Studi Ilmiah: Polusi Udara Berpotensi Meningkatkan Ancaman Resistensi Antibiotik
09 August 2023 |
15:30 WIB
Sebuah studi global baru menemukan bahwa meningkatnya tingkat polusi udara berkorelasi dengan peningkatan resistensi antibiotik – salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan manusia. Menurut sebuah analisis global terbaru, meningkatnya infeksi dan bakteri yang kebal antibiotik dapat dikaitkan dengan polusi udara.
Dilansir melalui Euro News, para ilmuwan mempelajari data di 116 negara selama hampir dua dekade dan menerbitkan temuan mereka dalam jurnal The Lancet Planetary Health pada Selasa, 8 Agustus 2023.
“Resistensi antibiotik dan polusi udara masing-masing merupakan ancaman terbesar bagi kesehatan global,” kata penulis utama Hong Chen dari Universitas Zhejiang di China.
Baca juga: Polusi Udara Kian Mengkhawatirkan, Lakukan Hal Ini Untuk Jaga Kesehatan
Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri menjadi kurang efektif. Ini dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global, dengan semakin banyaknya infeksi seperti pneumonia dan tuberkulosis yang menjadi lebih sulit diobati menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Lebih dari satu juta kematian secara global disebabkan oleh resistensi antibiotik pada 2019, menurut analisis global yang diterbitkan tahun lalu, sementara Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) melaporkan bahwa lebih dari 35.000 orang meninggal akibat infeksi bakteri yang resistan terhadap obat di Eropa setiap tahunnya.
Para peneliti mengatakan bahwa penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan antibiotik masih menjadi pendorong utama resistensi antibiotik, tetapi analisis baru menunjukkan bahwa polusi udara juga bisa menjadi faktor penyebabnya. Mereka juga menemukan bahwa hubungan antara polusi udara dan resistensi antibiotik juga menguat dari waktu ke waktu.
“Sampai sekarang, kami tidak memiliki gambaran yang jelas tentang kemungkinan hubungan antara keduanya, tetapi studi ini menunjukkan bahwa manfaat mengendalikan polusi udara bisa dua kali lipat: tidak hanya akan mengurangi efek berbahaya dari kualitas udara yang buruk, tetapi juga juga bisa memainkan peran utama dalam memerangi peningkatan dan penyebaran bakteri kebal antibiotik,” kata Chen dalam sebuah pernyataan.
Para ilmuwan menemukan bahwa resistensi antibiotik meningkat dengan PM2.5, yang merupakan partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer. Partikel ini termasuk berbahaya karena bisa masuk jauh ke dalam paru-paru dan bahkan darah manusia.
Lebih dari empat juta orang diperkirakan meninggal sebelum waktunya setiap tahun karena paparan polusi udara yang terkait dengan partikel halus yang muncul akibat pembakaran bahan bakar fosil, asap rokok, dan kebakaran hutan.
Setiap kenaikan 1 persen polusi udara dikaitkan dengan peningkatan resistensi antibiotik antara 0,5 dan 1,9 persen, menurut analisis baru. Studi ini juga menemukan bahwa PM2.5 adalah salah satu faktor utama yang mendorong resistensi antibiotik, dengan Afrika Utara dan Asia Barat menjadi wilayah di mana partikel halus ini memiliki dampak terbesar pada resistensi antibiotik.
"Unsur-unsur resistensi antibiotik yang dibawa oleh polutan udara dapat langsung terpapar ke manusia, yang merupakan risiko besar karena asupan harian gen resistensi antibiotik melalui inhalasi melebihi asupan gen resistensi antibiotik melalui air minum," kata penulis dalam penelitian tersebut.
Pada 2050, resistensi antibiotik dapat meningkat sebesar 17 persen jika kebijakan tentang polusi udara tidak berubah, tambah penulis studi tersebut. Kumpulan data yang digunakan untuk analisis mencakup lebih dari 11,5 juta isolat uji dan mencakup sembilan bakteri patogen dan 43 jenis antibiotik.
Adapun, studi ini juga menggarisbawahi salah satu keterbatasan studi adalah kurangnya data dari beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah yang paling terpengaruh oleh resistensi antibiotik.
Baca juga: Jakarta Kembali Jadi Kota Berpolusi di Dunia, Ini 7 Tip Olahraga di Luar Ruangan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Dilansir melalui Euro News, para ilmuwan mempelajari data di 116 negara selama hampir dua dekade dan menerbitkan temuan mereka dalam jurnal The Lancet Planetary Health pada Selasa, 8 Agustus 2023.
“Resistensi antibiotik dan polusi udara masing-masing merupakan ancaman terbesar bagi kesehatan global,” kata penulis utama Hong Chen dari Universitas Zhejiang di China.
Baca juga: Polusi Udara Kian Mengkhawatirkan, Lakukan Hal Ini Untuk Jaga Kesehatan
Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri menjadi kurang efektif. Ini dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global, dengan semakin banyaknya infeksi seperti pneumonia dan tuberkulosis yang menjadi lebih sulit diobati menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Lebih dari satu juta kematian secara global disebabkan oleh resistensi antibiotik pada 2019, menurut analisis global yang diterbitkan tahun lalu, sementara Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) melaporkan bahwa lebih dari 35.000 orang meninggal akibat infeksi bakteri yang resistan terhadap obat di Eropa setiap tahunnya.
Para peneliti mengatakan bahwa penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan antibiotik masih menjadi pendorong utama resistensi antibiotik, tetapi analisis baru menunjukkan bahwa polusi udara juga bisa menjadi faktor penyebabnya. Mereka juga menemukan bahwa hubungan antara polusi udara dan resistensi antibiotik juga menguat dari waktu ke waktu.
“Sampai sekarang, kami tidak memiliki gambaran yang jelas tentang kemungkinan hubungan antara keduanya, tetapi studi ini menunjukkan bahwa manfaat mengendalikan polusi udara bisa dua kali lipat: tidak hanya akan mengurangi efek berbahaya dari kualitas udara yang buruk, tetapi juga juga bisa memainkan peran utama dalam memerangi peningkatan dan penyebaran bakteri kebal antibiotik,” kata Chen dalam sebuah pernyataan.
Kecil dan Berbahaya
Para ilmuwan menemukan bahwa resistensi antibiotik meningkat dengan PM2.5, yang merupakan partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer. Partikel ini termasuk berbahaya karena bisa masuk jauh ke dalam paru-paru dan bahkan darah manusia.Lebih dari empat juta orang diperkirakan meninggal sebelum waktunya setiap tahun karena paparan polusi udara yang terkait dengan partikel halus yang muncul akibat pembakaran bahan bakar fosil, asap rokok, dan kebakaran hutan.
Setiap kenaikan 1 persen polusi udara dikaitkan dengan peningkatan resistensi antibiotik antara 0,5 dan 1,9 persen, menurut analisis baru. Studi ini juga menemukan bahwa PM2.5 adalah salah satu faktor utama yang mendorong resistensi antibiotik, dengan Afrika Utara dan Asia Barat menjadi wilayah di mana partikel halus ini memiliki dampak terbesar pada resistensi antibiotik.
"Unsur-unsur resistensi antibiotik yang dibawa oleh polutan udara dapat langsung terpapar ke manusia, yang merupakan risiko besar karena asupan harian gen resistensi antibiotik melalui inhalasi melebihi asupan gen resistensi antibiotik melalui air minum," kata penulis dalam penelitian tersebut.
Pada 2050, resistensi antibiotik dapat meningkat sebesar 17 persen jika kebijakan tentang polusi udara tidak berubah, tambah penulis studi tersebut. Kumpulan data yang digunakan untuk analisis mencakup lebih dari 11,5 juta isolat uji dan mencakup sembilan bakteri patogen dan 43 jenis antibiotik.
Adapun, studi ini juga menggarisbawahi salah satu keterbatasan studi adalah kurangnya data dari beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah yang paling terpengaruh oleh resistensi antibiotik.
Baca juga: Jakarta Kembali Jadi Kota Berpolusi di Dunia, Ini 7 Tip Olahraga di Luar Ruangan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.