timeless atau tak lekang waktu.
Siluetnya cenderung struktural atau boxy dan tidak membentuk badan. Dipadukan dengan pilihan kain seperti katun dobby, semi wool, dan bonded cotton. Pemilihan warnanya pun relatif aman, seperti biru, putih, cokelat, kelabu, dan hitam.
Tren siluet maksimalis dari jenama Benang Jarum (Sumber Foto: JFW 2025)
Siluet Maksimalis: Tren busana modest juga mulai berani dengan menghadirkan soluet maksimalis yang kuat dan wlegan. Menekankan siluet lebar megah dipadu dengan motif menawan yang menarik perhatian namun tetap anggun. Gaya busana seperti ini cocok untuk acara-acara formal dan keperluan show.
Motif Bunga Feminin: Motif bunga dalam busana modestwear akan populer, baik dalam bentuk print di kain hijab, detail pemanis pada kemeja, hingga aksen pada rok-rok megah. Memberi kesan feminin, sedikit playful, tapi tetap anggun dan dewasa.
Print bunga bisa menjadi pemanis pada rok dan tunik, dipercantik dengan aksen bunga timbul yang lebih memberikan poin fokus. Dipadukan dengan blazer atau kemeja, bahkan kain dengan corak ramai pun dapat terlihat rapi dan serasi dengan styling yang tepat. Aksesorinya topi anyaman dan bucket bag yang manis bisa membuat tampilan jadi lebih kasual dan ramah.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.