Kemenkes Perketat Pengawasan Infeksi Pernapasan Akibat Virus
20 January 2025 |
14:30 WIB
Infeksi virus pernapasan seperti influenza, pneumonia, dan penyakit lainnya terus menjadi perhatian utama di Indonesia. Negara dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa ini menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan.
Mengawali tahun dengan merebaknya kasus HMPV di China, menjadi refleksi tersendiri bagi negara-negara di dunia melihat potensi penyakit menular. Di Indonesia, penyakit menular yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun jamur pun masih menjadi tantangan kesehatan tersendiri bagi masyarakat.
Meskipun sebagian besar penyakit ini bisa diatasi, ada kalanya infeksi tertentu berkembang pesat dan bahkan mengancam jiwa. Salah satu isu utama yang mendapat perhatian khusus adalah infeksi virus pernapasan yang sering kali memiliki masa inkubasi yang singkat dan dapat menyebar dengan cepat.
Baca juga: WHO Ungkap Tren Influenza Global Musiman Akibat Patogen Saluran Pernapasan
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa Indonesia tengah memperketat pengamatan mendalam mengenai situasi terkini infeksi virus pernapasan.
Menurutnya, patogen virus yang menyerang saluran pernapasan menjadi perhatian utama karena karakteristiknya yang cenderung memiliki masa imbas yang cepat, baik dengan gejala maupun tanpa gejala.
"Memang patogen berbagai patogen bakteri, jamur, virus bisa menyerang saluran pernapasan dan mengakibatkan spektrum kondisi yang luas. Untuk yang virus, memang menjadi perhatian khusus karena biasanya memiliki masa imbas yang singkat, bisa bergejala maupun tidak bergejala," katanya dalam webinar Kewaspadaan Terhadap Infeksi Virus Pernapasan.
Virus yang menyebabkan infeksi pernapasan sering kali sulit terdeteksi pada tahap awal terutama jika tidak menimbulkan gejala. Hal ini meningkatkan risiko penularan, sebab individu yang terinfeksi tanpa gejala bisa dengan mudah menyebarkan virus ke orang lain tanpa menyadari bahwa mereka terinfeksi.
Salah satu tantangan besar dalam mengendalikan infeksi virus pernapasan adalah kecepatan penularannya. Virus pernapasan dapat menyebar dengan sangat cepat terutama di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
Ina menilai, Indonesia dengan mobilitas tinggi mendorong penyebaran penyakit ini menjadi masalah yang kompleks. Maka, lanjutnya, penting untuk fokus pada kewaspadaan terhadap penyakit menular terutama yang tergolong emerging dan reemerging yang bisa dengan cepat berkembang.
"Jadi untuk penyakit-penyakit emerging dan reemerging itu kalau tidak teridentifikasi tentu dapat menyebarkan dengan cepat dan berpotensi menjadi KLB maupun wabah," jelasnya.
Dalam pandangan Ina, letak Indonesia yang berbatasan dengan berbagai negara memiliki potensi besar untuk menjadi titik masuk penyakit menular dari luar negeri. Mobilitas internasional yang tinggi dan kondisi geografis yang rawan bencana alam membuat Indonesia rentan terhadap penyebaran penyakit.
"Kita berbatasan dengan cukup banyak negara dan kita juga memiliki pelabuhan laut internasional, sehingga ini menggambarkan betapa mobilitas keluar masuk negara kita cukup tinggi," kata Ina.
Keberadaan perbatasan darat dan laut yang luas, serta kondisi alam yang rawan gempa dan bencana alam lainnya menjadi faktor risiko besar dalam penyebaran penyakit. Oleh karena itu, penting untuk memiliki sistem pengawasan yang kuat dan cepat dalam mendeteksi serta merespons potensi wabah.
Sebagai respons terhadap ancaman penyakit menular seperti infeksi virus pernapasan, Kementerian Kesehatan berupaya mengatasi penyakit yang bisa ditularkan antara manusia dan hewan atau zoonosis melalui data terpadu.
"Kita membutuhkan kewaspadaan, tenaga medis, jejaring laboratorium, sistem surveilans yang kuat, termasuk pendekatan satu sehat untuk penyakit-penyakit yang merupakan akibat dan interaksi antara manusia, hewan, dan lingkungan," ujarnya.
Selain itu, pencegahan menjadi kunci utama dalam mengatasi penyebaran infeksi virus pernapasan. Ina menekankan bahwa pemerintah dan tenaga kesehatan berusaha keras untuk mencegah penyakit lebih baik daripada mengobati.
Ini meliputi promosi kesehatan, pengendalian faktor risiko, serta penggunaan imunisasi dan obat-obatan preventif. Dengan mendeteksi penyakit lebih awal, proses penyembuhan bisa lebih cepat dan risiko penyebarannya dapat diminimalisir.
Baca juga: Lonjakan Kasus Influenza A dan Infeksi Pernapasan di China, Begini Penjelasannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Mengawali tahun dengan merebaknya kasus HMPV di China, menjadi refleksi tersendiri bagi negara-negara di dunia melihat potensi penyakit menular. Di Indonesia, penyakit menular yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun jamur pun masih menjadi tantangan kesehatan tersendiri bagi masyarakat.
Meskipun sebagian besar penyakit ini bisa diatasi, ada kalanya infeksi tertentu berkembang pesat dan bahkan mengancam jiwa. Salah satu isu utama yang mendapat perhatian khusus adalah infeksi virus pernapasan yang sering kali memiliki masa inkubasi yang singkat dan dapat menyebar dengan cepat.
Baca juga: WHO Ungkap Tren Influenza Global Musiman Akibat Patogen Saluran Pernapasan
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa Indonesia tengah memperketat pengamatan mendalam mengenai situasi terkini infeksi virus pernapasan.
Menurutnya, patogen virus yang menyerang saluran pernapasan menjadi perhatian utama karena karakteristiknya yang cenderung memiliki masa imbas yang cepat, baik dengan gejala maupun tanpa gejala.
"Memang patogen berbagai patogen bakteri, jamur, virus bisa menyerang saluran pernapasan dan mengakibatkan spektrum kondisi yang luas. Untuk yang virus, memang menjadi perhatian khusus karena biasanya memiliki masa imbas yang singkat, bisa bergejala maupun tidak bergejala," katanya dalam webinar Kewaspadaan Terhadap Infeksi Virus Pernapasan.
Virus yang menyebabkan infeksi pernapasan sering kali sulit terdeteksi pada tahap awal terutama jika tidak menimbulkan gejala. Hal ini meningkatkan risiko penularan, sebab individu yang terinfeksi tanpa gejala bisa dengan mudah menyebarkan virus ke orang lain tanpa menyadari bahwa mereka terinfeksi.
Salah satu tantangan besar dalam mengendalikan infeksi virus pernapasan adalah kecepatan penularannya. Virus pernapasan dapat menyebar dengan sangat cepat terutama di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
Ina menilai, Indonesia dengan mobilitas tinggi mendorong penyebaran penyakit ini menjadi masalah yang kompleks. Maka, lanjutnya, penting untuk fokus pada kewaspadaan terhadap penyakit menular terutama yang tergolong emerging dan reemerging yang bisa dengan cepat berkembang.
"Jadi untuk penyakit-penyakit emerging dan reemerging itu kalau tidak teridentifikasi tentu dapat menyebarkan dengan cepat dan berpotensi menjadi KLB maupun wabah," jelasnya.
Ilustrasi infeksi pernapasan (Sumber gambar: Freepik/benzoix)
"Kita berbatasan dengan cukup banyak negara dan kita juga memiliki pelabuhan laut internasional, sehingga ini menggambarkan betapa mobilitas keluar masuk negara kita cukup tinggi," kata Ina.
Keberadaan perbatasan darat dan laut yang luas, serta kondisi alam yang rawan gempa dan bencana alam lainnya menjadi faktor risiko besar dalam penyebaran penyakit. Oleh karena itu, penting untuk memiliki sistem pengawasan yang kuat dan cepat dalam mendeteksi serta merespons potensi wabah.
Sebagai respons terhadap ancaman penyakit menular seperti infeksi virus pernapasan, Kementerian Kesehatan berupaya mengatasi penyakit yang bisa ditularkan antara manusia dan hewan atau zoonosis melalui data terpadu.
"Kita membutuhkan kewaspadaan, tenaga medis, jejaring laboratorium, sistem surveilans yang kuat, termasuk pendekatan satu sehat untuk penyakit-penyakit yang merupakan akibat dan interaksi antara manusia, hewan, dan lingkungan," ujarnya.
Selain itu, pencegahan menjadi kunci utama dalam mengatasi penyebaran infeksi virus pernapasan. Ina menekankan bahwa pemerintah dan tenaga kesehatan berusaha keras untuk mencegah penyakit lebih baik daripada mengobati.
Ini meliputi promosi kesehatan, pengendalian faktor risiko, serta penggunaan imunisasi dan obat-obatan preventif. Dengan mendeteksi penyakit lebih awal, proses penyembuhan bisa lebih cepat dan risiko penyebarannya dapat diminimalisir.
Baca juga: Lonjakan Kasus Influenza A dan Infeksi Pernapasan di China, Begini Penjelasannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.