WHO Ungkap Tren Influenza Global Musiman Akibat Patogen Saluran Pernapasan
11 January 2025 |
08:21 WIB
Infeksi pernapasan menjadi salah satu masalah kesehatan global yang terus menjadi perhatian. Tak main-main, dampaknya dapat mempengaruhi mortalitas dan morbiditas masyarakat di seluruh dunia. Apalagi, banyak penyakit infeksi pernapasan terjadi akibat patogen virus dan bakteri yang dapat menular saat kontak langsung.
Epidemiolog Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia Endang Wulandari menyebutkan, ada berbagai jenis patogen yang menyebabkan infeksi pernapasan dan bagaimana mereka mempengaruhi pola epidemiologi global. Endang menyebut, salah satu penyebab utama meningkatnya kasus infeksi pernapasan adalah virus-virus yang bervariasi.
Baca juga: Wabah Virus HMPV Merebak, Waspadai Risiko Bagi Kelompok Rentan
Virus influenza adalah salah satu yang paling sering ditemukan, dengan dua tipe utama yang beredar yakni influenza musiman dan influenza zoonosis seperti avian flu atau flu burung yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Selain influenza, virus lain yang juga menjadi perhatian dalam infeksi pernapasan adalah SARS-CoV-2 yang merupakan virus penyebab Covid-19. Ada pula virus MERS-CoV, adenovirus, rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), dan human metapneumovirus (HMPV) yang kini juga sering dibicarakan di berbagai forum kesehatan dunia.
Di sisi lain, bakteri seperti Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan akut yang dapat berujung pada pneumonia atau penyakit saluran pernapasan bawah lainnya.
Data terpadu WHO dari Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) telah mengidentifikasi tren musiman infeksi pernapasan. Menurut Endang, data ini telah membantu memantau dan menganalisis aktivitas influenza yang lebih tinggi di beberapa negara, terutama yang mengalami musim dingin.
Misalnya di negara-negara dengan 4 musim seperti Eropa dan Amerika Utara, aktivitas influenza cenderung meningkat pada musim dingin. Tren ini sudah dapat diprediksi berdasarkan pemantauan tahunan. "Contohnya pada minggu ke-52 bulan Desember kemarin, kasus influenza meningkat di beberapa negara Eropa, Amerika Tengah, Afrika Barat, dan beberapa negara Asia," ungkap Endang dalam Webinar Kemenkes RI Kewaspadaan Infeksi Virus Pernapasan pada Jumat (10/1/2025).
Selain itu, melalui GISRS, WHO juga dapat memetakan subtipe influenza yang beredar seperti H1N1 atau H3N2, serta jenis influenza B yang lebih sering ditemukan pada musim-musim tertentu. Ini menunjukkan bahwa situasi infeksi pernapasan global terhadap beberapa patogen seperti influenza musiman masih menjadi tantangan.
Meskipun manusia telah mengembangkan imunitas melalui banyaknya kekebalan akan virus, Endang menyebut diperlukan gerakan lebih awal untuk merespons secara cepat dan efisien terhadap penyebaran penyakit.
“Jadi penting untuk menganalisis risiko dan memantau perubahan dalam pola infeksi pernapasan di berbagai belahan dunia,” katanya.
Baca juga: Pakar Kesehatan UGM: Gejala Mpox Lebih Ringan Tapi Berpotensi Jadi Wabah
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan GISRS, dimana negara-negara dapat lebih siap dalam menghadapi ancaman infeksi pernapasan yang selalu berkembang.
Informasi ini juga dapat menjadi antisipasi bagi pemangku kebijakan setempat dalam mengambil langkah preventif demi mencegah kemungkinan epidemi dan pandemi.
Editor: Fajar Sidik
Epidemiolog Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia Endang Wulandari menyebutkan, ada berbagai jenis patogen yang menyebabkan infeksi pernapasan dan bagaimana mereka mempengaruhi pola epidemiologi global. Endang menyebut, salah satu penyebab utama meningkatnya kasus infeksi pernapasan adalah virus-virus yang bervariasi.
Baca juga: Wabah Virus HMPV Merebak, Waspadai Risiko Bagi Kelompok Rentan
Virus influenza adalah salah satu yang paling sering ditemukan, dengan dua tipe utama yang beredar yakni influenza musiman dan influenza zoonosis seperti avian flu atau flu burung yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Selain influenza, virus lain yang juga menjadi perhatian dalam infeksi pernapasan adalah SARS-CoV-2 yang merupakan virus penyebab Covid-19. Ada pula virus MERS-CoV, adenovirus, rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), dan human metapneumovirus (HMPV) yang kini juga sering dibicarakan di berbagai forum kesehatan dunia.
Di sisi lain, bakteri seperti Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan akut yang dapat berujung pada pneumonia atau penyakit saluran pernapasan bawah lainnya.
Data terpadu WHO dari Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) telah mengidentifikasi tren musiman infeksi pernapasan. Menurut Endang, data ini telah membantu memantau dan menganalisis aktivitas influenza yang lebih tinggi di beberapa negara, terutama yang mengalami musim dingin.
Misalnya di negara-negara dengan 4 musim seperti Eropa dan Amerika Utara, aktivitas influenza cenderung meningkat pada musim dingin. Tren ini sudah dapat diprediksi berdasarkan pemantauan tahunan. "Contohnya pada minggu ke-52 bulan Desember kemarin, kasus influenza meningkat di beberapa negara Eropa, Amerika Tengah, Afrika Barat, dan beberapa negara Asia," ungkap Endang dalam Webinar Kemenkes RI Kewaspadaan Infeksi Virus Pernapasan pada Jumat (10/1/2025).
Selain itu, melalui GISRS, WHO juga dapat memetakan subtipe influenza yang beredar seperti H1N1 atau H3N2, serta jenis influenza B yang lebih sering ditemukan pada musim-musim tertentu. Ini menunjukkan bahwa situasi infeksi pernapasan global terhadap beberapa patogen seperti influenza musiman masih menjadi tantangan.
Meskipun manusia telah mengembangkan imunitas melalui banyaknya kekebalan akan virus, Endang menyebut diperlukan gerakan lebih awal untuk merespons secara cepat dan efisien terhadap penyebaran penyakit.
“Jadi penting untuk menganalisis risiko dan memantau perubahan dalam pola infeksi pernapasan di berbagai belahan dunia,” katanya.
Baca juga: Pakar Kesehatan UGM: Gejala Mpox Lebih Ringan Tapi Berpotensi Jadi Wabah
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan GISRS, dimana negara-negara dapat lebih siap dalam menghadapi ancaman infeksi pernapasan yang selalu berkembang.
Informasi ini juga dapat menjadi antisipasi bagi pemangku kebijakan setempat dalam mengambil langkah preventif demi mencegah kemungkinan epidemi dan pandemi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.